Jangan terlalu cepat menilai baik-buruknya sesuatu.
"Nggak nyangka sore-sore gini ada para pria ganteng main ke rumah. Ada apa? Kata Alysha kalian nanyain Om." Ucap Hamdan memecah keheningan.
"Saya nemenin Syafril, Om." Jawab Wisnu cepat.
Mendengar itu, Syaf memandang Wisnu dengan kesal. Wisnu hanya menyembunyikan tawanya dengan tangan saat melihat ekspresi Syaf.
"Kalo mau main, ya main aja. Jangan sungkan-sungkan, lah. Kalian udah kayak anak Om sendiri."
Dania, ibu Alysha, datang dengan nampan berisi tiga cangkir teh manis hangat dan sepiring kue.
"Tante nggak tau kalian sukanya apa. Jadi, Tante buatin teh manis aja, ya. Silahkan diminum." Ucap Dania ramah.
"Lho, Lysha mana?" Tanya Hamdan.
"Ada di kamar, sama Azzam. Azzam manja banget sama Alysha, gemes sendiri liatnya." Jawab Dania antusias.
"Sana susulin." Ucap Hamdan dengan nada kesal yang dibuat-buat.
"Ngaco ih, kamu. Cemburu kok sama Azzam. Ya udah lah, mau ke mini market dulu ada yang perlu dibeli. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Jawab para pria yang ada di sana.
Melihat Syaf masih diam, Wisnu memberi isyarat dengan menginjak kaki Syaf.
"Aduh!" Syaf menatap Wisnu tak terima.
"Kenapa, Syaf?"
"Nggak apa-apa, Om."
"Om perhatiin dari tadi kalian kayak mau ngomong sesuatu. Ngomong aja, nggak usah ada rasa nggak enak gitu."
Wisnu terus memperhatikan Syaf yang masih diam. Hingga yang terdengar lagi adalah suara Hamdan. Bukan berbicara kepada dua pria di depannya, ia berbicara pada perempuan cantik yang sedang melangkah menuruni tangga.
"Mau ke mana, Lysh?"
"Ke dapur. Azzam minta susu. Ayah perlu sesuatu?"
"Nggak, kok. Bikin susu buat Azzam aja."
Mendengar jawaban ayahnya, Alysha melanjutkan langkahnya menuju dapur.
"Azzam itu siapa, Om?" Tanya Syaf.
"Akhirnya kamu bersuara juga," Hamdan tertawa. "Kalian nggak mau ngobrol sama Alysha biar sekalian minta dikenalin ke Azzam?"
Syaf menatap Wisnu yang dengan santainya tengah menyeruput teh manis. Suasana hening lagi untuk kesekian kali.
"Lysha!" Panggil Hamdan saat melihat Alysha hendak menaikki tangga dengan segelas susu cokelat di tangannya.
"Iya, Ayah?"
"Ke sini sebentar."
Alysha mendekat ke arah Hamdan, namun enggan memandang tamu-tamu rumahnya sore itu.
"Coba kamu ajak Azzam ke sini."
"Tapi--" Alysha hendak menolak.
"Nggak apa-apa, Azzam udah sehat, kok, In Syaa Allah. Susunya taruh di meja aja."
"Ya udah. Sebentar."
Alysha meletakkan gelas susu itu di meja dan menaikki tangga.
"Lho, ayo, Syafril, Wisnu, tehnya diminum. Kuenya juga. Alysha yang bikin tadi."
Syaf mulai menyeruput teh di depannya.
"Azzam udah lama di sini?" Tanya Wisnu.
"Baru beberapa hari, tapi dia sudah berhasil merebut hati semua orang. Sampe-sampe saya jadi sering dicuekkin. Tapi, ada dia rumah jadi makin rame." Ucap Hamdan antusias.
"Kakeeeeek!" Ucap seorang anak kecil yang langsung mendudukkan dirinya di pangkuan Hamdan.
Wisnu dan Syaf masih terus mengamati.
"Halo, jagoan Kakek. Mau minum susu, ya?"
"Masih panas. Ada asapnya."
"Sebentar lagi juga dingin. Bunda mana?"
"Bunda telfon."
"Nah, jagoan, kenalin, yang pake baju biru itu Om Wisnu dan yang pake baju putih itu Om Syafril. Sana salim dulu."
Bocah berwajah bule itu pun turun dari pangkuan Hamdan dan menuju ke arah Wisnu dan Syafril untuk mencium tangan mereka. Setelah itu, ia kembali ke pangkuan Hamdan.
"Ini jagoan Om, Azzam."
"Adiknya Alysha?" Tanya Wisnu mencoba mencari celah positif.
Belum sempat Hamdan menjawab, Azzam loncat dari pangkuannya dan berlari ke arah Alysha yang baru saja menuruni tangga.
"Bundaaaaa!"
Syaf dan Wisnu saling berpandangan. Hamdan memperhatikan Alysha dan Azzam dengan senyum yang tak hilang dari bibirnya.
