"Menggapai impian…"
Selesai berlatih, mereka berempat duduk dipojokan kamar sambil meminum air putih mereka masing-masing.
"Aduh, capek juga yah." keluh Farel sambil mencoba membuka botol airnya.
"Lirik lagu yang lu buat bagus banget. Beda banget sama yang Ezra buat kemarin. Cepat lagi buatnya, cuma 2 hari udah jadi. " ejek Zidan sambil melirik ke arah Ezra.
"Buset dah. Gua udah susah-susah buat, malah jadi bahan ejekan." ketus Ezra kesal.
Sudah 2 hari, dari kejadian di restoran itu. Sekarang Farel dan Mirza sudah bersahabat lagi dan sudah resmi menjadi anggota Melody Night. Dengan adanya Farel dan Mirza, Melody Night sekarang memiliki 4 anggota. Ezra sebagai pemain Keyboard, Zidan memainkan gitar, Farel drummer, dan Mirza pemain bass.
"Lagunya sih emang bagus, tapi kita masih harus mencari seorang vokalis." kata Mirza.
"Tunggu, tunggu, tunggu, emang bukannya gua yang jadi vokalisnya?" tanya Ezra.
"Elu? Yah kaga lah," kata Zidan dengan nada mengejek. "Suara aja pas-pasang, mana bisa menjadi vokalis."
"Yahhh, setidaknya masih ada bagus-bagusnya dikit. Dari pada elu, enggak sama sekali." balas Ezra tidak ingin kalah.
"Ehh, udah na-" ucapan Farel terhenti, karena tiba-tiba Al masuk sambil membanting pintu, yang membuat semua orang yang ada di dalam, terkejut.
"Astaga, kenapa sih? Kaga bisa apa ketuk pintunya dulu. Ini malah main banting aja. Kalau pintunya rusak bagaimana?" omel Zidan.
“Ma-maaf Kak, maaf,” kata Al terbata-bata karena kelelahan. “Ezr gu-gua punya kabar bagus buat lo dan semua anggota band lu,” lanjut Al.
“Nihhh minum dulu.” saran Mirza sambil memberikan botol mineral untuk Al.
“Te-rima kasih.” kata Al sambil mengambil botol mineral tersebut dari Mirza dan meminumnya. Setelah Al selesai minum,
“Berita bagus apa Al?” tanya Ezra penasaran.
“Ini tentang Akta,” kata Al. Ezra, Zidan, Farel, dan Mirza terkejud mendengar Al, membawakan berita yang berkaitan dengan grup band tersebut, terutama Farel Dan Mirza, yang dulunya adalah anggotanya. Mereka langsung memusatkan perhatian mereka ke Al.
Akta adalah band musik seperti Melody Night, yang beranggotakan 6 orang. Rangga, Rifka, Putra, Dika, Gilang, dan Reyvan.
“Kenapa dengan Akta?” tanya Ezra.
“Akta? Surat tanda bukti maksudnya?” tanya Zidan yang tidak tahu tentang grup band tersebut.
“Grup band, PINTER!” batin Ezra kesal.
“Oke, gua lanjutin yah. Kemarin gua ngajak temen gua untuk ketemuan. Nah, pas gua ceritain tentang grup band lu ke dia sama tentang Mirza dan Farel yang adalah mantan anggotanya Akta, dia langsung pengen ketemuan kalian semua secara langsung,”
“Hah serius lu?” tanya Ezra tak percaya.
“Iyah benar. Mereka pengen ketemu lu sama yang lain besok.”
“Besok? Dimana?” tanya Ezra.
"Di Lapangan D Senayan. Mumpung mereka lagi gladi resik disana. Katanya sih, sekitar jam waktu makan siang, pas mereka lagi istirahat." jelas Al.
"Tunggu, tunggu, kita semua harus ikut?" tanya Mirza dengan nada agak panik.
"Yahhh, tentu saja," jawab Al.
Melihat ekspresi wajah Mirza, Farel menjadi ragu.
"Mungkin kalian saja deh. Gua dan Mirza gak ikut." kata Farel.
"Ehhh, jangan gitu dong. Gua udah susah-susah melakukan semua ini demi kalian. Masa kalian gak mau ikut." kata Al dengan nada sok memelas.
"Tapiiii-“, “Kita kan kesananya bareng. Jadi kalau ada apa-apa, kita pasti akan ngebelain lu." Kata Zidan sambil memegang pundak Mirza.
Mirza tersenyum. "Oke, oke, gua ikut." Kata Mirza mengalah.
"Besok gua juga ikut yah. Biar kalian gak salah tingkah pas ketemu mereka." ejek Al.
