Tiga hari kemudian, sore harinya. Zidan dan Farel sedang dekorasi rooftop. Karena hari ini cuacanya cerah, hingga malam. Mereka berencana untuk mengadakan pesta terima kasihnya hari ini. Tapi masalahnya, hari ini Ezra sedang libur. Jadi sebagai rencana cadangan, Reika akan pura-pura meminta Ezra menemaninya ke sebuah pameran baju. Supaya menjauhkan Ezra dari rumah. Dan sebagai gantinya, Mirza akan membantu Farel mendekor.
"Rei, ayo pulang. Kita udah seharian di sini. Gua capek." keluh Ezra yang sedang duduk di kursi, samping Reika.
"Kakak cuma duduk, udah capek? Lah gua, mendesain baju seharian kagak capek-capek." ketus Reika.
“Ini kan emang kerjaan lu tiap hari.” segit Ezra.
"Hari libur gua ilang deh. Gara-gara harus nemenin dia." keluh Ezra dalam hati.
“Yaudah, kalau kakak mau istirahat, di samping situ ada ruang untuk santai,” kata Reika sambil menunjuk ke sebuah ruangan, di samping kiri mereka. “Kakak bisa di situ aja. Selagi nungguin gua sampe selesai.” tambahnya.
“Oke.” kata Ezra lalu ngacir ke ruangan tersebut.
Sementara, di sisi lain, anggota Melody Night yang lain sedang sibuk menyiapkan pesta di rooftop mereka. Karena kemarin mereka sudah meminta kru untuk membelikan dekorasinya, Mirza dan Farel tinggal memasangnya saja.
"Woii, ati-ati masangnya. Nanti rusak loh." teriak Zidan dari bawah pada Farel, yang sedang memasang pita di atas pintu. Sementara Zidan sedang sibuk menata makanan.
"Tolong yang itu di letakkan di sana!" pinta Mirza kepada salah satu kru. Sambil menunjuk ke arah samping kolam.
"Mirza!" panggil Bu Yura.
Mirza menjawab. "Iyah, ada apa?"
"Udah selesai lagunya?" tanya Bu Yura.
"Udah kok, dari kemarin. Saya juga udah kasih ke yang lain." jawab Mirza.
"Bagus lah kalau begitu." kata Bu Yura.
"Sekarang kita tinggal tunggu orangnya dateng." kata Mirza.
“Tapi ngomong-ngomong, kapan mereka datengnya?” tanya Bu Yura lalu melihat jam tangannya. “Ini sudah jam setengah 8 loh.”
“Emmm,” gumam Mirza sambil perpikir. “Woiii, udah pada selesai belum?” teriak Mirza.
“Dekorasi udah.” jawab Farel dan beberapa kru yang membantu.
“Zid!” panggil Mirza. Zidan menoleh.
“Makanannya udah belum?” tanya Mirza lagi.
“Bentar lagi. Tinggal di rapihin aja.” jawabnya.
“Yaudah, gua telepon Reika yah!” seru Mirza.
Di gedung pameran baju, Reika yang sedang sibuk berbicara dengan salah satu pembantu desainnyaa. Saat iba-tiba ada telepon dari Mirza. Reika segera mengangkat teleponnya.
"Halo Rei. Lu dimana? Udah waktunya balik." kata Mirza melalui telepon.
"Oh, iyah. Maaf, maaf. Gua lupa."
"Ezra masih sama elu kan?" tanya Mirza.
"Iyah, tenang aja kok." jawab Reika.
"Yaudah cepetan. Keburu malem banget."
"Iyah, iyah, gua otw."
Reika segera mematikan teleponnya dan bersiap-siap untuk pulang. Reika berjalan menuju ruang santai, yang di dalamnya terdapat Ezra yang sedang tidur. Karena tidak ingin Ezra marah, Reika membangunkanya perlahan-lahan.
"Woii, Kak, bangun!" seru Reika sambil menepuk-nepuk pipi Ezra.
Ezra perlahan-lahan membuka matanya.
"Hoahhhh, udah selesai?" tanya Ezra yang baru saja bangun lalu mengambil botol air mineral di sampingnya.
"Udah. Ayo kita pulang." jawab Reika sambil menggendong tanya.
