Keesokkan harinya, saat mata kuliahnya kosong atau lebih tepatnya pada sore hari, Satria, Rizki, dan Al membantu Ezra untuk mencari anggota barunya. Mereka membagikan brosur buatan Satria kemarin, kepada mahasiswa-mahasiswa kampus mereka.
“Aduhhh, susah amet sih, nyari anggota baru aja.” keluh Al sambil duduk di bawah pohon rindang sambil mengipas-ngipas dirinya dengan brosur.
“Banya sih yang tertarik, tapi karena tidak memiliki bakat dalam memainkan alat musik, jadi gak mau deh.” jelas Rizki sambil mencoba membuka boto air untuk ia minum.
“Ehhh, jangan menyerah dulu dong. Semangat dikit napa.” kata Ezra sambil terus berusaha membagi-bagikan brosur.
“Ahh, itu mah gara-gara lu juga anggota bandnya. Kita kan enggak.” keluh Al.
Saat yang lain sedang mengeluh soal diri mereka yang kelelahan, Satria melihat jam jany ada di handphone nya. Dan bertapa terkejudnya dirinya setelah tahu ini sudah jam setengah 6 lewat. Satria harus segera berpamitan, karena sebentar lagi jam kuliahnya dimulai.
“Ehhh, udah jam segini. Sebentar lagi dosen gua masuk. Gua udahan dulu yah.” kata Satria sambil meletakkan brosurnya di dekat Al dan berlari pergi menuju kelas selanjutnya.
“Iyah gua juga udahanlah. Gua udah capek.”
Tidak butuh waktu yang lama Al sudah berada jauh disana. Tapi sebelum pulang ia berhenti sejenak dan melambaikan tangannya dari kejauh. “Dahhh gua pulang dulu yah.” teriak Al sambil melambaikan tangannya dari kejauhan.
“Ehhh, tunggu woii. Yaelah udah ilang aja tuh anak.” kata Ezra yang tidak menyadari kalau Al sudah ngacir pergi.
“Udahlah Ezr, besok aja kita sambung. Gua juga masih ada jam malem.” sahut Rizki yang juga ikut-ikutan meletakkan brosur di bawah dan berjalan pergi meninggalkan Ezra sendirian.
“Yaudah sana, gua sendiri aja bisa kok.” usir Ezra kesal.
“Yaudah, gua pergi dulu yah. Bye!” pamit Rizki yang sudah pergi meninggalkan Ezra sendiri. Walaupun ditinggal sendiri, Ezra tidak menyerah dan terus berusah sendiri. Satu jam kemudian, Ezra duduk di bangku kerena kelelahan. Tiba-tiba angin yang lumayan kencang muncul. Mengakibatkan brosur-brosur yang dibawa oleh Ezra berterbangan. Ezra yang menyadarinya panik dan mencoba mengejar brosur-brosur yang berterbangan.
“Ehhh, tunggu!” Katanya sambil berlari mengejar.
“Sini gua bantu.” kata Zidan yang tiba-tiba saja muncul dan segera membantu Ezra menangkap brosur-brosur yang berterbangan itu. Ezra termenung sebentar, karena kagum melihat Zidan yang sangat atletik. Berbeda dengan dirinya yang sama sekali tidak pandai dalam berolahraga.
“Ini.” kata Zidan sambil menyerahkan beberapa lembar brosur.
“Terima kasih,“ kata Ezra sambil mengambil brosur tersebut dari Zidan.
“Wawww ternyata dia sangat atletik juga yah.” katanya didalam hati.
Beberapa menit kemudian, semua brosur-brosurnya sudah terkumpul,
“Terima kasih banyak yah Kak Zidan. apakah kakak capek? Sini biar saya belikan kakak minum.” kata Ezra.
“Tidak pelu, gua bawa minum kok.” tolak Zidan sambil mengambil botol air di tas nya.
“Apakah kakak baru pulang?” tanya Ezra.
“Gak perlu sopan-sopan amet sama gua. Panggil aja Zidan.”
“Aaaaa, o-okeeeee.” kata Ezra agak terbata-bata
“Iyah gua baru pulang.“ jawab Zidan. “Sebenarnya sih gua mau bicara ke lu tentang sesuatu.” lanjutnya.
“Ke saya? Tentang apa?”
“Masukin gua ke band lu,” pinta Zidan. “Tenang aja gua bisa kok main musik.”
