Disisi lain, Zidan sedang bersembunyi di kamar kos-kosannya. Berharap tidak ada yang menemukannya. Tapi tentu saja, itu tidak akan berhasil. Bahkan Ezra sudah mengetahui dimana ia berada saat ini. Ezra segera melesat pergi ke tempat kos-kosan Zidan yang tempatnya tidak jauh dari asrama nya. Saat sampai didepan pintu kamar Zidan, Ezra mencoba mengetok-ngetok pintunya. Tapi tidak ada yang menjawab.
“Zidannnn, gua tau lu ada di dalam. Bukan pintunya sekarang!” Katanya sambil berkali-kali mengetok pintunya.
“Woiiii, Zidan!” Ezra terus-menerus mengetok-ngetok pintunya sambil memanggil-manggil nya.
Tapi sampai 5 menit kemudian pun, tidak dibuka-buka. Karena lelah, Ezra duduk bersender di tembok sambil duduk di lantai di sebelah kamar Zidan, sambil memikirkan tentang cara membuat Zidan keluar dari kamarnya. Tiba-tiba Kak Vivi, sang pemilik kos-kosan yang ditinggali Zidan lewat.
“Loh, Ezra lagi ngapain kamu disini?” tanyanya yang ke bingungan melihat Ezra duduk dipojokkan lantai kos-kosan miliknya. Kak Vivi adalah mantan mahasiswa kampus Ezra, yang susah lulus 2 tahun yang lalu. Dan setelah lulus membangun kos-kosan tersebut. Walaupun Ezra sudah tidak tinggal di kosan tersebut, tapi Ezra dan Kak Vivi masih saling kenal.
"Eh kak, saya lagi nungguin temen saya." kata Ezra.
Tiba-tiba ide cemerlang keluar dari otak Ezra. Ia akan membuat Zidan keluar dari kamar nya dengan cara menipunya.
"Emmm, kak, boleh gak aku minta tolong sesuatu?" tanyanya.
"Apa itu? " tanya Kak Vivi penasaran.
"Kakak boleh gak pura-pura nagih uang bulanan Zidan? " ujar EzraEzra.
"Nagih uang bulanan? Tapi kayaknya di udah bayar deh bulan ini."
"Iyah, pura-pura aja." kata Ezra.
"Emangnya kenapa?" tanya Kak Vivi tidak mengerti.
"Ada yang saya mau dibicarain sama Zidan. Tapi orang nya gak mau keluar-keluar. Tolong yahhh, kak!" pinta Ezra lalu berdiri.
"Oke-oke." Kak Vivi pun terpaksa melakukan hal yang diminta oleh Ezra.
Sebelum memulai rencana tersebut, Ezra memberitahu Kak Vivi dulu, apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Tak lama kemudian, Ezra dan Kak Vivi memulai rencananya.
"Zidan, Zidan. Boleh keluar sebentar gak. Ada yang mau aku bahas sebentar, tentang bayaran kosan." kata Kak Vivi sambil mengetok-ngetok pintu kamar Zidan. Sementara Ezra, bersembunyi di sebelah tangga. Dan benar dugaan Ezra, tidak lama kemudian, Zidan keluar dari kamar nya. Awalnya sebelum Zidan sepenuhnya keluar, ia mencoba menengok ke kanan dan ke kiri nya dulu. Mencoba memastikan apakah Ezra masih ada atau tidak. Untungnya Zidan tidak bisa melihat Ezra. Dan akhirnya Zidan keluar dari kamar nya
"Aaaaa, iyah, ada apa kak? Bukankah saya udah bayar yah uang kosan bulan ini."
"Sini-sini ngomong nya. Biar aku kedengeran." Kata Kak Vivi sambil mencoba menjauh Zidan dari kamar kosannya. Supaya Zidan susah untuk kabur kedalaman kamarnya. Setelah Kak Vivi dan Zidan sudah agak menjauh dari kamar kosan Zidan dan mendekatkan dengan tempat persembunyian Ezra.
"Oke, sekarang ada apa kak?" tanya Zidan yang tidak sama sekali tahu tentang rencana licik Ezra.
