Irsan sering melihat orang-orang yang menyerobot antrean. Dia juga sering heran terhadap ibunya jika diserobot dalam antrean. Ibunya tidak pernah marah. Kadang kala, ibunya malah mempersilakan orang lain untuk didahulukan. Namun, di saat lain, bisa jadi malah ibunya yang dipersilakan duluan. Irsan tak pernah melihat ibunya menyerobot antrean sekalipun dalam kondisi apa pun. Irsan berpendapat mungkin hati ibunya terbuat dari emas.
Sekali waktu, saat siang yang amat panas, Irsan pernah berniat menyerobot antrean pembayaran di suatu minimarket. Irsan tidak tahan ingin ke kamar kecil. Sementara itu, di depannya, masih ada dua orang lagi yang sedang menunggu giliran untuk membayar.
Namun, karena teringat ibunya, Irsan mengurungkan niatnya. Dia memutuskan untuk menitipkan barang belanjaannya di kasir sekaligus menanyakan letak kamar kecil. Kemudian, dia pun bergegas ke kamar kecil. Hatinya terasa lega karena tidak jadi menyerobot antrean. Ibunya pasti sangat malu apabila Irsan menyerobot antrean. Ketika keluar dari kamar kecil, Irsan melihat sosok yang dia kenal. Rupanya, adik kelas yang dulu sering dibantu oleh Irsan bekerja di minimarket itu. Mereka pun bertegur sapa sejenak. Sebelum pergi, adik kelas Irsan menyelipkan sesuatu di tangan Irsan, yaitu sebuah voucer diskon.