"Seenggaknya lo tau, Bro." Bisik Wisnu pada Syaf.
Syaf menghela nafas panjang.
"Susunya udah diminum?" Tanya Alysha penuh kasih sayang, lalu menggendong Azzam ke sofa tempat Hamdan berada.
"Belum, Bunda. Panas." Ucapnya menggemaskan.
Alysha duduk di samping Hamdan dengan Azzam yang masih di pangkuannya.
"Ibu kemana? Kok nggak ada." Tanya Alysha pada Hamdan.
"Ke mini market. Sebentar lagi juga pulang."
"Kok nggak suruh Lysha aja."
"Kamu kan udah ada Azzam."
"Tapi--"
"Ibumu itu nggak bisa kalo di rumah terus."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Hamdan mengambil ponsel di saku celananya yang bergetar.
"Sebentar ya, ada telfon. Ngobrol dulu aja sama Alysha, nostalgia."
Hamdan lalu pergi dari ruang tamu.
Alysha fokus memegangi gelas susu milik Azzam, sedangkan Azzam fokus menyeruput sedikit demi sedikit.
"Kalo masih panas, tunggu sebentar lagi, sayang." Ucap Alysha lembut.
Syaf memperhatikan Alysha dan Azzam dengan sebuah senyuman yang entah apa artinya.
"Pulang, yuk!" Ajak Syaf kepada Wisnu tanpa suara.
Wisnu berdecak melihatnya.
"Kok lo bisa tiba-tiba jadi bunda, Lysh?" Tanya Wisnu.
Alysha mengalihkan pandangan dan tersenyum.
"Ceritanya panjang, Nu."
"Ceritain aja. Kami punya banyak waktu, kok." Ucap Wisnu santai.
Syaf hanya bisa mendengus kesal.
"Syaf kayaknya udah pengin pulang, deh." Ucap Alysha hati-hati.
"Mana ada? Udah, Lysh. Cerita aja." Desak Wisnu.
Alysha menyuruh Azzam untuk bermain mobil-mobilan terlebih dahulu sebelum ia menghela nafas pelan.
"Jadi, waktu pernikahannya Pak Abi sama Zivanna, aku harus pamit duluan, kan. Kalian inget?" Alysha memulai ceritanya.
Wisnu mengangguk dan Syaf masih anteng saja.
"Waktu itu Tantri bilang, dia dapet kabar dari orang tuanya kalo mantan suaminya dateng ke rumah Tantri. Tantri panik, dia tahu kalo Daniel mau bawa Azzam pergi.
Terus, aku sama Tantri langsung ke rumah Tantri. Daniel udah nggak ada di sana, dia dibawa sama satpam kompleks. Ayah sama Ibunya Tantri nangis, Azzam yang nggak tau apa-apa juga nangis. Setelah itu, Tantri nyuruh aku pulang, dia bilang dia udah nggak apa-apa."
Ada jeda sebentar. Alysha menatap Azzam yang ceria memainkan mobil-mobilan berwarna merah.
"Aku pikir juga semuanya udah baik-baik aja. Ternyata enggak. Daniel masih ngancem-ngancem keluarga Tantri. Paginya, Tantri nelfon, minta ketemuan. Dia bilang, Azzam kangen sama aku. Aku emang sempet main sebentar sama Azzam waktu di rumah Tantri.
Akhirnya kita ke taman. Waktu lagi liatin Azzam main, Tantri bilang dia mau minta tolong aku buat jagain Azzam. Karena, kalo Azzam masih sama Tantri atau keluarganya itu bakal bahaya."
"Lah, itu juga bahayain lo sama keluarga lo, dong?" Ucap Wisnu.
"Enggak. Tantri bilang, dia yang bakal jamin. Hal terpenting adalah Daniel nggak kenal sama aku, jadi dia nggak akan mikir Azzam ada di aku."
"Tantri di mana?" Tanya Syaf.
"Waktu nitipin Azzam ke aku dia juga ngomong kalo dia mungkin akan tinggal di luar negeri, nggak tau sampe kapan. Intinya dia harus jauh dari keluarganya, supaya nggak ada yang disakitin Daniel. Setelah ngomong maaf dan terima kasih dia pergi gitu aja. Aku langsung nyoba ngejar Tantri buat kasih penjelasan, tapi nihil.
Siang itu juga Azzam kecelakaan. Dia ditabrak motor. Alhamdulillah, sekarang dia udah nggak apa-apa." Ucap Alysha dengan senyuman.
"Ribet ya, punya anak? Apa lagi langsung gede gitu?" Canda Wisnu berusaha menghangatkan suasana.
"Awalnya iya, karena belum terbiasa. Tapi Ayah sama Ibu bantuin, jadi, ya, nggak susah-susah amat." Ucap Alysha dengan tawa kecilnya.
Ada yang berdesir, tapi bukan pasir.
Azzam mendekati Alysha dengan mobil mainan di tangannya.