"Aaaaa,"
Setelah membawa Zidan menjauh dari kamarnya, Ezra tidak membuat rencana lebih lanjut. Itu mengapa Kak Vivi sampai bingung harus bilang apa.
"Ohhh, yah Zidan. Tadi temen kamu kesini. Ada apa yah?"
"Siapa yah. Saya kok gak dengan apa-apa." kata Zidan berbohong.
"Ohhh, gak denger apa-apa yah." sahut Ezra yang tiba-tiba keluar dari persembunyian. Zidan sangat terkejut, ia mencoba berlari tapi dihentikan oleh Ezra.
"Eh lu mau kemana? Kaga usah kabur deh." ketus Ezra sambil mencengkam tangan Zidan, supaya ia tidak kabur ke kamarnya.
"Lepas gak?" ancam Zidan sambil bersiap-siap untuk memukuli Ezra. Ezra pun tidak tinggal diam, dia juga bersiap-siap untuk memukulinya. Tapi untungnya Kak Vivi berhasil menghentikan mereka.
"Ehh, lu berdua berantem disini, gua usur lu dari sini," ancam Kak Vivi sambil menunjuk ke Zidan
"Ezra jug. Jangan mentang-mentang kau gak tinggal disini, kau bisa ngebuat ribut. Kalau kau sampai berantem di sini, gua bilangin ke dosen lu. Biar kau dimarahin." ancam Kak Vivi. Zidan dan Ezra pun tidak berani berantem. Karena takut dengan ancaman Kak Vivi.
"Aku gak tau apa masalah kalian. Aku juga gak mau tau masalah kalian. Tapi sebaiknya kalian bicarakan baik-baik. Jika aku tahu kalian sampai berantem dan mengganggu orang lain. Akan aku keluar kalian kau dari kosan ini."
Lalu Kak Vivi pergi meninggalkan mereka yang masih terdiam mematung, karena takut dengan ancaman Kak Vivi. Setelah Kak Vivi sudah jauh,
"Hah, (Suara helaan nafas) sekarang lu mau apa dateng kemari? Gua tau lu tadi ketemu ama Raka kan?"
"Iyah emang. Tapi Karena dia datang, gua jadi tau bahwa ternyata Farel dan Mirza masih belum baikan. Dan ini semua salah lu." kata Ezra sambil menunjuk ke Zidan.
"Salah gua?“ tanya Zidan, tidak ingin kalah. “Gua cuma mau ngebantu mereka kok. Kan itu semua salah Mirza, yang mengatakan hal tersebut. Sampai membuat Farel jadi sedih."
"Gua gak mikirin ini salah siapa. Karena jujur, ini juga termasuk salah gua. Tapi kalau kita mau Farel sama Mirza bergabung dengan grup band kita. Kita harus bisa membuat mereka baikan."
"Kalau itu mah, gua juga tau kali." ujar Zidan.
"Kalo lu tau, pasti lu gak akan keberatan untuk ikut sama gua besok, ke kampus Farel dan Mirza." tantang Ezra.
"Hah, yaudah lah gua ikut. Tapi kita kan besok masih ada jam kuliah. Terus kita juga gak tau kan sih Mirza ama Farel dimana. Kampus mereka segeda gaban gitu, nyari nya pasti susah." keluh Zidan.
"Tenang saja. Gua tinggal minta Raka. Kalau tentang kuliah besok, gua abis jam 2 udah gak ada pelajaran lagi. Karena dosen nya lagi sakit, katanya. "
"Lah, itu kan lu. Gua gimana?" protes Zidan.
"Urus lah sendiri. Tinggal izin aja, susah." ketus Ezra yang tidak perduli dengan nasip Zidan nanti.
"Yaudah-yaudah, gua coba,"
Tiba-tiba handphone Zidan berdering. Ternyata teman yang tinggal sekosan dengan Zidan.
"Astaga, gua lupa. Gua janji mau ketemu ama dia. Mana ini udah jam 5 lewat lagi,” kata Zidan sambil melihat jam di handphone. “Yaudah-yaudah gua harus pergi dulu. Nanti kabarin ya tentang rencana kita besok. Gua akan coba izin dulu ke dosennya."
