Melati Saraswati
“Kamu sudah menemukannya?” tanya Valentino.
Aku menggeleng.
Valentino jelas lebih pusing dariku. Dia sudah berbicara dengan polisi itu berjam-jam, lalu, ikut pula mencari-cari Dewi kemana-mana. Foto yang tadi masih rapi, sekarang sudah rusak karena terlalu lama digenggam. Keringat sudah sejak tadi berjatuhan dari keningnya. Tangannya mengepal dengan kuat karena sampai sekarang belum menemukan Dewi.
“Kau harus beristirahat! Matamu itu sudah hitam tuh! Kau terlalu memaksa sih!” kataku. Valentino tersenyum padaku, meski, aku tahu ada rasa sedih di hatinya. Dia benar-benar mencintai Dewi. Aku sangat tahu hal itu.
“Sebaiknya, kau juga mengatakan hal ini pada dirimu sendiri.” katanya. “Kau juga tidak tidur sejak kemarin, kan?”
Aku tidak bisa menjawab.
Akhirnya kami berdua berjalan ke minimarket dan membeli dua buah roti dan susu dalam kemasan plastik. Kami duduk di kursi di depan mini market itu. Valentino membagi makanan dan susu masing-masing untukku dan untuknya sendiri.
Kami makan dalam diam. Baik aku atau Valentino sama-sama tak tahu harus berkata apa. Orang-orang berlalu lalang tanpa memperhatikan kami. Aku lebih suka seperti ini, rasanya aneh kalau diperhatikan orang sementara kita sendiri seperti gelandangan.
“Boleh aku bertanya?” tanya Valentino tiba-tiba. Aku tidak menatapnya, tapi, tetap berkonsentrasi pada makananku. Valentino sangat tidak suka dilihat lawan jenisnya secara langsung. Jika berbicara dengan lawan jenis, kebanyakan dia akan menunduk untuk menjaga pandangan. Ketika dia memulai pembicaraan, hal ini cukup mengejutkanku. Mengingat kami sedang dalam keadaan seperti ini.
“Ada apa?” tanyaku lagi.
“Aku tak tahu harus memulainya darimana. Tapi....”
Aku mengambil susu dan meneguknya perlahan. Valentino berkata dengan sangat hati-hati, seolah jika salah kata akan membuat dunia kiamat. “Apa menurutmu, Dewi benar-benar mencintaiku?”
Apa yang terjadi jika kalian dalam keadaan seperti itu?
Aku mengalami hal yang sama dengan para artis dan juga aktor di sinetron kita.
Aku tersedak.
“Apa maksudmu?” tanyaku dengan kesal. Lebih banyak karena membuatku tersedak. Susu yang baru kuminum keluar dari mulut dan hidungku. Valentino segera mengambil tisu dari jaketnya dan memberikan padaku. Aku mengambilnya dan sesaat kulihat ada rasa bersalah di matanya.
“Aku..” kata Valentino sambil memandang ke bawah. “Ada saatnya dimana aku merasa Dewi sama sekali tidak mencintaiku. Aku sering merasa seperti itu. Tapi, bukan maksudku meragukan perasaannya.”
Aku berhenti mengelap mulutku dan menatap Valentino yang tertunduk. Aku tak tahu apa suasana ini bisa disebut dengan suasana komedi atau ironi. Jadinya, aku tak tahu apa aku harus tertawa atau bersedih. Bagiku, aku malah ingin melakukan keduanya.
“Kamu tidak usah berpikir macam-macam. Saat ini yang paling penting adalah menemukan Dewi. Lagipula, jika Dewi memang tidak mencintai kamu, buat apa dia menerima lamaranmu?” kataku berusaha bersikap diplomatis. Valentino memandangku untuk pertama kalinya dan tersenyum lemah.
“Aku mungkin terlalu berlebihan, ya?”
Aku tidak menjawab. Aku tak bisa menjawabnya dan kalaupun bisa, aku tak akan mengatakannya. Itu hanya akan menyakitinya, aku selalu yakin jika telah terjadi sesuatu pada hati Dewi. Sedangkan, cincin itu adalah petunjuknya. Aku dan Valentino berdiri. Aku tak tahu apa musim dingin atau musim panas yang akan menghadang Paris. Atau mungkin saja akan ada musim-musim yang tak kuketahui.
Aku berdiri dan dia juga berdiri. Tapi, kami tidak melangkah satu langkahpun. Aku bertanya-tanya, apa yang akhirnya akan aku lakukan jika akhirnya aku mengetahui segalanya? Tapi, apa aku akan tahu segalanya? Apa aku akan berani untuk mengetahui segalanya?
Sebab aku tahu ada sesuatu yang sangat dalam yang tersembunyi dalam hatinya. Bukankah, hati manusia nyaris tidak memiliki dasar, tidak memiliki pintu atau jendela. Bahkan, tidak memiliki bentuk? Sampai jika kita benar-benar mencintai seseorang, seseorang itu akan bersemayam dalam hatinya? Bukankah, Jalaluddin Rumi pernah berkata, hati seorang pencinta-Nya lebih luas dari singgasana-Nya?
ns 15.158.61.8da2