Waktu yang ditunggu-tunggu tiba, akhirnya waktunya berangkat ke Lapangan D Senayan, untuk bertemu dengan Akta. Kak Azka mengantar mereka sampai menuju ke tempat tujuan.
"Udah sampai nih. Ayo pada turun. Kabarin yah kalau mau pulang. Nanti biar gua yang jemput." Kata Kak Azka.
"Ohhh, kakak berubah pikiran yah," kata Farel menggoda kakaknya.
"Iyah-iyah, sana pergi. Udah di tungguin.” usir Kak Azka yang ingin segera pulang. “Lu jangan lupa yah, beliin gua kue coklat. Lu janji loh kemarin. Kalo lu lupa pulang sendiri." ancam Kak Azka kepada Farel.
"Iyah-iyah, makasih yah kak." Kata Farel sambil turun dari mobil kakaknya.
"Terima kasih banyak." kata Ezra, Zidan, Al dan Mirza serentak, sambil satu persatu turun dari mobil.
"Iyah sama-sama. Hati-hati yah." ucap Kak Azka sambil melambaikan tangannya.
Sesudah semuanya turun, Kak Azka segera tancap gas dan pergi pulang. Putra, teman Al, yang termasuk anggota Akta, sudah menunggu mereka di depan.
"Andre, disini." panggil Putra sambil melambaikan tangan.
Al menoleh kearah sumber suara tersebut. "Ehh, Put." kata Al sambil berlari menuju tempat Putra, Ezra dan yang lainnya mengikuti Al dari belakang.
"Hai Andre udah lama gak ketemu," kata Putra sambil memeluk Al.
"Iyah, emang udah lama," kata Al sambil melepaskan pelukan Putra. "Oh yah, kenalin ini temen gua, yang gua bilang grup band itu."
"Ow yah. Perkenalkan namaku Alfarezi Okta Putra. Panggil gua Putra,"
"Perkenalkan, namaku Mahardika Ezra. Kau bisa memanggil ku Ezra." katanya sambil mengulurkan tangannya ke Putra.
"Salam kenal Ezra,” kata Putra sambil menerima permintaan berteman Ezra. “Gak usah baku-baku amet ngomong ama gua atau ke anggota Akta lainnya." lanjutnya.
"Ohh begitu." Kata Ezra tersipu malu.
"Ohhh yah, lu main alat musik apa di grup bandnya?" tanya Putra.
"Aaaaa, gua main keyboard." jawab Ezra.
"Wahh, keyboard. Hebat banget," kata Putra. Lagi-lagi perkataan Putra membuat Ezra tersipu malu.
"Kalau yang lain namanya siapa? Terus kalian main alat musik apa?" tanya Putra.
"Oh yah, maaf, nama gua Radhitya Zidan. Gua pemain gitar. Salam kenal." sapa Zidan.
"Salam kenal juga Zidan. Kalau kalian?" tanya Putra menunjuk ke arah Farel dan Mirza.
"Aaaaa, namaku Gunadhya Farel. Ini sahabatku Pradipa Mirza. Aku bermain drum sedangkan Mirza bermain bass," kata Farel.
"Salam kenal." kata Farel dan Mirza serentak.
"Bass? Sama dong kita. Oh yah, kalian kan mantan anggota Akta. Wahhh, salam kenal yah, ke kalian berdua. Suatu kehormatan bisa bertemu kalian berdua dan yang lain juga." kata Putra.
"Semua kehormatannya milik kami. Terima kasih sudah mengundang kami kemari. Kami benar-benar bersyukur bisa bertemu dengan grup band terkenal." kata Ezra.
"Belom kok. Kami juga sedang berusaha,” kata Putra teripu malu.
“Ayo kedalaman, aku yakin yang lain juga ingin bertemu dengan kalian." kata Putra sambil menunjukkan jalan kepada mereka berlima. Tak lama kemudian, mereka semua sampai ke tempat istirahat keenam anggota Akta.
"Permisi, aku bawa tamu nih." Kata Putra sambil membuka pintu menuju ruangan istirahat aggota Akta.
"Wahh, silahkan masuk,” kata Dika, mempersilahkan mereka masuk. “Ohh, ini mantan anggota Akta. Salam kenal, nama gue Danial Andika. Kalian bisa manggil gua Dika. Umur gua 21 tahun. Gua pemain drum di Akta." sapanya ramah.
"Kalau gua Ramadhan Raya Gilang. Panggil gua Gilang. Gua pemain gitar elektrik, sama seperti Kak Rifka." sapa Gilang. "Gua juga adalah anggota termuda di sini. Umur gua 17 tahun, yah setelah Reiyu sih. Tapi Reiyu bukan anggo-", "Yang gak penting gak usah di bahas." Dika memotong pembicaraan Raya, karena menurutnya tidak penting.
