Kita berkenalan di bawah pohon kersen. Waktu itu, kita masih anak-anak. Aku sangat pemalu sementara kau sangat pemberani. Kau yang pertama menghampiriku ketika aku didorong oleh ibuku untuk bermain. Kata ibu, aku terlalu banyak diam di rumah. Aku terlalu banyak menghabiskan waktu bersama di depan layar. Namun, aku menyukurinya. Karena ibuku yang telah mendorongku keluar rumah, aku jadi mendatangi pohon kersen itu, lalu bertemu denganmu.
Sayangnya, kita tak banyak bersua saat kita remaja. Aku dengan duniaku sedangkan kau dengan duniamu. Aku cuma bisa memperhatikan perubahanmu yang entah kenapa aku tak menyukainya.
Tiba-tiba, aku mendengar kabar kau telah meninggal dunia. Aku segera mendatangi rumahmu. Benar saja, banyak orang kampung berkumpul bersama keluargamu di rumahmu. Mereka mengelilingimu sambil menangis. Aku tak sanggup masuk ke rumahmu apalagi menyalami keluargamu. Rasa penyesalan menyeruak dalam hatiku. Aku tahu kau berubah tapi aku membiarkanmu. Pada akhirnya, kau dimakamkan. Aku mendoakan dari kejauhan. Makammu dinaungi dahan pohon tetapi bukan pohon kersen. ***
ns 15.158.61.6da2