”Sudahlah lakukan saja. Mereka akan semakin cepat pergi jika kalian melakukan apa yang mereka minta.” kata Reika.
“Reika?” Bahkan Reyvan terkejud mendengar adiknya membela seseorang. Karena setahu Reyvan, Reika sudah tidak pernah membela siapa pun, bahkan kakaknya sendiri.
“Anda ingin mereka cepat pergi kan?” tanya Reika kepada Rangga, sambil berjalan menghampiri Farel.
“Kalian hanya berempat?” tanya Reika.
“Hehehe, iyah. Kami masih kekurangan vokalisnya.” jawab Farel.
“Bolehkah saya mencobanya?“ tanya Reika.
“Hah? Maksudnya mencoba apa yah?” tanya Ezra.
“Bernyanyi,. Suara saya memang tidak sebagus Kak Rangga. Tapi setidaknya bolehkah saya mencobanya. Satu lagu lagu saja?” tanya Reika.
“Loh, Reika? Ka-kau mau bernyanyi untuk mereka?” tanya Dika heran. Sebenarnya suara Reika sangat indah dan merdu. Tapi ia tidak suka memamerkannya kepada orang lain. Padahal semua anggota Akta sangat menginginkan Reika untuk bergabung menjadi vokalis bersama Rangga. Tapi Reika selalu menolak. Baru kali ini, sejak sekian lama Reika ingin bernyanyi di depan banya orang tanpa harus dipaksa. Reika melakukannya karena ia sangat kagum akan keberania yang dimiliki Farel dan Ezra, yang ia sendiri tidak punya.
“Yah, kenapa emang? Aku hanya ingin memcobanya kok,” jawab Reika dingin.
“Jadi bolehkan saya mencobanya?” tanya Reika kepada Ezra.
“Aaaa, boleh, boleh. Tunggu sebentar… nah ini dia,” kata Ezra sambil mengambil selembaran kertas yang berisi lirik dan nada lagunya.
“Ini. Nada dan lirik lagu kami.” kata Ezra memberikan selembaran kertas tersebut.
“Terima kasih,” ujar Reika sambil mengambil selembaran kertas tesebut dari Ezra.
“Baiklah ayo. Kak, bolehkah mereka meminjam alat musik kalian?” tanyanya pada Reyvan.
“Aaaaa-“, “Baiklah kami akan membantu kalian berlatih. Tapi jika menurut kami, kalian layak untuk di mentori.” kata Rangga yang memotong pembicaraan Reyvan.
Ezra, Zidan, Farel, dan Mirza di pinjamkan alat musik milik Akta. Mereka dan Reika memulai menyanyikan lagu tersebut. Suara Reika sangat merdu, mengalahkan suara aluran musik yang dimainkan oleh Ezra dan yang lain.311Please respect copyright.PENANAN5n3QcLCF8
Lihatlah langit yang begitu ting…gi!
Lihatlah awan yang terus ber...hembus, tak ber...henti!
Mungkin ku tlah jatuh...tapiii impian ku tak berhenti.
Kejar lagi, kejar terus, jangan pernah ber….henti.311Please respect copyright.PENANA5ble78yKri
311Please respect copyright.PENANAMH4nkMbDZb
Walaupun lelah, walaupun gagal
Tapi ku tak kan berhenti…
Tuk gapai impian ku iniiiii...ku terus berlariiiii
Tak kan kubiarkan yang lain menggangguuu
311Please respect copyright.PENANA3vmufaP824
Biarkan mereka yang ber...kata
Biarkan mereka yang slalu di...sana
Tak usah perdulikan, apa yang mereka ucapkan
Karna ini aku dan aku bukan lah penyerahhh
311Please respect copyright.PENANAsyjFUcJJwT
Ooooooooooooooooooooooooo
Ku gagal..……
Ku menangis……
Tapi itu tak kan merubah apapun…
311Please respect copyright.PENANALDDI8BTpSz
Ku gagal..……
Ku menangis……
Tapi itu adalah kunci keberhasil ku…
Jadi tak perlu khawatir
311Please respect copyright.PENANAJ9uVRirdyC
Tapi itu tak kan merubah apapun…
Jadi ayo kita berjuang lagiiiii...yehhhh..oooooo
Kejar lagi, kejar terus, jangan pernah ber….henti.
Mengejar impian….