"Salam kenal juga. Gua Ezra, ini Zidan, ini Farel, dan ini Mirza." Kata Ezra sambil memperkenalkan teman-temannya.
"Maaf atas ketidak sopanannya. Walaupun yang paling mudah, tapi juga yang paling songong di sini." ujar Dika lalu sengaja mendorong Gilang ke belakang.
"Woiii, ati-ati napa kalo jalan. Masa orang seganteng gua disenggol begitu aja sama orang kaya lo." protes Gilang lalu membalas dorongan Dika tadi. Dan akhirnya mereka jadi main dorong-dorongan.
"Woii, udah napa. Ada tamu loh ini. Kaga malu apa?" tanya Putra sambil mencoba memisahkan mereka berdua. Ezra dan yang lainnya, hanya bisa diam mematung sambil menonton mereka yang sedang ribut. Tiba-tiba Rifka dan Rangga datang.
"Heiii apa-apaan kalian ini? Apakah kalian tidak punya malu." batin Rangga.
Putra, Gilang, dan Dika langsung berhenti, takut akan apa yang dilakukan Rangga nanti.
"Maaf atas ketidak sopanan kami. Ayo silahkan duduk. Rifka tolong ambilkan minum untuk mereka berlima!" perintah Rangga. Tanpa perpikir lama, Rifka segera pergi untuk mengambil minimum. Ezra dan yang lainnya duduk di kursi yang ada didepan mereka bersama dengan anggota Akta.
"Jadi kalian Melody Night yah?" tanya Rangga.
"Oh iyah. Perkenalkan namaku Mahardika Ezra mahasiswa tahun pertama jurusan arsitektur dan lingkungan." kata Ezra memperkenalkan diri.
"Namaku Radhitya Zidan. Salam kenal." Kata Zidan.
"Kalau kami-", "Kalian tidak perlu memperkenalkan diri. Gua masih kenal siapa kalian." Kata Rangga memotong perkataan Farel. Tapi bukannya Farel yang marah tapi malah Mirza. Ia merasa kesal dengan Rangga menyela pembicaraan Farel. Yang bahkan ia sama sekali tidak merasa bersalah.
Tak lama kemudian, Rifka kembali dan membawa nampan berisi mimuman dan biskuit.
"Ini silakan." Kata Rifka sambil meletakkan minuman dan biskuitnya di atas meja.
"Terima kasih." ujar Ezra dan yang lain bersama.
“Hai Rifka, sudah lama tak bertemu.” kata Farel .
“Ohh, Farel yah? Iyah memang sudah lama.” katanya tersenyum manis kepada.
Mirza, Farel, dan Rifka dulu adalah sahabat. Walaupun tidak seperti Farel dan Mirza, yang bersahabatnya dari kecil. Mereka mulai bersahabat sejak SMP. Tapi semenjak Mirza keluar dari band, hubungan mereka sudah tidak dekat lagi. Dan akhirnya sudah tidak pernah dan Farel berhubungan lagi. Dan sekarang Rifka lebih memihak kepada Rangga dari pada mereka berdua.
“Kalian berteman?” tanya Ezra pada Farel .
“Iyah dulu aku, Mirza, dan Rifka adalah sahabat.” jawab Farel.
“Dulu? Emang kenapa sekara-“, “Itu bukan hal yang penting sekarang.” kata Rangga dingin memotong pembicaraan Ezra.
"Oh yah kita belum berkenaan." kata Rangga kepada Rifka.
“Biar aku yang duluan,” sahut Rifka.
“Perkenalkan namaku Vidya Syakira Rifka. Aku gitaris Akta. Salam kenal semua." kata Rifka dengan sopan.
"Perkenalkan aku Rangga Graziano Musa. Aku vokalis sekaligus leader Akta."
"Salam kenal juga." kata Ezra dan yang lain bersama.
"Aaaaa, ngomong-ngomong, apakah Kak Reyvan juga sudah keluar?" tanya Mirza.
"Ohh, enggak. Dia lagi sama adiknya diluar." jawab Dika.
"Maksudnya Reika?" tanya Farel.
Tiba-tiba Reyvan dan adiknya, Reika datang.
"Iyah, ada apa?" tanya Reika yang baru saja datang.
"Lohh, Reika ikut?" tanya Farel.
“Kan tadi dia udah ngomong.” kata Zidan.
"Iyah, gua gak tega ninggalin dia di rumah sendiri." jawab Reyvan menjelaskan.
