Keesokkan harinya, sesuai dengan rencananya, Ezra dan Zidan sudah menunggu menunggu kedatangan Farel dan Mirza di meja belakang Raka. Sementara, Raka sedang menyiapakan handphone nya, untuk digunakan untuk merekam suara yang ada didalam. Beberapa menit kemudian, Farel datang dan Raka mempersilahkan nya duduk.
“Eh, Farel sudah sampai. Ayo, silahkan duduk,” kata Raka sambil mempersilahkan Farel untuk duduk. “Ini, aku sudah memesankan Spaghetti kesukaan mu.” bujuk Raka lalu memberikan semangkuk penuh Spaghetti untuk Farel.
“Wah, terima kasih kakak. Terima kasih juga telah mengundangku kemari. Saya tidak percaya kalau kakak juga suka anime, seperti saya.” kata Farel sambil menarik kursi kosong di depan Raka dan mendudukki nya.
“Tumben kamu terlambat Rel, biasanya gua yang terlambat.” canda Raka.
“Iyah maaf. Oh yah, saya punya cerita lucu loh kak.”
“Oh yah, apa itu?” tanya Raka penasaran.
"Tadi saat saya berjalan kemari, saya melihat dua orang yang bertabrakan. Dan kopi yang dibawa salah satu orang tersebut tumpah kemana-mana."
"Kau ini jahat sekali yah. Masa orang yang ketabrak, malah lu bilang lucu."
"Maaf, tapi emang lucu sih." kata Farel sambil menahan tawanya. Sampai saat itu, keadaan masih baik-baik saja. Tapi 10 menit kemudian, saat Raka dan Farel sedang asik berbicara, tiba-tiba Mirza datang.
"Maaf kak, aku ter-" kata-kata Mirza terhentikan, karena terkejut melihat Farel yang juga ada disana bersama dengan Raka. Seperti dugaan, Mirza berusaha untuk kabur. Tapi untungnya berhasil dicegat oleh Raka. Awalnya Zidan sudah bersiap-siap untuk mencegah Mirza untuk lari. Tapi ternyata Raka sudah mengurusnya.
"Ehh, tunggu dong. Aku sudah memesan bakpao isi kacang hijau, kesukaan mu loh. Mubazir kalau gak dimakan." bujuk Raka sambil menggenggam tangan Mirza dan menarik paksa Mirza, untuk duduk di kursi sebelah Farel.
"K-kak, ini maksudnya apa?" tanya Farel kebingungan sambil melihat raut muka Raka, yang sama sekali tidak terlihat bersalah.
“Gak papa kok. Kalian kan sahabat, kenapa pake tegang segala.”
Mendengar perkataan Raka tadi, Mirza dan Farel mulai marasa ada yang salah.
“Tidak mungkin Kak Raka tidak mengetahui hubungan kita saat ini.” kata Mirza dalam hati.
Mirza mencoba untuk mengawasi sekelilingnya dan saat ia melihat ke arah belakang, ia melihat 2 orang yang terlihat tidak asing baginya. Karena penasaran, Mirza mencoba mendekatinya. Tapi untungnya dihentikan oleh Raka.
"Ayo semuanya duduk, Mirza ayo dimakan bakpao nya." katanya sambil merangkul bahu Mirza dan membawa menjauh dari Zidan dan Ezra.
"Aaaaa, tap-", "Sudahlah ayo!" tanpa bisa berkata sepatah kata pun, Mirza sudah dipaksa duduk di sebelah Farel. Walaupun duduk sebelahan, Farel dan Mirza tidak berbicara, bahkan tidak menoleh sedikit pun. Karena terlalu sunyi, Raka meramaikannya dengan memulai percakapan.
"Aaaaa, Mirza kamu suka menulis kan?" Mirza hanya mengangguk.
"Bisakah kau menulis sebuah lirik lagu?" tanya Raka.
"Lirik lagu? Entahlah aku belum pernah mencobanya." jawab Mirza lalu mmencoba melahap bakpaonya. Setelah beberapa menit Raka mencoba meramaikan suasana, ternyata usahanya tidak berhasil sama sekali. Mereka berdua masih tidak ingin berbicara dengan satu sama lain. Farel hanya memainkan handphonenya, sedangkan Mirza, dari tadi sibuk melirik kebelakang, untuk memuaskan rasa kepenasarannya terhadap 2 orang yang ada dibelakang mereka. Supaya rencana mereka tidak gagal, Raka juga berusaha keras agar mendapatkan perhatian Mirza.
"Eh, Mir, Mir coba deh kamu dengerin nada ini." kata Raka sambil memberikan Earphone dan handphonenya, kepada Mirza. Mirzan mendengarkan nada tersebut.
“Bagaimana?” tanya Raka penasaran dengan pendapat Mirza soal nada yang sebenarnya dibuat oleh Ezra.
“Bagus banget kak. Kakak yang buat?” tanya Mirza.
“Bukan, temen gua,” jawab Raka santai. T“api walaupun dia bisa membuat nada sebagus ini, liriknya benar-benar kacau.” lanjutnya.
Ezra yang bisa mendengarkan percakapan Raka dan Mirza barusan, merasa kesal dan tubuhnya mulai bergetar karena marah. Tapi untungnya Zidan ada di sana.
Disisi lain, Farel yang berada di samping Mirza, sebenar juga agak penasaran dengan orang-orang dibelakang mereka. Farel juga merasa bahwa dua orang itu tampak tidak asing baginya.