Semua anggota Akta terkejud dan terpukau setelah mendengar Melody Night dan Reika selesai membawakan lagu dan musik mereka. Tak ada yang berkata sepatah kata pun. Ezra mulai ketakutan.
“Apakah kita seburuk itu?” tanyanya dalam hati.
Tiba-tiba terdengar suara tepukan tangan. Ternyata itu adalah Reyvan, Dika, dan Gilang. Mereka tidak menyangka, band baru bisa membawakan musik sebagus itu. Reyvan segera menghampiri adiknya dan memeluknya di hadapan orang-orang.
“Reika… aku sangat bangga kepada mu. Kamu sudah berani menyanyi di hadapan banyak orang.” kata Reyvan.
“Woiii, kak. Banya orang nih.” bisik Reika sambil berusaha melepaskan pelukan Reyvan dari darinya.
“Eh, iyah maaf. Lupa kalo banyak orang disini.” katanya sambil melepas pelukkannya.
“Gilaaaa, itu tapi siara lu, Rei?” tanya Zidan yang tampak sangat kagum.
“Iyah, hebat banget yah suara.” kata Mirza ikut-ikutan.
“Yahhh, mungkin lebih bagus dari pada Rangga.” ejak Farel.
“Lohhh, tuh yah. Minta gu-“, “Bagaimana, Kak Rangga? Maukah kakak membantu mereka berlatih?” tanya Reika kepada Rangga.
“Emmm... baiklah, baikalah,” kata Rangga terpaksa.
“Yeiiii!” sorak Ezra, Zidan, Farel, dan Mirza gembira.
“Tapi... band kalian harus utuh dulu. Setiap band harus memiliki satu atau dua vokalis. Baru kita mau.” jelas Rangga tegas.
“Bagaimana kita bisa mendapatkan vokalis sekarang?” tanya Ezra yang tadinya senang menjadi stres gara-gara harus menemukan anggota baru lagi.
“Gua tau. Kenapa gak dia aja.” kata Zidan menunjuk ke Reika.
“Kau benar,” kata Ezra setuju. “Reika mau kah kau menjadi vokalis band kami?” tanya Ezra sambil menggenggam kedua tangan Reika.
“Kau memiliki suara yang bagus dan-“, “Maaf, tapi aku tidak tertarik.” kata Reika dingin sambil kembali memakai Earphonenya kembali dan pergi dari ruangan itu menuju ke luar. Tapi, Farel tiba-tiba meraih tangan Reika dan menggenggamnya kuat-kuat. Reika spontan berusaha melepaskan menggenggam Farel.
“Aww, tolong lepaskan!” ujar Reika.
“Tidak. Aku tidak akan melepaskan mu sebelum kau bergabung dengan Melody Night.” kata Farel.
Reyvan yang tidak suka melihat adiknya di paksa oleh orang lain, segera menarik paksa tangan Farel yang menggenggam tangan Reika.
“Woii, lepasin gak tangan adik gua.” batin Reyvan. Farel segera melepaskan tangannya dari tangan Reika.
“Maaf, tapi karena ini bukan urusan ku, aku akan pergi.” kata Reika sambil pergi keluar dari ruang itu.
“Tungg-“, “Eh, lu kaga usah maksa adek gua deh.” kata Reyvan sambil menghentikan Farel untuk mengejar Reika.
“Udahlah, nyerah aja. Reika mana mau ikut-ikutan gaya gini.” kata Dika sambil mengambil botol air untuk ia minum.
“Tapi siapa yang akan menjadi vokalis band kita?” tanya Zidan.
“Itu masalah kalian. Tapi yang pasti jika kalian tidak bisa menemukan vokalis baru dalam waktu 3 hari, kami tidak akan melatih kalian.” ancam Rangga.
“Permisi, Akta, waktu istirahat kalian sudah habis. Ini waktunya kembali berlatih.” ujar salah satu kru yang berkerja di sana.
“Baiklah, terima kasih. Ayo semua, kita segera pergi,” ajak Rangga sambil berjalan menuju pintu.
“Ingat yah apa yah aku katakan tadi. Jadi semoga beruntung dalam mencari anggota band baru kalian.” tambah Rangga yang sudah beranjak pergi meninggal ruangan tersebut.
“Dahhhh, sampai bertemu nanti Al.” kata Putra sambil berjalan menuju pintu keluar. Saat Reyvan hendak meninggal kan ruangan, Farel mencegatnya.