"Bunda, ini lepas. Gimana pasangnya?" Tanya Azzam dengan mulut yang dibuat manyun.
"Biar Om yang benerin mobil-mobilannya, sini." Ucap Syaf tiba-tiba.
"Gercep banget, Bro." Ucap Wisnu tertawa.
"Apaan sih?!" Balas Syaf kesal.
Azzam berjalan mendekati Syaf dan menyerahkan mobil mainannya. Syaf mendudukkan Azzam di pangkuannya. Melihat itu membuat satu lengkung indah tercipta di bibir Alysha.
"Gampang, ini. Azzam liatin, ya. Jadi, ..."
Syaf sibuk mengajari Azzam yang terlihat begitu serius memperhatikan. Tapi, pemahaman anak sekecil itu siapa yang bisa menjamin.
"Kenapa Azzam panggil lo bunda?" Tanya Wisnu pada Alysha.
"Aku nggak mau Azzam harus kehilangan sosok ibu di usia sekecil ini." Ucapnya mantap.
"Sosok ayah?"
"Itu--"
"Kayak Syaf, misalnya. Tuh, udah akrab sama Azzam."
"Tap--"
"Ya nggak, Syaf?"
Syaf menolehkan pandangannya ke arah Wisnu setelah Azzam turun dari pangkuannya untuk melanjutkan bermainnya.
"Assalamualaikum." Ucap Dania.
"Waalaikumsalam."
"Ibu, kok belanja banyak banget. Kenapa nggak suruh Lysha aja, si?"
Alysha langsung menhampiri Dania dan mengambil alih belanjaan di tangannya.
"Jagoan! Nenek punya sesuatu loh, buat kamu."
Azzam langsung berlari menghampiri Dania dengan antusias.
"Nenek punya es kriiiiiim."
"Yeay! Es kriiim." Ucap Azzam dengan mata berbinar.
"Ibu ..." Ucap Alysha protes.
"Nggak apa-apa. Azzam kan suka." Jawab Dania.
"Nggak apa-apa, Lysh. Udah sehat juga. Iya, kan, jagoan?" Ucap Hamdan yang sudah ada di ruang tamu lagi.
"Ya udah. Lysha ke dapur dulu. Beresin belanjaan."
"Ibu bantuin. Ayo, Azzam, ikut ke dapur."
Azzam mengangguk antusias dan berjalan mendahului Alysha dan Dania sambil menenteng es krim.
Hamdan kembali duduk di hadapan tamunya.
"Gimana? Udah kenalan sama Azzam?"
"Sudah, Om." Jawab Wisnu. "Alysha belum ada rencana menikah, Om?"
"Sepertinya belum. Sebenarnya ada beberapa yang mau taaruf sama Alysha, tapi saya belum nemu waktu yang tepat buat ngomong. Ditambah, sekarang udah ada Azzam.
Dia bilang, kalo nggak ada yang bisa nerima dia sepaket sama Azzam, ya udah. Dia nggak akan nikah dulu." Ucap Hamdan.
Wisnu hanya mengangguk-angguk, kesal juga melihat Syaf yang banyak diamnya.
"Lah, kalian ini kapan menikah? Om lihat kalian sudah mapan. Jojo juga sudah menikah, tinggal resepsinya saja. Alysha nggak bisa dateng, karena waktu itu pas Azzam di rumah sakit. Tapi besoknya dia langsung ke rumah Jojo."
"Ehm." Syaf berdehem.
Wisnu memandangnya dengan dahi berkerut.
"Sebelumnya, saya mohon maaf, Om Hamdan. Kedatangan kami sudah mengganggu Om Hamdan. Maksud kedatangan saya ke rumah Om adalah untuk melamar Alysha menjadi istri saya." Ucap Syaf begitu lancar.
Hamdan dan Wisnu terkejut mendengar pernyataan Syaf yang begitu tiba-tiba. Wisnu menatap Syaf dengan tatapan tak percaya. 'Tadi aja nggak mau diajak ke sini!'
Hamdan menetralkan ekspresi terkejutnya. Dia menarik nafas dalam.
"Kamu serius dengan ucapan kamu?"
"Saya belum pernah seserius ini, Om."
Wisnu merasa merinding dengan suasana di ruangan yang begitu mencekam.
"Azzam gimana?" Tanya Hamdan serius. Sangat berbeda dengan Hamdan sebelum Syaf mengutarakan niatnya melamar Alysha.
"Saya siap menerima Azzam, Om."
"Keluarga kamu?"
"Saya akan coba jelaskan."
"Oke! Kalau keputusan keluarga kamu sudah kamu dapatkan, kamu bisa datang lagi ke sini. Alysha itu putri saya satu-satunya. Putri kesayangan saya. Saya nggak mau dia sampe kenapa-kenapa. Ngerti?"
"Iya, Om. Kalau begitu, kami pamit dulu, Om. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
ns 18.68.41.141da2