“Aaaaaa, kak- maskudnya lu, mau masuk ke band gua? Kenapa?” tanya Ezra.
“Emang gak boleh?” ketus Zidan.
“Eng-enggak, bukan gitu maksudnya, aaaa.” Ezra agak takut untuk berkata yang sebagai. Karena takut Zidan akan marah.
“Gua suka banget main gitar dan bukan hanya gitar tapi gua juga suka bernyanyi. Walaupun suara gua gak bagus-bagus amat. Intinya sih, gua pengen menyalurkan hobi gua dan ingin belajar lagi supaya bisa menjadi sehabat lu.“ jelas Zidan.
“Sehebatku?”
“Iyah. Jadi... boleh gak nih, gua masuk ke band lu?” tanya Zidan tidak sabaran.
“Iy-iyah, iyah boleh.” jawab Ezra yang agak gugup. Tapi bukan karena takut, melainkan karena senag.
“Oke, terima kasih. Sekarang gua minta nomer hp lu. Biar kalau ada apa-apa, lu bisa menghubungi gua atau sebaliknya.”
“Ohhh iyah, boleh-boleh.” Ezra mengeluarkan handphonenya dari dalam tas nya. Memberikan nomer handphonen kepada Zidan, dan begitu juga Zidan.
“Okeee, thanks you. Oh iyah ngo-“ belum selesai Zidan berbicara, tiba-tiba handphonen Zidan berdering. “Ohhh maaf, sepertinya gua sudah harus pulang. Besok kita lanjutkan yah.” katanya sambil berjalan meninggalkan Ezra.
Setelah Zidan pergi, Ezra mengambil brosur-brosurnya yang tadi ia letakkan di bangku samping dirinya dan segera pulang. Karena besok ia masih ada jam kuliah pagi.
Di kamar asramanya, Ezra sedang sibuk memikirkan nama yang cocok untuk nama bandnya. Tiba-tiba “Tling!” bunyi ringtone handphone Ezra berbunyi, menandakan ada pesan yang masuk. Setelah di buka, ternyata pesan tersebut dari Rizki.
Rizki: Ehhh, Ezr, lu udah pulang?
Ezra mulai mengetik jawaban.
Ezra: Yah udahlah. Ehhh Riz, ngomong-ngomong gua udah dapet anggota pertamanya dong.
Rizki: Masa? Boong ah! Emang siapa? Pasti lu ampe mohon-mohon kan ke tu orang.
Ezra: Yahhh, dibilangin gak percaya. Orang dia yang mau ikut sendiri kok.
Rizki: Oh yah? Emang siapa orangnya? Jadi penasaran gua.
Ezra:Ada deh, liat aja besok.
Tiba-tiba ada pesan baru muncul , dan ternyata pesan tersebut dari Zidan .
Ezra: Nihhh, orangnya lagi ngecheating gua, lu diam bentar yah!
Rizki: Astaga, ini orang, kejam amet yah.
Ezra segera membuka pesan dari Zidan
Zidan: Ehh, maaf nih ganggu malem-malem. Tapi gua belum tau nama lu, hehehehe. Gua juga lupa ngenalin diri gua sendiri, maaf yah.
Ezra segera menjawab pesan tersebut.
Ezra: Gak papa, gua juga belum ngenali diri gua sendiri. Kenalin nama gua Mahardika Ezra, mahasiswa semester pertama jurusan arsitektur dan lingkungan, salam kenal.
Zidan: Wouu, jurusan arsitektur dan lingkungan. Keren banget.
Ezra: Hehehe, biasa aja kok.
Zidan: Oh yah, salam kenal juga, gua Radhitya Zidan mehasiswa tahun kedua jurusan sosiologi, lu boleh manggil gua Zidan. Oh iyah ngomong-ngomong, tentang bandnya, nama nya apa yah?
Ezra: Nahh itu juga gua belum tau, gua juga lagi nyari nama yang cocok apa. Nanti kalau udah ketemu, gua kabarin.
Zidan: Yaudah besok kita ketemuan aja. Sekalian ngebahas lebih lanjut tentang bandnya.
Ezra: Boleh, kapan?
Zidan: Abis lu selesai mata pelajaran aja. Jam berapa lu bisanya? Ada jam malem gak?
Ezra: Kalau jam malem sih gak ada. Sore aja jam 5, abis gua selesai pelajarannya. Tempatnya di kafe dekat kampus aja. Lu bisa gak?
