Di sisi lain Ezra sedang mencoba mencari di mana Reyvan dan Reika berada. Tiba-tiba terdengar suara sesuatu terjatuh. Ezra segera mengikuti arah suara itu. Seperti dugaan Ezra, suara itu berasal dari ruangan yang di dalamnya terdapat Reyvan dan Reika. Ezra bersembunyi di belakang pintu dan mencoba mendengarkan.
"Rei lu gak apa-apa?" tanya Reyvan sambil mencoba membantu Reika berdiri.
Reika terjatuh karena tersandung. Bukan karena di dorang Reyvan.
"Iyah, terima kasih." jawab Reika.
"Kenapa lu tiba-tiba nangis?" tanyanya sambil membantu Reika duduk di kursi sebelah mereka.
"Gak papa." jawab Reika berbohong.
"Jangan jadi egois lagi deh." ketus Reyvan. Lama-kelamaan, Reika sudah tidak tahan mendengar Reyvan berkata bahwa dirinya egois. Reika mulai naik pitam.
"Kenapa sih lu ngomong gua egois? Emang lu kagak bercermin apa?" tanya Reika kepada Reyvan.
"Gua gak salah apa-apa. Kenapa lo yang nyuruh gua bercermin?" tanya Reyvan yang mulai emosi.
"Gak salah apa-apa? Emang lu kira gua doang yang egois. Lu juga egois TAU!" seru Reika.
"Jangan lu berani-berani bentak gua." batin Reyvan. "Emangnya gua ngapain sih? Gua egois nya dimana?"
"Lu se…lalu menentukan apa yang gua harus lakukan. Tapi apakah lu pernah bertanya, gua mau apa enggak? Lalu dimana kakak saat gua membutuhkan? Apakah sebenarnya lu lupa kalau punya adik?" tanya Reika emosi.
"Lu hanya sibuk dengan Akta dan kuliah!" seru Reika emosi."Terus kenapa gua harus takut sama lu?"
"Terus bagaimana gua harus tau, lu mau atau enggak? Bagaimana gua tau kapan lu membutuhkan gua kalau lu kagak pernah cerita. Emang lu kira gua punya kekuatan telepati apa? Gua gak tau oke!" seru Reyvan.
"Sekarang gua tanya balik. Kemana lu saat ibu sakit parah? Dimana lu saat waktu pemakaman ibu?" tanya Reyvan.
"Gua bukannya gak mau, gua juga ada urusan waktu itu. Karena waktu pemakaman ibu, juga waktu yang sama dengan Ubai sakit." jawab Reika.
"Dan apakah itu lebih penting daripada ibu mu sendiri?" tanya Reyvan.
"Yahhh, tentu saja. Ibu dan ayah tidak pernah menyayangi gua, perduli dan bahkan tidak menganggap gua sebagai anaknya sendiri. Tidak seperti lu kan?" tanya Reika, Reyvan sangat terkejut. Ia tidak tahu kalau ibu dan ayah memperlakukan Reika seperti itu.
"Sedangkan Ubai, adalah sahabat gua yang paling berharga. Ubai tidak pernah memperlakukan gua seperti ayah dan ibu lakukan. Dan saat sahabat gua hampir kehilangan nyawanya, gua gak mau membantu?" batin Reika.
"Kehilangan nyawa? Maksudnya apa?" tanya Reyvan.
"Sorenya sebelum pemakaman ibu, kejadian yang tidak terduga menimpa Ubai. Saat gua dan dia baru saja pulang, tiba-tiba Ubai mengeluh dadanya sakit dan tidak lama kemudian ia pingsan. Dan ternyata setelah di periksa, Ubai terkena penyakit leukimia. Saat itu juga gua tau, kalau hari itu adalah hari pemakaman ibu. Tapi gua gak bisa meninggalkannya begitu saja.” jelas Reika. “Maaf. Gua gak pernah cerita dan malah nyalahin elu, padahal lu gak tau.” kata Reika menyesal.
Setelah mendengar cerita Reika, tidak disangka air mata Reyvan keluar. Selama ini, Reyvan tidak pernah tahu alasan sebenarnya kenapa Reika tidak datang saat waktu pemakaman. Ternyata setelah tahu, Reyvan tidak bisa menahan air matanya. Reyvan memeluk Reika.
“Kak?” tanya Reika kebingungan.
“Gua juga minta maaf. Gua memang egois.” kata Reyka. Saat suasana sedang sedih, tiba-tiba Reika tertawa. Reyvan jadi kebingungan.