"Lu udah kabarin Pak Zaki?" tanya Ezra. Pak Zaki adalah seorang supir.
“Tenang saja, udah kok.” jawab Reika
“Hoahhhh, oke. Lalu dimana Pak Zaki? Udah datang?” tanya Reiyu.
“Sebentar lagi kok. Tadi gua udah ngabarin,” jawab Reika. “Katanya ia sedang ada diperjalanan kemari.” tambahnya, menjelaskan.
“Kita tunggu di luar saja. Supaya nanti Pak Zaki kagak susah nyari kita.” usul Ezra lalu berusaha bangun dari sofa.
“Hemm.” jawab Reika.
Mereka berdua pun keluar dan menunggunya di depan gedung tersebut.
“Mana Pak Zaki? Katanya lu udah kabarin.” tanya Ezra yang sudah tidak sabar.
“Tunggu dulu napa. Palingan masih di jalan.” jawab Reika sambil mencoba menelepon Pak Zaki.
“Woii, Rei! Tuh Pak Zaki.” kata ezra sambil menunjuk ke sebuah mobil yang dibawa Pak Zaki. Lau berlari menuju mobil.
“Woii, ati-ati! Nanti jatuh loh.” teriak Reika. Ezra tidak mendengarkan perkataan Reika.
“Buset! Keras Kepala amet sih.” sindir Reika.
Tanpa berlama-lamaan lagi, Reika pun juga berjanan menuju mobil.
“Malam,” sapa Pak Zaki.
“Malam juga.” sahut Ezra dan Reika bersamaan.
“Kita pulang?” tanya Pak Zaki.
“Iyah Pak.” jawab Ezra.
Pak Zaki segera tancap gas menuju rumah.
Diperjalanan pulang. ”Pak,bolehkan kita berhenti sebentar di toko kue itu?” tanya Ezra sambil menunjuk toko kue yang ada di depan jalan.
“Ohhh,yah tentu.” jawab Pak Zaki.
“Udah, kagak usah deh. Udah malem nih. Gua capek.” keluh Reika.
“Bentar aja. Gua denger kuenya enak.” kata Ezra.
“Gak, gak usah. Kita pulang aja Pak.” larang Reika.
“Elah.” keluh Ezra, tidak senang.
Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai dirumah. Ezra dan Reika segera turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Saat di dalam rumah, Ezra menyadari bahwa rumah tampak kosong dan sepi.
“Rei!” panggil Ezra ke Reika yang sedang menaiki tanggal menuju ke atas.
Reika menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Ezra. “Hemm, ada apa?” tanyanya.
“Pada kemana yang lain? Masih ada kerjaan?” tanya Ezra.
Reika tidak menjawab. Ia hanya tersenyum sinis kepada Ezra. Membuat Ezra menjadi makin penasaran.
“Woii, Reika!” kata Ezra mulai emosi.
Reika kembali menaiki tangga tanpa memperdulikan Ezra. Karena kesal dengan dengan sifat Reika, Ezra mengikuti Reika sampai ke rooftop. Sampai ke lantai 3, Reika bersembunyi di belakang sofa di ruang santai. Rooftop mereka ada di lantai 3, bersama dengan beberapa ruangan lainnya. Jadi untuk menuju ke rooftop, mereka harus melewati ruang santai terlebih dahulu. Dan di dalam ruang santai ada beberapa sofa yang menjadi tempat persembunyian Reika. Karena tidak dapat menemuka Reika, Ezra mencoba mencarinya di rooftop. Saat Ezra baru saja menginjakan kaki, tiba-tiba semua orang keluar dari persembunyiannya dan mengejudkan Ezra.
“Kejutan!” teriaka semua orang. Ezra begitu terkejud dan tidak menyangka.
”Loh ada apa ini? Kok kalian ada di sini?” tanya Ezra yang ke bingungan. Tidak hanya anggota Melody Night saja yang hadir. Al, Satria, Rizki, dan beberapa teman dan sahabat Ezra yang lain. Bahkan semua anggota Akta juga ikut.
“Selama datang. Lama tau kami tunggu.” keluh Farel.