“Woii, minggir napa. Gua masih harus latihan nih.” kata Reyvan.
“Kenapa dengan sih Reika? Dulu perasaan gak begini. Bahkan dulu dia sering ikut kita latihan.” tanya Farel penasaran.
“Reika itu-“, “Woiii, Kak Rey ayo kita pergi!” teriak Gilang dari pintu.
“Iyah-iyah tunggu,” teriak Reyvan balik.
“Nanti deh gua ceritain. Sekarang gua lagi sibuk.” kata Reyvan sambil berjalan cepat menuju Gilang dan pergi bersama anggota Akta yang lain.
“Gua jadi penasaran. Kenapa yah sifat Reika jadi begini. Dulu perasaan dia suka banget karaokean sama kita.” Farel menjadi semakin penasaran, mengapa sifat Reika menjadi seperti itu. Farel tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Reika setahun yang lalu.
“Mungkin dia sudah berubah.” canda Zidan.
“Buset! Jawab aja lagi lu.” kata Farel.
“Ishhh, Rel, kau gak tau apa yang terjadi dengan ibunya Reika?” bisik Mirza.
“Hah! Emang kenapa ibunya Reyvan?” tanya Farel.
“Beliau meninggal setengah tahun yang lalu.” jelas Mirza.
“Hah! Serius? Ibunya Reyvan itu yang penyanyi kan?” tanya Farel terkejud. Mirza mengangguk.
“Gak mungkin. Sakit apa emang?” tanya Farel.
“Awalnya sih gara-gara stres. Terus jadi kena ke jantung. Beberapa bulan kemudia, beliau di nyatakan meninggal.” jelas Mirza. Farel menjadi merasa bermasalah karena sudah menanyakan hal tersebut.
“Yah ampun, gua bener-beren gak tau. Kok kamu bisa tau soal itu Mir? Sedangkan gua tidak?” tanya Farel.
“Aku dapet informasinya dari Rifka. Itu juga kalau dia gak kasih tau, aku pasti gak akan tau.” jawab Mirza.
“Cie, cie masih chattingan nih yeh sama Rifka,” goda Farel.
“Apa sihhh?” jawab Mirza salah tingkah.
“Jadi artinya Reika trauma yah?” tanya Al.
“Iyah. Mungkin trauma gara-gara takut akan apa yang dialami ibunya akan terjadi padanya.” jawab Ezra.
“Kasihan bet dah tuh anak. Tapi kalau gua liat, kakaknya tampak baik-baik aja.” kata Zidan.
“Mungkin itu hanya terjadi saat bersama orang lain. Mungkin sebenarnya ia hanya tidak ingin membuat orang lain khawatir tentang dia. Dengan cara menutupi kesedihannya dengan senyuman.” kata Ezra.
Ezra dan yang lain terdiam. Mereka tidak bisa membayangkan apa yang sebenarnya di rasakan oleh Reika dan Reyvan.
“Gua mau keluar dulu.” ucap Ezra yang tidak tahan dengan situasi ini.
“Jangan bilang lu mau berbicara langsung dengan orangnya?” tanya Al lalu memegangi pundak Ezra.
“Gua gak suka mendam hal-hal seperti ini. Mending gua bicara langsung ke orangnya.”
“Sebaiknya yang ini dipendam dulu. Kita tidak mau membuat perasaan Reika dan Reyvan menjadi memburuk.” nasihat Al. Ezra tidak perduli dengan apa yang dibicarakan Al. Ia langsung pergi meninggal yang lain di ruangan tersebut dan mencari Reika.
“Astaga pala batu bed dah tuh nak.” ujar Al kesal.
“Kalian gak akan mengejar dia?” tanya Al kepada Zidan dan yang lain.
“Gak usah lah. Buang-buang waktu. Nantinya juga kaga didengerin. Mendingan santai-santai disini.” kata Zidan sambil mengambil donat yang sudah disiapkan Rifka tadi.
“Lu bener-bener kaga punya adab yah?” canda Farel.
“Aku akan mengejar Ezra.” kata Mirza sambil berjalan cepat menuju ke pintu dan mencoba mengejar Ezra.
“Lah tumben?” tanya Al.
“Gua seneng sih ngeliat Mirza yang bersemangat seperti itu. Tapi... semoga dia tidak terlalu bersemangat.” kata Farel mengkhawatirkan Mirza.