Zidan pergi begitu saja, tanpa mengetahui ada yang salah pada dirinya.
"Woii, Ziddd! Lu mau keluar kaga pake sepatu?" tanya Ezra sambil menahan tawa.
Ternyata Zidan lupa bahwa dari tadi ia keluar tidak memakai alas kaki apa pun.
"Yaaampun, gua lupa." kata Zidan lalu kembali lagi ke kamarnya, dan memakai
sepatu. Lalu melesat pergi dengan kekuatan penuh.
"Aduhhh, dasar tuh orang. Ampe lupa enggak pake sepatu. Emang apa gak kerasa yah?" tanya Ezra yang heran dengan Zidan.
"Oh yah, gua harus kabarin Raka. Kalau Zidan sama gua mau ke sana besok." katanya dalam hati.
Ezra mengambil handphonenya dari dalam saku dan mencoba untuk menelepon Raka. Tapi ia baru sadar kalau Raka masih ada jam kuliah. Ezra segera membatalkan teleponnya dan sebagai gantinya, ia hanya akan mengirim pesan. Setelah selesai mengirim pesan, Ezra segera pulang dan beristirahat untuk besok. Saat malam harinya, atau lebih tepatnya pada jam 7:33, saat Ezra sedang belajar. Tiba-tiba handphonenya berdering. Ternyata itu adalah Raka menelepon. Ezra segera mengangkat nya dan terdengar suara nada Raka yang terdengar senang dan tidak percaya.
“Ezra lu berhasil ngajak Sih Zidan untuk ikut? Keren amet,” puji Raka tidak percaya.
“Bisa dong. Oh, yah sama, Gua dan Zidan juga sudah menentukan, besok, sekitar jam 2, kita akan pergi ke kampus lu. Tapi masalahnya, kita gak tau pada saat itu Farel dan Mirza lagi dimana atau lagi apa pada saat itu,” keluh Ezra.
“Udah kalau masalah Farel sama Mirza, biar gua aja yang urus. Sekarang kita tinggal nyusun rencana untuk besok.” usul Raka.
Selama 10 menit, mereka membahas tentang rencana untuk besok.
Tapi tidak lupa untuk memberitahu Zidan juga. Setelah menutup telepon dari Raka, Ezra segera melepon Zidan. Untuk memberitahu Zidan tentang rencananya besok. Tak lama kemudian panggilan telepon tersebut diangkat oleh Zidan. Tanpa berbasa basi, Ezra langsung memberitahu rencana yang ia buat tadi dengan Raka.
“Zid, besok kita jadi ke kampus mereka,”sahut Ezra dalam telepon.
“Oh yah? Terus Mirzan sama Farel nya gimana?” tanya Zidan dalam telepon.
“Kalau itu nanti Raka yang urus. Sekarang gua mau bahas tentang rencana untuk besok,” Zidan yang berada disana, mendengarkan nya dengan penuh perhatian.
“Besok kita udah harus standby di restoran sebelah kampus Raka, jam setengah 2. Besok Raka akan mengajak Farel dan Mirza untuk bertemu dengan jam kedatangan yang berbeda. Farel akan datang jam 2, sedangkan Mirza akan datang 20 menit kemudian. Nanti kita tinggal menyamar plus menunggu di dalam restoran,”
“Menyamar? Bagaimana caranya?” tanya Zidan.
“Yahhh, tinggal pakai kacamata, topi, dan jaket saja. Itu mah gampang, yang susah, bagaimana caranya kita tidak ketahuan, "
"Nah itu maksud gue. Tapi emang kita bisa mendengar apa yang mereka bicarakan? "tanya Zidan
"Kalau soal itu, Raka akan memasang mode telepon di handphone nya. Jadi kita masih mendengar apa yang terjadi. Dan jika keadaannya memburuk, itu saatnya kita beraksi. Misalnya, Farel atau Mirza tiba-tiba ingin pulang, kita tinggal mencegatnya.”323Please respect copyright.PENANAzCBsSr2vaD
5 menit kemudian, setelah sudah selesai membahas rencana untuk besok, mereka berdua langsung menutup telepon nya.
ns 15.158.61.6da2