“Tapi sekarang pertanyaannya, kita naik apa ke sananya?” tanya Mirza.
"Tinggal pake taksi aja bisa kok." usul Ezra.
"Yaudah terserah, gua pergi dulu yah. Gua gak mau ngeganggu latihan kalian." kata Al sambil membuka pintu dan pergi dari dalam ruangan tersebut.
"Ngeganggu? Dari tadi kali." ujar Zidan dalam hati.
"Baiklah, ayo kita latihan lagi." Kata Ezra sambil kembali ke keyboardnya dan siap untuk memainkannya.
Ezra dan yang lain pun kembali berlatih hingga malam. Sebelum mereka pulang,
"Dahh, sampai ketemu besok." kata Farel sambil melambaikan tangannya dari dalam mobil. Karena rumah mereka lumayan jauh dari kosan tempat mereka latihan, Mirza dan Farel pulang dijemput oleh kakaknya Farel.
"Makasih yah kak, sudah menjemput kami." Kata Farel kepada kakaknya, Azka.
"Iyah sama-sama. Lagian pulang malem amat sih. Jam 10 baru pulang. Kaya orang baru pulang kantor aja." keluh Kak Azka.
Gunadhya Raffael Azka atau akrab dipanggil Azka. Azka adalah kakak laki-laki Farel yang berumur 25 tahun. Kak Azka baru saja menikah, sekitar setahun yang lalu. Semenjak menikah, Kak Azka sudah tidak tinggal bersama Farel dan anggota keluarga yang lain. Walaupun begitu rumah Kak Azka tidak terlalu jauh dari rumah Farel tinggal, hanya beda komplek.
Setelah hampir 1 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah Mirza. Sebenarnya Farel dan Mirzan bisa saja pulang menggunakan kereta, dan akan lebih cepat sampai nya. Tapi karena terlalu malam dan Kak Azka tidak tega membiarkan adiknya pulang naik kereta, akhirnya dijemputlah oleh nya naik mobil. Tapi itu juga karena Kak Azka baru pulang kerja, makanya ia mau.
“Dahh Mir,” ucap Farel sambil melambaikan tangannya dari dalam mobil. Mirza pun membalasnya dengan melambaikan tangannya juga. “Jangan lupa yah besok.”
“Iyah terima kasih.” ucap Mirzan lalu berjalan menuju ke dalam rumahnya.
Mobil pun dijalankan kembali, menuju rumah Farel. Saat mereka sudah hampir sampai,
“Emang ada apa besok? Kalian berdua ada janji?” tanya Kak Azka sambil memijid-mijid pundaknya yang pegal.
“Iyah semacam itu lah,” kata Farel berbohong.
“Oh yah kak, besok kakak libur kan?” tanya Farel.
“Yahh, kenapa emang? jawab Kak Azka.
“Boleh gak, kakak anterin gua sama temen-temen gua ke Lapangan D Senayan?”
“Hah? Buat apa sih kesana? Capek tau gua. Orang besok gua mau istirahat,” keluh Kak Azka. “Kan naik taksi bisa.”
“Naik taksi kan mahal. Bisa mengurangi jatah uang gua. Please lah kak.” katanya sambil menggoncang-goncang tubuh kakanya.
“Ihhh, diam napa! Kalo nabrak gimana mobilnya?” batin Kak Azka.
Farel pun berhenti menggoncang-goncang tubuk kakanya.
”Emang ada berapa orang yang ikut?” tanya Kak Azka sambil memarkir mobilnya didepan rumah Farel.
“4, masa gua jadi 5.” jawab Farel.
“Buset, 5 orang. Banyak banget dek.” batin Kak Azka terkejud.
“Pleaseeee kak. Ini penting banget. Anterin aja kita, nanti pulangnya gak usah deh.” rengek Farel.
“Iyah, iyah oke, jam berapa?” tanya Kak Zidan.
“Ketemuannya jam 12, paling jam 10:30 berangkatnya.” jawab Farel.
“Oke gua anterin. Tapi nanti pulang bawain gua kue coklat yah.” kata Kak Azka.
“Siap bos,” ujar Farel sambil membuka pintu mobil.
“Yaudah sana pulang dulu. Besok gua usahain anterin lo. Tapi dari kampus lu kan gua ngejemputnya?”
“Iyah, dikampus gua aja,” jawab Farel. “Yaudah gua pulang yah. Makasih kakak.” ucap Ferel sambil mengacir masuk ke rumahnya.
“Dasar tuh bocah.” sengit Kak Azka sambil menyalakan mobilnya dan mengendarainya pulang.
Di dalam rumah,
“Farel pulang.” ucap Farel sambil menutup pintu.