Disisi lain, Ezra sedang mencari-cari dimana Reika berada, tanpa menyadari Mirza mengejar-ngejarnya dari tadi.
“Woiiii, Ezr. Tunggu napa,” kata Mirza sambil mencoba meraih Ezra.
“As-ta-ga, ce-cepet amet sih jalannya. Ca-cape tau aku dari tadi ngejar-ngejar kamu.” protes Mirza yang terengos-engos gara-gara mengejar Ezra dari tadi.
“Yaampun, Mir. Maaf-maaf gua gak denger.” kata Ezra.
“U-udah ketemu Reika belum?” tanya Mirza.
“Belum. Dari tadi nyariin, belum ketemu-temu.” ujar Ezra kesal.
Tiba-tiba terdengar seseorang yang sedang bernyanyi di dekat mereka.
“Eh kau denger gak suara itu?” tanya Mirza sambil menarik tangan Ezra pergi ke sumber suara itu. Ternyata itu adalah Reika yang sedang bernyanyi di atas panggu sambil membelakangi tempat penontong. Ezra dan Mirza segera mendatangi panggung tempat Reika bernyanyi.
Aku tak perduli….
Walaupun ku tlah gagal... meraih mu
Menari sampai akhir, bersama ku
Ku lelah, ku pasrah
Tapi aku tak perduli
Cahaya kan slalu menerangiku..
Jadi...teruslah bersama ku
Tepuk tangan terdengar dari arah belakang, ternyata itu adalah perbuatan Ezra dan Mirza. Reika langsung pergi meninggal panggung dari belakang, untuk menghindari Ezra dan Mirza.
“Ehh, tunggu!” kata Ezra sambil mencoba mengejar Reika.
Tapi karena tidak hati-hati, Reika malah terjatuh dari tanggang. Untungnya ada Ezra yang berhasil menangkap Reika yang terjatuh.
“Aaaaa...ma-makasi kak.” ujar Reika sambil mencoba berdiri dengan bantuan Ezra.
“Aduhh ati-ati napa jalannya.” kata Ezra.
“Ma-maaf.” kata Reika sambil mencoba untuk beranjak pergi.
“Ehh, tunggu dong. Gua sama Mirza udah capek-capek nyariin elo. Elo malah bisanya aja kabur.” canda Ezra, mencoba untuk membuat Reika tertawa. Tapi sepertinya tidak berhasil.
“Maaf, tapi saya ada hal penting yang harus saya lakukan.” kata Reika sambil beranjak pergi meninggal Ezra dan Mirza.
“Emang apa sih urusan penting itu?” tanya Mirza yang baru datang ke tempat kejadian.
“Apakah sekolah sekarang tidak mengajarkan sopan santun? Masa ada orang yang lebih tua dari pada kau, kau tinggal begitu saja.” batin Mirza dingin.
“Ma-maaf kan saya.” kata Reika sambil menundukka kepalanya tanda ia sedang meminta maaf.
“Sudahlah tidak apa-apa. Tapi bolehkah kami berbicara padamu, sebentar saja?” tanya Mirza yang tadinya bernada dingin menjadi lembut.
“Aaa-a-a, baiklah,” kata Reika terpaksa.
“Ada apa kak?” tanyanya yang sekarang tidak berani melihat wajah Mirza secara langsung.
“Waooo, gua gak nyangka Mirza menjadi seperti itu.” kata Ezra dalam hati.
“Dengar yah, kau memiliki suara yang bagus dan aku tidak ingin kau menyia-nyiakan suara mu hanya seperti itu,” tidak sambil Mirza selesai berbicara, Reika sudah memotongnya. “Dan mari saya tebak, anda ingin saya bergabung dengan band anda kan?” Reika tidak perduli akan apa yang akan Mirza katakan nanti. Ia hanya tidak ingin suara dipergunakan oleh orang lain.
“Jadi kau sudah berani yah, berkata seperti itu kepadaku? Padahal aku baru saja memarahimu. Benar-benar anak yang pemberani yah.” ujar Mirza.
“Jadi anda kira, kalau anda sudah memarahiku, aku akan taubat dan merubah sikapku? Maaf tapi jawabannya tidak. Jadi permisi-“ belum selesai Reika berbicara, Ezra sudah memotongnya. “Tunggu, jika kau tidak ingin bernyanyi lagi, kenapa kau malah bersuka relawan bernyanyi tadi? Apakah hanya untuk kami?” tanya Ezra
“Maaf atas ketidak sopananku,” kata Reika sambil menahan tawa, membuat Ezra dan Mirza menjadi bingung.