“Ika? Lu kenapa?” tanya Reyvan lalu melepaskan pelukannya.
“Maaf, maaf. Gak nyangka lu bisa sampe nangis ngedengerin cerita gua.” jawab Reika sambil menahan tawa.
“Ehh, jangan ngomong pake lu, gua napa. Gak enak tau kedengerannya.” protes Reyvan lalu juga ikut tertawa.
“Hem, terserah lah.” jawab Reika salah tingkah.
“Udah yuk, kita pulang!” seru Reyvan lalu menggandeng tangan Reika.
“Pulang?” tanya Reika.
“Yah iyah lah. Mau kemana lagi?” tanya balik Reyvan.
“Emang yang lain juga udah pada balik?”
“Gak tau yah. Ayo, kita liat aja di luar.” ajak Reyvan sambil menarik paksa Reika untuk berdiri.
“Dasar labil!”seru Reika dalam hati.
Reyvan dan Reika segera membuka pintu dan keluar. Tapi saat mereka sedang membuka pintu, tiba-tiba Ezra yang dari tadi menguping, terjatuh karena pintu yang ia sandari ditarik . Reyvan dan Reika terkejud melihat Ezra tergeletak di lantai.
“Ezra? Lu ngapain?” tanya Reyvan.
“Nguping itu bukan kebiasaan yang baik loh kak.” canda Reika. Ezra yang meresa sangat malu segera bangkit dan bertindak seperti tidak terjadi apapun.
“Ohh, Rei. Aaa...kalian juga ingin pergi ke mall?” tanya Ezra.
“Dasar BEGO!” sengit Reyvan.
“Emang yang lain pada pergi ke mall? Kok gak ngajak?” tanya Reika.
“Kalian sih, berduan terus. Jadi kita tinggalin aja.” canda Ezra lalu berjalan menuju lorong, di sebelah ruangan tersebut.
“Lu mau ngapain lagi? Lari?” tuduh Reyvan.
“Sttt,” bisik Ezra lalu perlahan-lahan berjalan ke sebuah lorong di sebelah ruangan tersebut.
“Tapi...kayanya yang hobi nguping bukan cuma gua deh." ujar Ezra sambil berjalan pelan-pelan menuju ke lorong itu. Reika dan Reyvan tidak mengetahui apa sebenarnya tujuan Ezra.
"Dorrr!" ujar Ezra kepada Rangga yang sedang menguping. Rangga terkejut dan mencoba untuk berlari. Tapi di hentikan oleh Ezra.
"BUSET! Rangga? Ngapain lu?" tanya Reyvan. Tidak disangka Rangga juga penasaran dan bahkan sampai menguping pembicaraan mereka.
"Wah,wah,wah, ternyata, leaders Akta juga punya sifat kepo yah." canda Ezra.
"Hahahahahaha. Aduh…kepo amet sih temen-temen kakak." ujar Reika sambil tertawa.
"Kayaknya gua juga gak yakin ini temen gau." jawab Reyvan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lepasin gua!" pinta Rangga.
"Oke." jawab Ezra santai. Rangga menatap tajam Ezra. Tapi Ezra tidak begitu perduli dan bertanya kepada Ezra.
"Mungkin ini bukan waktu yang tepat. Tapi, Reika, apakah lu bener-bener mau bergabung dengan Melody Night?" tanya Ezra serius.
"Yah." jawab Reika singkat. "Tapi kalau kakak akan menepati janjinya. Dengan begitu saya akan bergabung."
"Janji? Janji apa, Ika?" tanya Reyvan.
"Ika? Hahahaha, lucu amat." ledek Ezra.
"Iyah. Itu dulu nama panggilan saya dari Kak Reyvan." jelas Reika.
"Kenapa lu ada masalah?" tanya Reyvan dengan nada mengancam.
"Enggak, enggak ada masalah." jawab Ezra. "Oh yah, kalian pada mau ikut ke Mall gak?" tanya Ezra lalu membuka handphone.
"Yang lain udah nungguin, kalau kalian mau ikut." tambahnya.
"Emm, boleh deh." jawab Reyvan. "Kita tinggal jalan kan ke sana?"
"Iyah. Deket kok." jawab Ezra. "Rangga mau ikut gak?" tanyanya lagi.
"Yah, boleh." jawabannya singkat.
"Yaudah, ayo yuk. Keburu malem." kata Ezra. 272Please respect copyright.PENANAF6gzmOv86q