Aku memegang pena milikku dan aku tahu jika aku telah melakukan hal yang luar biasa hari ini. Di gedung parlemen ini, aku mendatangani surat persetujuan untuk kunjungan luar negeriku sebagai perdana menteri ke banyak negara di dunia. Ada Swiss, Amerika, Arab Saudi, Brunei, Malaysia dan beberapa negara lainnya termasuk negara itu, Indonesia. Setelah penandatanganan dilakukan, aku mendengar suara gemuruh tepuk tangan dari para hadirin yang hadir. Aku tersenyum dan melambaikan tanganku pada mereka semua.
Perjalananku, telah dimulai.
#####
Besoknya aku naik pesawat pribadi yang langsung mengantarku ke Bern, Swiss . Aku berada di sana sekitar dua hari saja dan menandatangani beberapa perjanjian mengenai kerja sama ekonomi. “Kita tidak bisa lama-lama karena masih ada banyak negara lain yang harus kita kunjungi.” Kata Matthew dengan tegas seperti biasa. Kemudian, tanpa sebab apapun tiba-tiba aku jadi ingat lagi restoran dan ciuman dengan Katrina pada malam itu.
Aku tersenyum sendiri jika mengingatnya.
Aku menikmati waktu-waktu yang kuhabiskan dengan banyak kepala negara. Kami berbicara mengenai banyak hal dan aku juga bisa mempelajari hal-hal yang baru dari mereka. Waktu makin berlalu semakin cepat hingga tahu-tahu aku sudah berada di Moscow. Seorang pejabat pemerintah menjelaskan dengan sejarah Istana Kremlin yang menawan itu. Aku mendengarkan penjelasan pria itu dengan seksama dan berusaha menikmati pemandangan yang tersaji didepanku. Lalu, Tiba-tiba hujan turun saat dia bercerita dan mengalihkan semua perhatianku.
“Astaga, bagaimana bisa tiba-tiba hujan?” Pria pemandu kami terkejut.
“Apa dari kalian ada yang mempunyai payung?” tanyaku. Pemandu itu kebingungan tapi dia menyuruh salah satu penjaga untuk membawa payung. Aku tak menunggu lebih lama lagi dan langsung mengambilnya. Kemudian, aku berlari sekuat tenaga dan membiarkan para pengawal, penjaga istana dan juga pemandu itu kebingungan. Aku melihat dengan jelas ada seseorang perempuan berambut panjang yang sepertinya kukenal, dia sedang berdiri di luar istana. Aku yakin aku melihatnya dengan sangat jelas. Hujan turun semakin deras saat aku keluar dari istana dan siap memberikan payung pada wanita itu. Tapi, saat aku ke sana, orang-orang sudah berlarian berusaha meneduh.
Aku kehilangan jejak wanita itu.
Apa dia betul-betul wanita itu atau hanya ilusiku saja?
Tiba-tiba aku tersadar bahwa aku sedang berada di sitana Kremlin dan wanita itu tidak mungkin berada di sini. Aku melepaskan payung dan membiarkan air hujan membasahi wajahku. Pengawalku dan pejabat-pejabat yang menemaniku berlarian berusaha melindungiku dari hujan. Perasaan hampa sudah kembali menyeruak dalam diriku. Mentertawai diriku sendiri atas khayalan gila yang terkadang tiba-tiba masuk ke dalam kepalaku. Bagaimana bisa aku masih tidak bisa melupakanmu?
Dewi.
ns 15.158.61.48da2