Syahreza Reika adalah adik dari Reyvan Aditia Leon, yang berumur 16 tahun. Sedangkan Reyvan berumur 20 tahun. Dulu Reika terkenal dengan anak yang ceria dan semangat. Tapi semenjak ia masuk SMA, Reika menjadi pribadi yang pendiam dan cenderung tidak perduli dengan orang lain. Ibu mereka dulunya adalah seorang penanyi yang terkenal, tapi setengah tahun yang lalu beliau meninggal. Walaupun ayah mereka masih ada, tapi beliau selalu sibuk bekerja dan jarang pulang. Jadi biasa setelah pulang sekolah, Reika sendiri sampai Reyvan pulang. Reyvan sebagai kakaknya meresa sedih kerena perubahan sifat adiknya yang drastia. Ia selalu mencoba mengembalikan sifat adiknya seperti yang dahulu. Tapi yah, mau bagaimana, Reika susah diajak ngomong baik-baik.
"Jadi ada apa kalian ingin bertemu dengan kita?" tanya Rifka sambil meletakkan nampan yang ia dari tadi pengang, di meja.
"Sebenarnya kami ini meminta nasihat kalian tentang band kami, cara bermain musik dan-"
"Jadiii, kalian ingin kami mengajari kalian?" tanya Rifka memotong pembicaraan Ezra.
"Yahhh, bisa dibilang seperti itu sihh. Maukah kalian membantu kami?" tanya Ezra.
"Hemmm, entah lah. Kami masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kami tidak ingin membuang-buang waktu hanya untuk mementori kalian." jawab Rangga angkuh.
"Ta-tapi kami sudah sampai di sini. Ka-" belum selesai Ezra berdiri, Rangga sudah memotongnya.
"Aku tidak perduli kalian ingin menghabiskan berapa banyak uang hanya untuk bertemu dengan kami. Yang pasti itu bukan masalahku."
Semua terdiam, tidak ada yang berani berbicara. Saat semuanya sedang dalam keadaan tegang, tiba-tiba Farel malah tertawa. Membuat semua orang yang ada disana terkejud.
"Kau ini yah Rangga, masih sama sombongnya saat gua meninggalkan anggota ini."
"Aku tidak mengerti kenapa kau ingin keluar dari anggota ini hanya demi Mirza. Tapi menurutku itu adalah hal yang paling bodoh yang pernah gua lihat," ejek Rangga. Farel tidak merespon apa pun. Ia hanya menatap Rangga dengan tatapan yang dingin.
"Padahal kau bisa menjadi terkenal. Tapi kau malah menyia-nyiakan kesempatan mu. Dan malah bergabung dengan grup kalengan begini. Bodoh." batin Rangga.
Zidan merasa sangat marah, tangannya ingin sekali memukulinya Rangga. Tapi untungnya Farel ada di sana untuk menghentikan nya.
"Emang lu siapa hah? Ibu gua? Bapak gua? Presiden? Bukan kan. Kalau bukan, kaga usah ngatur-ngatur orang deh,” sengit Farel.
“Dan emang kenapa kalau gua keluar band lu agar-gara Mirza? Gua gak menyesel kok. Asal lu tau yah, Melody Night bukanlah grup kalengan. Menurut gua Melody Night adalah grup yang hebat bahwa lebih hebat dari pada band lu," kata Farel. Sekarang bergantian, Rangga lah yang merasa marah.
“Jujur saja, gua bersyukur bisa keluar dari Akta dan bisa bergabung dengan band ini. Kalau tidak, mungkin gua jadi tambah gila berada di samping lo terus.” kata Farel lalu tertawa. Amarah Rangga sudah tidak bisa ditahan. Ia mencoba untuk memukul Farel.
“Kenapa lo, mau mukul gua?“ tanya Farel sambil menatap tajam Rangga. “Ohhh, jadi begini yah, leader dari grup band yang terkenal. Gimana ini, kalau fans lu tau kalau leader nya mau mukul orang yang lebih lemah darinya. Gua yakin reputasi band lu akan HANCUR.” kata Farel sambil mempereggakan omongan-omonganya dengan gaya yang lucu tapi dengan maksud mengejek. Membuat Ezra, Al dan Zidan tertawa. Bahkan Putra, Gilang juga sempat tertawa.
“Ihhh, awas lo yah!” batin Rangga sambil mencoba memukul Farel. Tapi untungnya ada Rifka dan yang lain untuk menghentikannya.
“Tolong, jika kalian hanya ingin mengejek-ngejek band kami, lebih baik kalian pergi saja.” usir Rifka sambil berusaha menahan Rangga bersama Dika dan Putra.
“Kami tidak akan pergi sebelum kalian ingin mendengarkan lagu kami.” kata Ezra bersikeras.
“Kan udah dibilang ka-“,”Sudahlah lakukan saja. Mereka akan semakin cepat pergi jika kalian melakukan apa yang mereka minta.” kata Reika yang memotong pembicaraan kakaknya sendiri. Reyvan dan semua anggota Akta terkejud mendengar perkataan Reika tadi.
ns 15.158.61.6da2