Kupikir aku tidak perlu menceritakan bagaimana kebijakan-kebijakan perpolitikan yang kulakukan. Satu hal pasti adalah aku berhasil menyeimbangkan semua urusanku dengan baik. Jika ada beberapa pihak yang tidak setuju, maka itu bukanlah masalah yang besar bagitu. Bukankah itu wajar jika ada yang tidak suka kepada kita? Jika kita berharap semua orang akan menyukai kita. Menurutku, itu gila. Tapi, ada satu hal yang dengan senang hati akan kuceritakan. Aku sudah berencana untuk melakukan kunjungan luar negeriku sebagai perdana menteri. Ada sekitar lima belas negara yang akan menjadi tempat kunjunganku dan selama aku pergi wakil perdana menteri akan menggantikan aku.
“Kau yakin tak mau ikut?” aku bertanya pada Katrina ketika kami sedang makan malam di sebuah restoran elit di pusat kota London. Lampu-lampu bersinar terang dan ada sebuah lampu gantung besar di tengah-tengah ruangan. Kursi-kursi penuh dengan berbagai macam orang dari berbagai macam kalangan. Beberapa anggota House of Lords juga sedang makan di sini. Katrina mengenakan gaun hijau dengan pungung terbuka. Aku sendiri mengenakan tuxedo dan celana berwarna putih, “Apa kau tak ingin aku pergi ke luar negeri? Aku akan memperkenalkanmu sebagai istriku.” Katrina hanya tertawa, “Kau tidak bisa melakukan itu Romeo! Kita kan belum resmi jadi suami istri. Bagaimana kau bisa mengatakan hal seperti itu? Kupikir akan lebih baik jika aku menunggumu di sini. Aku masih memiliki banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan.”
Musik terdengar merdu dari seorang pemain biola yang bermain didekat kami. Meski aku cukup pandai berdansa, tapi kali ini aku tidak akan melakukannya. Kemudian, seorang pelayan datang dengan dua gelas sampanye. Aku menatap restoran tempat kami makan. Restoran ini sangat besar dan megah, terdiri dari tiga lantai dan berada di dekat Sungai Thames[1]. Menurutku, pemandangannya jauh lebih menakjubkan dibandingkan dengan pemandangan di tepi Sungai Nil. Untungnya, aku memilih tempat yang berada di tempat terpisah dari pengunjung lain, sehingga aku bisa lebih menikmati waktu berdua dengan Katrina.
Tiba-tiba Katrina berteriak sangat keras! Dia langsung berdiri dan menjatuhkanku kemudian membuat kami berdua terjatuh dari kursi. Tapi, Katrina tidak perduli dan malah memukuli dadaku.
“ROMEO JAMES WATSON!!! KAU BENAR-BENAR LAKI-LAKI KURANG JAR!!!” teriaknya ke arahku. Tapi, wajahnya merah padam dan dia terdengar bahagia sekali. “Kau kenapa?” tanyaku, pura-pura bodoh. Tapi, Katrina masih saja memukuliku dan berteriak, “Kau tiba-tiba mengajakku makan malam tanpa sebab, berdandan, lalu memilih tempat romantis di sini.”
“Di dalam gelas itu ada CINCIN!!!” teriaknya lagi. Kali ini aku hanya tertawa. Cahaya bulan yang begitu indah berada di atas kami. Aku sudah merencanakan hal ini sejak lama. Aku menyembunyikan cincin di dalam gelas yang berisi minuman untuknya. Aku sengaja memalingkan wajah ketika dia meminum sampanye miliknya karena aku tidak terlalu pintar berakting dan pasti akan langsung ketahuan jika dia melihatku tadi. Kami berdiam dalam suasana yang tegang, tapi, menyenangkan. Sepertinya latihanku berpidato di depan umum selama bertahun-tahun tidak berguna sekarang. Mulutku terkatup dan tak tahu harus berkata apa. Namun, akhirnya aku berbicara juga dengan susah payah, “Bagaimana? Apa kau bersedia” tanyaku gugup.
Katrina mengangguk.
“Ya, aku bersedia.” katanya. Suara musik terdengar dengan merdu dan membuat suasana malan itu terasa lebih cair. Angin bertiup melewati kami berdua. Di malam yang indah ini aku dan Katrina berciuman. Besoknya, majalah-majalah gossip itu mengetahui dengan tepat bagaimana kronologi kejadian lamaran itu. Aku tidak tahu siapa yang membocorkannya, mereka memang pencari berita yang handal. Aku sendiri tidak merasa terganggu dengan hal itu, aku lebih memikirkan dengan efek dari ciuman kemarin malam masih terasa sampai beberapa hari kemudian.
[1] Sungai yang menghubungakan London dengan laut. Panjangnya 356 KM, mengalir dari selatan Inggris dan bermuara di Laut Utara. Salah satu sungai terkenal dari Inggris.