Sebelum pulang dari mall, Ezra dan anggota Melody Night yang lain memutuskan untuk makan malam dahulu sebelum pulang. Sedangkan semua anggota Akta sudah pulang.
“Eh, ayo kita makan disini,” usul Zidan sambil menunjuk ke sebuah restoran chinese di kanan mereka. “Gua denger, makananya enak-enak.”
“Oh, yah? Boleh deh.” kata Ezra setuju.
“Tapi kita harus pulang. Ini sudah lumayan malam.” kata Reyvan sambil melihat jam tangannya.
“Gak papa lah kak. Kita juga belum makan malam.” ucap Reika.
“Kalian pulang aja duluan. Dari pada nungguin kita.” usul Ezra.
“Yaudah, ayo kita pulang Akta.” kata Rangga lalu beranjak pergi meninggalkan Ezra dan yang lain, diikuti oleh anggota Akta. Kecuali Reyvan, yang agak bimbang harus apa.
“Rey, lu ikut gak?” tanya Dika.
“Emmm,” Reyvan tidak tahu harus ikut pulang dengan Akta atau menemani adiknya.
“Gua tau!” seru Putra, membuat semua pandangan menuju ke dirinya. “Lu ama Reyvan take away aja makanan.” usulnya. Reyvan berpikir sebentar.
“Kau mau Ika?” tanya Reyvan kepada Reika.
“Yaudah deh. Kasian supirnya udah nungguin.” ujar Reika setuju.
“Kalian juga mau gak?” tanya Al pada Dika, Putra, dan Gilang, yang masih berdiri di depan mereka.
“Gak ah. Pasti mamah udah masak di rumah. Gua mau pulang aja.” kata Gilang lalu berjalan pergi mengikuti Rangga dan Rifka.
“Boleh deh. Kayanya enak.” jawab Putra lalu merangkul Al.
Semua anggota Melody Night, Putra, Reyvan, dan Dika pergi ke restoran tersebut dan memutuskan untuk memesan makanannya masing-masing. Sebelum makanan mereka datang, Mirza memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.
“Gua ke kamar mandi dulu yah,” ijin Mirza. “Ezr, boleh temeni gua gak?”
Ezra yang tadi sedang asik memainkan handphone, malah di suruh menemani Mirza ke kamar mandi.
“Hah, gua?” tanyanya.
“Sini gua aja.” kata Farel mengajukan diri untuk menemani Mirza.
"Tidak usah. Kamu lanjutkan saja ngobrol nya sama Zidan." tolak Mirza lalu menarik paksa Ezra.
"Haii, tunggu napa!" seru Ezra.
Setelah Ezra dan Mirza sampai di kamar mandi.
"Aduh, ngapain sih lu. Pake temenin segala. Kaya cewek aja." sindir Ezra.
“Terserah. Gua pengen ngomong sama lu?” kata Mirza mulai serius.
Setelah melihat raut wajah Mirza, Ezra tidak berani berkata-kata lagi.
“Kapan lu mau menangkap pelaku di balik penuduhan Reika kan?” Ezra terkejud, ia tidak tahu kalau Mirza juga tahu soal itu.
“Kok lu bisa tau?” tanya Ezra.
“Gua pernah nanya ke Reika dan Reyvan. Jadinya gua tau.” jawab Mirza.
“Dan mereka mau menjawabnya?” tanya Ezra tidak percaya.
“Gak secara detail sih. Tapi setidaknya gua bisa menarik kesimpulan bahwa, Reika di tuduh dan sempat di bully oleh teman-teman sekolahnya.” jelas Mirza.
“Dan bagaimana lu bisa tau, gua juga tau?” tanya Ezra.
“Yaiyahlah. Otak lu di mana sih,” sindir Mirza. “Kan gua juga sempet nanya ke Reyvan.” jelasnya.
“Ohhh, begitu. Tapi bukan menangkap sih. Lebih tepatnya, cuma mau tau aja alasannya.” jelas Ezra.
“Gak apa-apa. Gua tetap mau ikut.” ujar Mirza tetap pada pendiriannya.
“Tapi kapan lu mau ke sekolahan Reika? Besok?” tanya Mirza.
“Gua sih berencana hari sabtu. Pas Reika lagi gak ada di sekolah.” jawab Ezra.
“Bukannya hari sabtu libur?” tanya Mirza.
“Libur pelajaran. Hari sabtu itu cuma ekskul doang. Jadi kapasitas sisiwa nya akan berkurang dari biasanya.” jelas Ezra.
“Terus kok lu tau sih PELAKU, ada di sekolah?” kata Mirza, menekan kata-katanya.
"Gua sempet nanya sama Reika." jawab Ezra.
"Berarti lu udah tau siapa pelakunya." tanya Mirza.
"Ini sih cuma dugaan gua aja. Belum tentu benar." jawab Ezra.
"Siapa orangnya?" tanya Mirza penasaran.
"Ada deh. Lagian lu juga gak bakal tau." kata Ezra.
"Hari sabtu, mau jam berapa?" tanya Mirza. "Jangan lupa, kita juga ada latihan sama Akta." tambahnya, mengingatkan.
"Iyah, iyah gua tau," kata Ezra. "Emmm, karena orang nya pulang jam 10. Jadi mungkin sekitar jam 8:30."
"Oke, jam 8:30 yah." kata Mirza setuju. "Tapi masalahnya, lu tau di mana sekolahnya Reika?" tanya Ezra.
"Tenang aja. Gua tau kok." jawab Mirza dengan santai.
"Tapi, kenapa lu mau bantuin gua. Apakah Reika juga ngancem kamu dan yang lain?" tanya Ezra.
"Ngancem? Enggak kok." jawab Mirza.
"Terus kenapa?" ulang Ezra.
"Karena gua juga pernah di bully," Mendengar perkataan Mirza tadi, Ezra kaged. Padahal ia kira karena adanya Farel, Mirza tidak pernah di bully. Tapi ternyata ia salah.
"Dan gua gak mau orang lain merasa apa yang gua rasakan dulu. Apa lagi orang terdekat gua, seperti Reika." tambahnya.
"Oh begitu yah." kata Ezra.
"Kalau lu? Apakah karena lu merasa bertanggung jawab?" tebak Mirza.
"Yah, bisa di bilang begitu." jawab Ezra berbohong. "Yaudah, ayo yuk. Keburu makanan kita di abisin Zidan." canda Ezra sambil beranjak pergi meninggalkan kamar mandi.
"Iyah-iyah, ayo." kata Mirza, juga mengikuti Ezra.
ns 15.158.61.20da2