Ketika melihat bandara sudah ada di depan mata. Aku tahu jika kami sudah sampai. Aku turun dari taksi dan memberinya beberapa lembar uang berwarna merah.
“Thank you very much!” teriakku ke taksi yang telah pergi itu. Aku masuk ke dalam bandara dan bertanya pada seorang satpam. “Can you help me please?” tanyaku. Aku menyerahkan tiketku dan –lewat gerakan tubuhku- aku memintanya untuk mengantarku. Satpam itu tampaknya mengerti. Dia memberikan tiketnya kembali padaku. Kemudian, dia memintaku untuk mengikutinya dan kami berjalan di tengah-tengah orang-orang yang padat.
Aku segera mengikuti satpam itu dan kami sampai di sebuah pintu. Aku menyerahkan tiketku pada wanita yang menjaga. Sementara, satpam itu menghilang dibalik kerumunan. Ketika aku hendak masuk, tiba-tiba wanita itu manahanku.
“Sorry, sir. But, you are going to false door!”
“What do you mean?” tanyaku.
Wanita itu menarik tanganku dan dengan cekatan membawaku masuk ke dalam pintu yang lain. Dia juga menyerahkan tiketku pada penjaga pintu yang lain. Aku yang tak begitu mengerti, hanya berterima kasih dan masuk ke dalam pintu itu. Sementara, aku masih bisa mendengar wanita itu berbicara dengan temannya.
“Dia salah masuk.” kata wanita itu dengan bahasa Indonesia yang sama sekali tak kumengerti.
“Apa maksudnya?” tanya temannya.
“Dia hendak masuk ke pesawat yang menuju kota London. Padahal, tiketnya tiket menuju Paris.” Jelas wanita itu. Sepertinya temannya itu tertawa dan menganggap itu hal yang lucu.
#####
Aku memilih salah satu bangku dan duduk. Lalu, mengeluarkan pemutar musik dari tasku dan menyalakannya. Ada beberapa lagu yang sangat kusukai dan lebih baik mendengarkannya daripada duduk dalam kebosanan menunggu pesawat sampai di bandara nanti. Suara alunan seorang penyanyi mengalun lembut lewat telingaku dan dengan cepat membuatku terasa mengantuk. Hujan mulai turun perlahan-lahan dan tiba-tiba saja kenangan itu, kembali begitu saja.
#####
Seorang pramugari yang memakai rok pendek menyentuh bahuku. Dia berambut merah ikal dan diikat kebelakang. Aku melepas headset-ku dan segera berdiri. Rasanya malu juga dilihat orang sedang tidur seperti itu. Eh, apa aku ngiler? Aku menyentuh bibirku, untung saja tidak ada apa-apa di sana.
Aku berjalan lebih lambat dari yang sebelumnya. Tiba-tiba aku jadi kembali pada mimpiku tadi. Aku sering bertanya-tanya, apa dia baik-baik saja? Bagaimana keadannya? Di terowongan keluar menuju bandara, ada sebuah jendela kecil di sana. Aku tersenyum perlahan, melihat bagaimana mobil-mobil bergerak di bawah sana. Orang-orang berlalu lalang membawa berbagai barang. Di depanku, ada dua orang yang tampaknya pilot dan co-pilot. Aku tak tertarik mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Tapi, ketika keluar dari terowongan. Tiba-tiba saja salah satu dari mereka berkata,
“Bonnes Vacances![1]”
Aku telah berada di Perancis. Aku akan membeli cincin untuk pernikahanku dengan Katrina. Kemudian, kami akan menikah tak lama setelah itu. Ketika aku keluar dari bandara, aku melihat sebuah plang besar yang bertuliskan nama bandara ini.
Aéroport Paris-Charles de Gaulle[2]
Aku tidak tahu, sungguh-sungguh tidak tahu. Bahwa, wanita itu juga naik pesawat yang sama denganku. Kami berdua sama-sama berada di Perancis. Takdirku dan takdirnya yang telah terpisah begitu, sekarang terjalin kembali dengan erat, untuk kedua kalinya.
[1] Selamat berlibur!
[2] Salah satu pusat penerbangan utama dunia dan dikenal juga dengan nama Bandar Udara Roissy atau di Perancis sendiri terkadang disebut dengan Roissy saja.