“Eh Farel, udah pulang. Sana mandi sama ganti baju. Nanti mamah siapin makanannya.” kata mamah Farel sambil menyambut pulang anaknya.
“Gak usah mah, aku udah makan tadi. Tapi makasih yah.” kata Farel lalu mencium pipi mamahnya dan segera pergi ke kamarnya.
Saat di kamarnya, ia langsung menjatuhkan dirinya ke atas kasur.
“Ahh, akhirnya nyampe juga,” kata Farel.
“Oh iyah, gua harus kabarin yang lain tentang jemputan kita besok, " kata Farel sambil mengambil handphonenya di atas meja, membuka chatting di handphonenya dan mulai mengetik info untuk besok.
Farel: Selamat malam semua. Gua mau menginformasikan bahwa besok, gua sudah mengatasi masalah transportasi kita untuk pergi ke sana. 286Please respect copyright.PENANApdRJSAkyNT
Baru saja Farel mengirim chat tersebut, tak lama kemudian Zidan menanggapi. 286Please respect copyright.PENANAl172qsaKuN
Zidan: Ohh, yah, pake apa kesananya?
Ezra: Selamat malem juga, Rel. Itu hanya ide, apa emang udah disiapin?
Farel: Eh, pada masih bangun toh.
Farel: Udah gua siapin, kakak gua yang akan nganterin. Tapi cuma nganterin aja dia kaga mau ngejemputnya.
Zidan: Gak papa lah. Yang penting bisa ngurangin beban uang kita sedikit.
Farel: Tapi ada masalahnya. Kakak gua ngejemputnya di kampus gua. Karena kakak gua gak tau lu ama Zidan beda kampus. Atau mungkin gak kenal kalian sama sekali.
Zidan: Astaga, lu kaga ngenalin kita ke kakak lu. Kejam amet!
Ezra: Itu kaga penting. Berarti gua dan Zidan harus pergi ke kampus lu sebelum jam setengah 10 yah.
Farel: Yah begitu lah. Oh yah, jangan lupa bilangin Al yah Ezr. Kasian kalo dia harus naik taksi sendiri.
Ezra: Tenang aja, kalo masalah Al biar gua yang ngatasin. Tapi lu jangan lupa bilangin ke Mirza juga. Kayaknya malam ini dia gak aktif hp nya.
Farel: Mirza Emang begitu orang nya. Setelah jam 10 dia gak aktifin handphone. Nanti besok pas berangkat, gua kasih tau.
Setelah memberi tahu soal kakaknya yang yang mengantar mereka besok, Farel segera mandi dan bersiap-siap untuk tidur. Keesokan harinya, sebelum berangkat ke kampus, seperti biasa Farel menjemput Mirza di rumahnya. Karena rumah Farel dan Mirza berdekatan, mereka selalu pulang pergi bersama.
Saat mereka sedang menunggu kereta di stasiun.
"Oh iyah, gua hampir lupa," kata Farel sambil menepuk jidatnya.
"Ada apa Rel?" tanya Mirza yang berhenti membaca novel nya gara-gara Farel.
"Hari ini kita pergi ke tempat Akta dianter Kak Azka." jawab Farel.
"Ohhh, begitu." ujar Mirza yang tampak tidak peduli dan kembali membaca novelnya.
"Kamu gak papa Mir?" tanya Farel sambil menepuk pundak Mirza.
Tiba-tiba kereta yang akan mereka naikki datang.
"Ehh, kereta nya udah datang. Ayo Farel." Kata Mirza sambil meletakkan novelnya ke dalam tas dan menggandeng tangan Farel masuk ke dalam kereta.
"Woii, woi, woi tunggu," kata Farel yang terkejut karena tiba-tiba ditarik masuk ke dalam kereta. Mereka masuk ke dalam kereta tersebut dan mendudukki salah satu bangku kosong.
"Terima kasih yah Mir. Untung kamu narik aku. Kalau gak, mungkin kita harus berdiri sepanjang perjalanan." Kata Farel, Mirza hanya tersenyum.
Tak lama kemudian, kereta yang mereka naikki berangkat. Saat di perjalanan, ada seorang nenek-nenek yang mondar-mandir mencari bangku kosong, di sebelah Farel dan Mirza. Tanpa berpikir panjang, Mirza segera memberikan bangkunya kepada nenek-nenek itu.
"Nek, permisi, silahkan duduk di sini. Saya akan berdiri saja." kata Mirza sambil mempersilahkan nenek tersebut duduk.
"Wahh, terima kasih banyak yah nak." jawab nenek itu. Farel tersenyum bangga dengan Mirza. Mirza yang menyadari hal tersebut, tersenyum balik ke Farel.
ns 15.158.61.6da2