Zidan: Bisa sihh, yasudah gua tunggu yah jam 5. Sekarang lu tidur yah, jangan bergadang!
Ezra: Baik Kakak !
Zidan: Jijik gua. Udah ah, selamat malam.
Ezra: Selamat malam juga.
Ezra pun mematikan handphone nya dan kembali memikirkan nama untuk bandnya sambil memainkan pulpen yang ia pegang
“Nama band? Nama band? Aduhhhh, apa yah?” tanyanya kepada dirinya sendiri sambil mengacak-ngacak rambutnya.
“Apa yang tadi aja kali? Tapi gak cocok gitu.”
Tiba-tiba ide muncul dari otak Ezra.
“Ahah aku tahu.” kata Ezra sambil menulis nama bandnya disebuah selembaran kertas.
“Nahhhh, ini kayak cocok,” katanya sambil mengangkat selembaran kertas tersebut tinggi-tinggi. “Yeiii, akhirnya selesai. Sekarang aku bisa tidur.” katanya sambil menjatuhkan dirinya ke atas kasur dan tidak butuh waktu yang lama, Ezra langsung tertidur pulas.
Keesokan harinya, dikelas Ezra, “Hoaaaa.” (Suara menguap)
“Lahh, napa lu Ezr? Bergadang?” tanya Rizki yang duduk disamping nya.
“Iyah nihh, gua bergadang tadi malem. Mikirin nama untuk bandnya.” jawab Ezra.
“Terusss, udah ketemu?” tanya Rizki.
“Haoaaaa, udah sih. Tapi gak tau deh bagus apa enggak.”
“Ehh, iyah ngomong-ngomong, lu bilang lu udah ngenemuin anggota band pertama lu. Siapa orang nya? Kasih tau dong!” tanya Rizki penasaran.
“Hoaaa, Kak Zidan.” kata Ezra tapi dengan nada yang agak pelan, membuat Rizki jadi tidak begitu jelas mendengarnya.
“Hah! Apa? Kak Zidan? Beneran lu, kaga boong?” tanya Rizki tidak percaya.
“Yahhh, udah di bilangin kagak percaya.”
“Beneran? Gimana caranya lu ngajak dia gabung?“ tanya Rizki, semakin penasaran. “Kemarin perasaan lu bilang, lu takuk mau ngomong sama dia.” terusnya.
“Kan gua bilang semalem, dia yang mengejukan diri.” jawab Ezra.
“Terus, lo terima? Gila beruntung banget lo.” Kata Rizki yang terlihat sangat kagum dengan Ezra. Ezra hanya membalasnya dengan senyum.
Setelah mata pelajaran Ezra selesai, sesuai janji nya, ia dan Zidan akan bertemu di kafe dekat kampus. Didalam kafe tersebut, ternyata Zidan sudah menunggu dari tadi dan bahkan sempat untuk memesan minum.
“Emm sorry, gua telat. Dosennya banyak banget ngasih materinya. Gua ampe pusing.” kata Ezra yang baru saja sampai dan langsung duduk di kursi sebelah Zidan.
“Gak papa. Gua juga baru dateng kok,” jelas Zidan. “Nihh gua pesenin minum. Lu suka kopi gak?” tanya Zidan sambil menyodorkan ice coffee latte yang sudah ia pesan untuk Ezra.
“Suka-suka aja kok. Makasih banya yah.” kata Ezra sambil mengambil ice coffee latte nya dan meminumnya.
“Iyah sama-sama. Tapi ngomong-ngomong, lu udah ketemu belum nama untuk bandnya?” tanya Zidan.
“Ohhh iyah, gua hampir lupa,” Ezra mengambil selembaran kertas di dalam tasnya.
“Nihh bagus gak?” tanya Ezra sambil memberikan selembaran kertas yang berisi nama untuk bandnya.
“Melody Night?” tanya Zidan lalu berpikir sebentar,
“Iyah, bagus gak? Gua dapat inspirasinya dari salah satu lagu grup band favorit ku.” jelas Ezra.
“Boleh juga, bagus kok.” puji Zidan lalu meminum Thai ice tea nya.
“Terima kasih. Tapi sekarang kita harus mencari lagi anggota barunya. Kita tidak bisa hanya berdua saja.”
“Ehmmm, iyah sih. Ditambah kita juga belum punya lagu untuk kita dibawakan nanti. Atau kita bawain lagu grup band lain aja?” tanya Zidan.