Melihat Raka dan Mirza sedang sibuk mengobrol tentang lirik lagu, Farel mengambil kesempatan itu untuk mendekati sekaligus mengamati dua orang itu.
“Eh, saya kekamar mandi sebentar yah. “ katanya lalu berdiri dari kursinya dan ingin segera meninggalkan mereka.
“Oh, iyah, jangan lama-lama yah.” jawab Raka.
Sebenarnya Farel hanya berbohong ingin pergi ke kamar mandi. Sebenarnya ia hanya ingin mendekati dua orang itu. Saat Farel sedang berjalan menuju kamar mandi, ia mencoba berjalan sedekat mungkin dengan dua orang itu. Saat ia sudah lumayan dekat dengan dua orang itu, Farel memcoba memerhatikan wajah dan barang-barang yang mereka bawa, tanpa membuat kedua orang itu curiga.
“Tunggu, kayanya gua udah pernah liat hp itu deh. Tapi dimana yah?” tanyanya dalam hati, sambil berjalan melewati kedua orang itu. Saat berada di kamar mandi, Farel mencoba mengingat-ngigat lagi dimana ia pernah melihat handphone yang sama seperti itu.
“Gua tau, itu bukannya itu handphone Ezra yah. Tapi apa yang ia lakukan disini. Apa jangan-jangan ini bukan cuma kebetulan? Apa jangan-jangan emang ini sudah di rencanakan.” katanya berbicara dengan dirinya sendiri.
“Ihhh, gua bodoh banget sih,” katanya sambil mengacak-acak rambutnya.
"Oke, gampang, gua tinggal kerjain mereka balik,” kata Farel tersenyum sinis. “Tapi gua gak bisa ngerjain mereka bertiga sendiri. Gua butuh bantuan."
Tanpa perpikir dua kali, Farel mengirimkan email permintaan bantuan kepada Mirza.
Disisi lain, Mirza yang mendapat email permintaan bantuan dari Farel, merasa bingung tapi juga agak senang.
"Farel, meminta ku untuk membantunya? Apakah dia sudah memaafkan ku?" tanya Mirza dalam hati sambil membaca e-mail dari Farel itu. "Kalau memang ia ingin bertemu dengan ku, aku tidak boleh membuang-buang waktunya." Mirza segera bangkit dan pergi meninggalkan Raka. Raka yang menyadarinya, segera mencoba menghentikan Mirza untuk pergi.
"Eh, mau pergi kemana? Terus kenapa sampai bawa tas segala?" tanya Raka sambil meng genggam tangan Mirza.
"Ohhh, aaaa, aku mau ke kamar mandi dulu." jawab Mirza lalu melepaskan genggaman tangan Raka. Mirza segera pergi meninggalkan Raka tanpa mengatakan apapun. Ezra dan Zidan yang duduk di belakang mereka, saling pandang. Tidak tahu harus menghentikan mereka atau tidak.
Sementara itu, Mirza sudah berada didalam kamar mandi, bersama Farel. Awalnya Mirza dan Farel tidak mengeluarkan sepatah katapun. Karena mereka tidak tahu mulai dari mana. Karena pertemuan ini tidak menuju kemana-mana, Farel akhirnya memulai pembicaraannya. Tapi begitu pun pemikiran Mirza. Jadinya mereka saling berbicara.
"Aku. Maaf silakan kamu duluan. Tidak-tidak, silahkan kamu duluan saja." kata mereka serentak, membuat tawa mereka tak tertahan.
"Hahahahahaha," tawa mereka membuat rasa tegang seketika menghilang.
"Maaf, maaf. Hahhh, sudah lama kita tidak tertawa bersama yah." kata Farel sambil mengingat-ngigat masa dimana mereka berteman. Mirza pun akhirnya memberanikan diri untuk meminta maaf duluan ke Farel.
"Farel, maafin aku yah,” kata Mirza. Farel tidak menyangka bahwa Mirza akan meminta maaf duluan. “Aku gak bermaksud membuat mu perasaan sedih. Aku hanya agak iri, kenapa aku dikeluarkan dari band. Padahal aku sudah berlatih keras, lebih darimu. Tapi kenapa hanya aku yang dikeluarkan?"
"Maaf, aku sama sekali gak peka terhadap perasaan mu."
"Kau tidak melakukan kesalahan tapi kau minta maaf?" tanya Mirza sambil menatap sahabat nya itu. Farel tak bisa berkata apapun.
“Aku lah yang bodoh, aku harusnya bersyukur memiliki teman sebaikmu, yang keluar band cuma gara-gara aku. Tapi aku malah berkata hal-hal yang buruk tentang mu. Aku minta maaf, entah kau mau memaafkan ku atau tidak.”
Dengan berat hati Mirza mengatakan hal itu. Tapi walaupun begitu ia merasa lega bisa mengatakan yang sejujurnya kepada Farel.
“Kau memang bodoh yah,” Mirza yang mendengar pernyataan Farel itu, merasa lebih sedih. Ia bahkan tidak berani menatap muka Farel lagi. Tapi Farel malah tersenyum dan berkata.
“Tentu saja aku akan memaafkan mu,” katanya sambil memeluk Mirzan.
“Kau dan aku adalah sahabat sekarang dan selamanya.” mendengar perkataan Farel, Mirza tak bisa menahan air matanya. Ia menangis di pelukan Farel. Farel juga merasa sanagt senang bisa memeluk sahabatnya lagi.
ns 15.158.61.6da2