Suatu hari, terdengar suara berisik klakson dan deru mesin dari banyak motor yang berkumpul di teras rumahku. Aku mengintip ke teras dari jendela kamarku yang berada di lantai dua. Aku melihat ayahku tampak sangat gembira saat menyambut beberapa bapak-bapak yang tiba di rumahku. Orang-orang itu bukanlah teman atau rekan kerja ayah yang biasanya bertamu ke rumah. Aku turun ke lantai satu untuk bertanya kepada ibu. Saat itu, ayah dan tamu-tamunya sudah bercengkerama sembari menggelar tikar di teras. Kata ibu, mereka adalah teman-teman ayah semasa sekolah.
Ibu memintaku untuk membantunya membawa suguhan untuk tamu-tamu ayah. Ayah memperkenalkan aku lalu bapak-bapak itu mulai memuji tentang wajahku, rambutku, bahkan badanku. Sebenarnya, aku tak nyaman dipuji dan ditatap oleh bapak-bapak itu tetapi ayahku sepertinya tersenyum dengan bangga.
Sebulan kemudian, mereka kembali berkumpul di rumahku. Seperti sebelumnya, kedatangan mereka ditandai suara klakson dan deru mesin yang berisik. Ayahku kembali terlihat bahagia dan ibuku kembali menyuruhku untuk menyajikan makanan. Mereka semua melontarkan tatapan dan pujian lagi. Tiba-tiba, seseorang mencolek badanku sambil berkata kalau aku punya tubuh yang indah. Seketika aku terkesiap dan melirik ke arah ayahku. Rupanya, ayahku malah tersenyum bangga dan berterima kasih atas pujian teman-temannya. Aku segera beranjak pergi menjauh dengan perasaan yang campur aduk. Aku tak terima diperlakukan seperti itu tetapi aku bahkan tak bisa marah ataupun menangis. Sampai saat ini, aku merasa takut dan panik saat mendengar suara bising mesin motor yang tiba-tiba berhenti di teras rumahku. ***
ns 15.158.61.8da2