Aku menatap langit-langit kamarku, Melati sudah lama pulang, dia berhasil membiarkanku tidak bisa tidur karena pertanyaannya. Aku sungguh berharap jika Melati tidak pernah menyadari jika aku tidak pernah sekalipun berkata bahwa aku mencintai Valentino. Aku tak tahu kenapa, tapi, kata-kata itu sangat sulit kuucapkan. Seperti, ada lem perekat kuat yang tak terlihat, yang menahanku sehingga aku tidak bisa mengatakan kalimat itu. Tiba-tiba aku mengantuk, lalu, mataku tertutup perlahan-lahan. Kemudian, aku bermimpi dan pikiranku membawaku pergi jauh ke masa lalu yang untuk pertama kalinya memperkenalkanku aku pada cinta.
#####
Usiaku delapan belas tahun waktu itu, aku baru saja lulus SMA. Aku sedang menikmati masa-masa liburanku sebelum melanjutkan pendidikanku di universitas nanti. Aku dan beberapa temanku memutuskan untuk liburan keliling Eropa untuk pertama kalinya. Aku tidak pernah pergi keluar negeri sebelumnya, tapi Valentino meyakinkanku untuk pergi. Melati juga ikut bersamaku. Hal itu menguatkanku untuk mencoba menaklukan Eropa. Sementara, ayah dan Ibuku berada di Belanda bersama keluarga Valentino.
“Percayalah pada Valentino.” Kata ayah sambil mengusap kepalaku. “Dia laki-laki yang baik.”
Ayah sangat ingin aku dan Valentino bersama. Sementara, aku sendiri masih meraba-raba perasaanku. Valentino sudah kuliah tahun ketiga dan hampir lulus. Dia sangat tampan dan tinggi selayaknya orang Belanda. Sementara aku sendiri terhitung pendek. Valentino membantuku dan Melati untuk mempersiapkan segalanya. Kami berangkat dari Belanda menuju ke Inggris bersama teman-temanku yang lain. Ada tiga orang lagi teman dari Indonesia yang juga ikut bepergian denganku. Mereka teman-teman baikku di sekolah dan kami sama-sama ingin menikmati masa-masa liburan sebelum memasuki dunia perkuliahan.
Aku terkagum-kagum ketika kami turun dari pesawat dan melihat pemandangan bandara di Inggris. Setelah istirahat di hari pertama, tiba-tiba Valentino berkata dengan senyum mengambang, “Cepat siap-siap! Sekarang, kita akan berjalan-jalan keliling kota London.”
Aku berbunga-bunga mendengarnya. Aku segera mempersiapkan bajuku yang terbaik untuk menikmati keindahan kota London. Kami naik ke sebuah kendaraan umum dan teman Valentino yang bertugas sebagai pemandu, menjelaskan secara rinci tentang bangunan-bangunan yang kami lewati. Semua orang terasa takjub mendengarkan penjelasan si pemandu itu. Bahkan Valentino juga memperhatikan si pemandu wisata yang masih mudah itu dengan serius.
Bus yang kami naiki ramai dipenuhi penumpang lain. Sehingga, aku, Valentino dan Melati harus duduk terpisah. Beberapa kali bus berhenti dan beberapa orang Inggris lain juga naik dan turun, begitulah seterusnya,. Lama kelamaan aku tertidur di kursiku. Aku tidak tahu berapa lama aku tertidur. Tapi, ketika aku terbangun Valentino dan Melati sudah tidak ada di bus itu.
Aku merogoh tasku dan kepanikanku semakin bertambah saat aku melihat ponsel dan dompetku sudah tidak berada di sana. Seseorang pasti telah mengambilnya ketika aku tertidur. Bagaimana ini? Aku harus bagaimana? Aku tidak mengenal siapapun di sini. Aku tidak punya uang dan tidak ada alat komunikasi yang bisa kugunakan. Bagaimana bisa pertama kalinya aku menjelajahi Eropa malah berakhir seperti ini?
Aku turun dari bus. Aku melihat pemandangan di sekelilingku yang terasa begitu asing. Kebahagiaanku yang membuncah hanya beberapa saat yang lalu, sekarang menguap dan menghilang digantikan rasa takut memenuhi seluruh kepalaku. Aku tidak mengenal siapa-siapa dan tidak tahu apa yang harus kulakukan. Perjalanan yang seharusnya menjadi pengalaman yang tak terlupakan ini, bagaimana bisa berubah menjadi mimpi buruk?
#####
Aku terbangun dari tidurku, karena suara seseorang mengetuk pintu dengan keras.
“Kirana! Kirana? Apa kamu di dalam?” kata ibu dari balik kamar.
“Iya! Aku di sini Ibu!” kataku masih setengah mengantuk.
“Cepat keluar! Ada Valentino tuh! Dia mau bicara sama kamu!”
Mendengar kata ‘Valentino kesadaranku langsung kembali secara utuh. Sebelum aku bangkit dari tempat tidurku. Suara azan ashar bergema dari mesjid. Suara azan itu menggema kesetiap sudut penjuru, memanggil semua orang yang beriman untuk berjalan ke masjid, memenuhi panggila dari Tuhan yang memiliki segalanya. Suara itu mengalun-ngalun dengan merdu, langsung merasuk ke dalam sukma.
145Please respect copyright.PENANAdA7ejf2NBt
145Please respect copyright.PENANAFizo1xZGMm