“Tapi saya tidak melakukannya hanya demi kalian. Dan saya juga tak pernah menyatakan bahwa saya tidak ingin bernyanyi lagi. Tapi...” kata Reika sambil berfikir ingin mengatakan hal tersebut kepada mereka atau tidak.
“Lalu apa? Apa sebenarnya alasanmu melakunnya?” tanya Mirza yang mulai tidak sabar.
“Saya hanya ingin bersenang-senang saja, setelah belajar sekian lama,” jawab Reika lalu beranjak pergi. “Sudahlah, saya Permisi dulu, masih ada yang harus lakukan.” lanjutnya. Tapi, dihentikan oleh Ezra.
“Tolong tunggu!” katanya sambil meraih tangan Reika.
“Aku mengerti perasaanmu dan aku hanya ingin bilang, kau tidak sendiri. Aku juga sudah tidak memiliki ibu sejak bayi, bahkan ayah pun tidak.” kata Ezra mencobanya memahami situasi dan keadaan Reika saat ini. Tapi ternyata…
“Apa maksud anda? Saya harus mempelajari masalah keluarga anda?” tanya Reika yang kebingungan. Tapi sepertinya bukan hanya dia.
“Aaaaa, bukannya kau berhenti bernyanyi gara-gara ibu mu meninggal?” tanya Ezra keceplosan.
“Shttttt!” bisik Mirza.
Mirza dan Ezra takuk kalau Reika akan tersinggung. Awalnya sih Reika tampak kaget, tapi setelah itu ia malah tertawa, membuat Ezra dan Mirza sangat terkejud.
“Reika apa kah kau tidak apa-apa?” tanya Mirza khawatir.
“Hahaha, maaf, maaf, saya tidak menyangka kalian semua perpikir kalau saya berhenti bernyanyi gara-gara ibu saya meninggal,” kata Reika .
“Lalu kalau bukan itu, apa?” tanya Ezra.
“Aduhhh, kalian ini sama saja dengan Kak Reyvan. Saya juga tidak pernah menyatakan bahwa saya sudah menyerah dalam bernyanyi. Tidak sama sekali.” kata Reika.
“Lalu kenapa? Kenapa kau tidak ingin bergabung dengan Melody Night bersama kami?” tanya Ezra.
“Tentu saja, untuk apa saya membuang-buang waktu hanya untuk menjadi vokalis kalian? Akta saja saya tolak. Lalu apa yang membuat band kalian lebih hebat dari mereka?”tanya Reika dengan angkuh.
“Aaaaaa,” Ezra benar-benar tidak bisa menjawab pertanyaannya Reika tadi.
“Anda juga tidak tahu? Lalu untuk apa saya bergabung?” tanya Reika dengan nada mengejek.
“Heiiii, kau, jangan sok berani yah!” seru Mirza yang mulai merasa marah dengan sikap Reika.
“Bukannya anda juga? Saat bersama Akta tadi, anda juga ketakutan dan bahkan tidak menatap mata Kak Rangga kan? Tidak seperti temen anda bukan, yang pemberani itu.” ejek Reika.
“Dasar kau bocah,”, “Mirza, tolong sabar.” kata Ezra sambil mencegah Mirza untuk memukul Reika.
“Hah, saya tidak pernah melihat orang yang seberaninya. Orang yang hebat yah.” puji Reika. Membuat Ezra menyadari sesuatu.
“Hei, Reika, apakah kauuu ada masalah di sekolah?” tanya Ezra.
“Bukan masalah anda.” jawab Reika dingin sambil berjalan pergi meninggal mereka.
“Sudah ku duga.” ujar Ezra.
“Ada apa Ezr?” tanya Mirza yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
“Gua yakanya tau, apa sebentar alasan Reika tidak ingin bernyanyi lagi.” kata Ezra yakin.
“Katanya, bukannya ia ingin bernyanyi lagi.” kata Mirza. Tak lama kemudian, Al, Zidan, dan Farel datang.
“Heiii, Mir, Ezr tadi gua liat Reika. Kalian udah ketemu belom ama dia?” tanya Zidan yang sedang berjalan menuju tempat Ezra dan Mirza.
“Udah kok,” jawab Ezra.
