“Aku udang nggak sanggup, Kak, tinggal di sini,” keluh Tina. Aku hanya bisa mengatakan kata “sabar” sebagai respons. Tina, adikku, sudah sebulan menikah dengan Pak Tirta. Pria itu memiliki jarak usia sekitar sepuluh tahun dengan adikku. Entah apa yang ada di pikiran orang tuaku sampai-sampai mereka bisa-bisanya menikahkan Tina dengan pria itu. Tina tidak mencintai Pak Tirta. Selama ini, Tina berusaha menerima nasibnya tetapi Tina kelihatannya menderita.
Selain itu, Pak Tirta, yang seorang duda, memiliki anak remaja yang bernama Ayu. Sebagai anak tunggal, Ayu begitu dimanjakan oleh keluarganya. Ayu tidak menerima kehadiran Tina karena Ayu menganggap Tina merebut ayahnya.
Hubungan Tina dan Pak Tirta menjadi kurang harmonis karena Ayu. Seminggu setelah pernikahan, Tina meminta ibuku untuk menemaninya tinggal di rumah Pak Tirta sampai Tina bisa beradaptasi. Namun, seminggu yang lalu, bapakku sakit sehingga ibu harus pulang. Tiga hari yang lalu, orang tuaku mengirim aku ke rumah ini untuk mengecek kondisi Tina. Begitu aku sampai, Tina langsung mencurahkan perasaannya. Menurut, Tina, Pak Tirta semakin bersikap tidak baik kepadanya. Ayu juga selalu bersikap seolah-olah Tina tidak kelihatan di rumah ini. Tina ingin pulang ke rumah, ucapnya berulang kali. Namun, tetap saja, apa pun keluhan yang disampaikan Tina hanya bisa kurespons dengan kata “sabar”. ***
ns 15.158.61.6da2