“Kalau soal lagu nanti aku aja yang urus. Lu ngurusin soal anggota nya aja,” jelas Ezra. “Lu kenal orang lain yang bisa main musik gak?”
“Ehmmm, siapa yah?” tanya Zidan pada dirinya sendiri, sambil mengelus-ngelus dahinya. Tidak lama kemudian, Zidan baru mengigat sesuatu.
“Ohhh, gua tau!” seru Zidan sambil menghentakkan kedua tangannya ke atas meja, yang sampai membuat Ezra kaged,
“Ehhh, santai aja dong,” keluh Ezra. “Emang siapa orangnya?”
"Adek-adek kelas gua pas di SMA. Dulu gua sama mereka ikut ekskul yang sama." jelas Zidan.
"Mereka bisa main alat musik?" tanya Ezra yang terlihat sangat bersemangat mendengar tentang kabar tersebut.
"Bisa lah. Kalau gak salah, yang satu bisa main drum, yang satu lagi bisa main bass deh." jawab Zidan.
"Ohhh yah? Kuliahnya dimana? Atau Kuliahnya ya disini?" tanya Ezra.
"Enggak, mereka kuliah di università lain. Tapi gua kurang tau universitas nya dimana."
"Lu punya nomor handphone nya gak? Atau tau rumahnya di mana gak?" tanya Ezra.
"Tunggu bentar, katanya gua masih simpan nomor nya deh. Gua coba cari dulu." Kata Zidan sambil mengambil handphone dari dalam sakunya dan mencari nomer handphone adik kelasnya itu.
"Ohhh ini dia ada." kata Zidan sambil menunjukannya ke Ezra.
"Coba kau tanya dulu kabarnya. Terus baru lu minta mereka untuk ketemuan sama kita." jelas Ezra.
"Iyah-iyah, bentar,” kata Zidan lalu sibuk mengetik.
Tak lama kemudian, “Oke udah. Tapi belom dibaca."
"Yaudah kalau ada kabar, kabarin yah,“ pinta Ezra. “Gua harus pulang sekarang, gua masih harus selesain lirik lagu untuk band kita.“ kata Ezra sambil membereskan barang-barangnya.
"Yaudah, nanti gue kabarin."
"Iyah makasih. Gua duluan yah,” kata Ezra sambil beranjak pergi. Tapi tiba-tiba berhenti karena ia baru mengigat sesuatu. “Oh yah, jangan lupa yah. Besok sore, setelah semua mata kuliah kita selesai. Kita akan mulai latihannya."
“Latihan nya dimana?” tanyanya sambil menyeruput thai ice tea nya.
“Di lantai 3 kos-kosan lu, itu ada ruangan kosong. Gua udah ijin sama Kak Vivi. Katanya kita boleh latihan disana. Nanti kita tinggal bayar 50 ribu setiap latihan disana,” jelas Ezra. “Tapi jangan lupa bawa alat musik nya yah!” tambahnya.
“Tapi, emang lu udah ada lagu nya?” tanya Zidan.
“Sekarang sih belum. Palingan besok baru selesai,” jawab Ezra. “Eh, udah ah, gua pulang dulu. Biar gua bisa cepat selesaiin lirik lagunya.” Ezra berjalan pergi meninggalkan Zidan dan melambaikan tangannya dari jauh. Ezra pun pulang, kembali ke asrama nya, dan menyelesaikan lagu untuk band nya. Setelah selesai, Ezra langsung tertidur karena kelelahan. Ezra tertidur sangat puas, sampai-sampai tidak mendengar kalau ada notifikasi dari handphone nya dari Zidan. Yang sebenarnya sedang mengirim pesan tentang kabar adik kelasnya. Di sisi lain, Zidan yang sedang berada di kos-kosan sedang menchatting Ezra mengenai kabar adik kelasnya. Tapi kerena Ezra sudah tertidur, ia tidak membalas pesan Zidan. Zidan yang tidak tahu Ezra sedang tidur, merasa kesal.
"Aduhhh, nih bocah kemana sih? Dia kan yang nyuruh gua langsung ngabarin kalau ada kabar tentang adek kelas gua, tapi malah dia malah enggak baca,” keluh Zidan. “Dasar tuh anak. Yaudah lah mungkin dia udah tidur. Besok aja gua kasih taunya." tambahnya sambil bersiap-siap untuk tidur.
ns 15.158.61.21da2