“Terus gimana? Apakah benar Reika berhenti bernyanyi karena ibunya meninggal?” tanya Farel penasaran.
“Sepertinya bukan begitu deh.” jawab Mirza ragu-ragu.
“Loh, terus?” tanya Farel.
Tiba-tiba Reyvan lewat dihadapan mereka. Ezra segera mencegatnya.
“Ehhh, Reyvan, tunggu sebentar!” cegat Ezra lalu mengejar Reyvan dan mencegatnya agar tidak pergi.
“Reyvan, Reyvan, gua ini lebih tua dari pada elo tau,” batin Reyvan kesal.
“Emang? Umur lu berapa emang?” tanya Ezra.
“20. Lu 19 kan?” Ezra mengangguk. “Yahhh, berarti lu harus manggil gua kakak.” perintah Reyvan.
“Ya, ya terserah. Sekarang gua mau nanya,”
“Nanya apa?” kata Reyvan tidak sabar.
“Emmm, emang Reika tuh dari dulu sifatnya begitu? Atau baru-baru aja?” tanya Ezra.
“Kalau gak salah sihhh, sejak masuk SMA,” jawab Reyvan sambil mencoba mengigat-ngigat lagi. Kenapa emang?” tanya Reyvan.
“Lu pernah pergi ke sekolah Reika? Nganterin atau ngejemput gitu?” tanya Ezra balik.
“Semenjak dia SMA sih belum pernah. Biasanya dianter, jemput supir. Lagian gua sendiri juga sibuk ama kuliah dan Akta. Jadi gua gak ada waktu buat anter, jemput dia.” jawab Reyvan.
“Di situ lah lu salahnya sebagai kakak,” kata Ezra.
“Maksudnya lo?” tanya Reyva ke bingung.
“Enggak, enggak, gak usah. Emmm, ngomong-ngomong, sih Reika SMA dimana?” tanya Ezra.
“Di SMA deket perempatan itu. Yang sebelahnya rumah masak padang.” jelas Reyvan sambil menunjukkan jalannya kepada Ezra.
“Wahhh, SMA Favorit itu yah. Hebat banget dia bisa masuk situ.” kata Zidan terkagum-kagum.
“Iyaaaa dong, siapa dulu kakaknya.” kata Reyvan membanggakan dirinya.
“Tapi kok kakaknya kaga pinter yah. Mungkin pinteran monyet dari pada lu.” ejek Farel sambil tertawa.
“Buset loh. Gua ini panter kali. Lo aja yang mukanya kaya monyet.” ejek Reyva balik.
“Udahlah, kaga guna ngomong ama adek kelas tengil kaya lo. Gua pergi dulu yah.”ujar Reyvan sambil berjalan pergi meninggal mereka. Setelah Reyvan sudah pergi.
“Besok senin kalian pada sibuk gak?” tanya Ezra yang memiliki rencana.
“Emmm, iyah kayanya.” jawab Mirza.
“Gua ama Mirza udah bolos-bolos terus gara-gara lo. Jadi besok senin kita kaga bakalan ikut.” batin Farel sambil mengambil handphonenya dari dalam kantong sakunya.
“Emang lu mau kemana lagi Ezr?” tanya Al.
“Gua mau ke sekolahannya Reika.” jawab Ezra.
“Lah, ngapain? Mau balik ke SMA lagi?” ejek Zidan.
“Kaga. Gua mau buktiin bahwa apa yang gua duga tentang Reika, itu benar.” jawab Ezra.
“Emang lu menduga apa Ezr?” tanya Al lagi.
“Tentang kenapa Reika berubah sifatnya.” jawab Ezra
“Emang kenapa?” tanya Farel.
“Kalo mau tau, besok lu ikut. Biar gua gak susah-susah ngejelasin ke kalian,” kata Ezra sambil beranjak pergi.
“Ehhh Rel, nanti kakak lu yang nganterin kita pulang kan?” tanya Ezra.
“Ohhh iyahhh, gua lupa harus beliin kue coklat dulu buat dia. Kalau gak dia akan jemput kita.” kata Farel.
“Astaga untuk lu inget. Kalo enggak kita pulangnya harus naik taksi.” ujar Zidan sambil menepuk jidatnya.
“Yaudah lah ayo, kita beliin kakak lu kue coklat. Gua tau toko kue deket sini yang punya kue coklat enak banget.” kata Al sambil menunjuk ke arah toko tersebut.
ns 15.158.61.20da2