“Ada apa ini? Kenapa sampe ada Akta juga?” tanya Ezra yang masih kebingung.
“Coba lu baca posternya!” perintah Reika yang ada di belakangnya.
“Lah Rei?” Ezra mencoba membaca posted yang telah di buat oleh Farel dan Mirza.
Terima Kasih Banyak Leader Untuk Semuanya!
Setelah membaca posted tersebut, Ezra juga belum mengerti.
"Pala udang, dasar." ejek Zidan.
"Ini adalah pesta terima kasih untuk mu." jelas Mirza sambil membawa sebuah kue tiramisu dari toko kue yang tadi Ezra ingin beli. Tapi tidak jadi, karena Reika tidak memperbolehkannya.
"Wahh, dari Tatiana cakes & bakery yah?" tanya Ezra.
"Bego dasar. Yang di peduliin cuma makanan." ketus Farel.
"Hah? Tunggu, apa? Pesta terima kasih untuk gua? Buat apa?" tanya Ezra.
"Yahh, buat semuanya." jawab Mirza. Ezra masih tidak mengerti.
"Untuk kerja kerasnya, untuk tidak menyerah, untuk tetap berusaha. Dan paling penting, untuk semua yang lu lakukan untuk Melody Night." jelas Farel.
"Mungkin tanpa sifat pantang menyerah kakak, kita tidak akan menjadi grup band yang terkenal, seperti sekarang." tambah Reika.
"Tapi gua kagak pantas menerima semua pujiannya. Karena kalian juga Melody Night bisa menjadi seperti ini." kata Ezra.
"Kagak usah sok rendah hati deh. Tanpa lu, pasti kita tidak akan melanjutkan band ini setelah secara resmi di keluar dari festival musik 5 tahun yang lalu. Dan bahkan tidak akan pernah ada Melody Night tanpa lu." kata Zidan.
"Kakak pantas kok mendapatkan kan semua ini dan harusnya lebih." kata Reika.
Ezra tersenyum senang. Matanya berkaca-kaca. Ia sangat bersyukur bisa memilih anggota band yang sangat perduli padanya yang tidak sempurna ini.
"Terima kasih banyak semua. Gua sangat bersyukur bisa memdapatkan anggota seperti kalian." kata Ezra. Tak sabar, ia meneteskan air mata.
"Kagak usah cengeng deh," ledek Mirza lalu mengambil korek api dan menyalakan lilin di kue tersebut.
"Ini, silakan di tiup lilinya. Keburu padam." perintah Mirza.
"Jangan lupa buat permohonan." Kata Reika.
"Buat permohonan? Kayak anak kecil aja lu." ejek
Tanpa berpikir panjang, Ezra segera meniup lilin. Semua bersorak senang.
"Hebat yah. Padahal dulu gau kira mereka cuma grup kelengan doang. Tapi ternyata sekarang mereka sudah sangat populer. Bahkan melebihi kita." kata Rangga pada anggota Akta yang lain.
"Hemmm, begitu lah." ujar Putra.
"Kasian deh lu," ejek Gilang pada Reyvan.
"Lah, kenapa?" tanya Reyvan.
"Adek lu lebih populer dari pada lu." kata Gilang.
"Gak papa kok. Gua malah bangga sama dia." kata Reyvan.
“Semua, terima kasih banyak yah.”kata Ezra yang merasa sangat gembira.
"Keberhasilan Melody Night bukan hanya karena kami saja. Tapi karena kalian juga. Akta, temen, sabahat-sahabat gua, dan beberapa orang lain." tambahnya.
Bukan hanya Ezra dan anggota Melody Night yang lain saja yang senang. Semua orang yang ada disana pun merasa gembira. Malam itu mereka perpesta sampai larut, Walaupun lelah tapi rasa bahagia menutupi rasa lelah tersebut. Tidak lupa, Reika dan 3 anggota Melody Night yang lain, membawakan lagu yang sudah Mirza buat. Bahkan Akta juga ikut-ikutan melakukannya konser kecil, untuk meramaikan. TAMAT
Keberhasilan itu tidak datang begitu saja. Butuh perjuangan dan pengorbanan besar untuk meraih. Banyak tantangan yang kita harus dihadapi. Tapi dengan kerja keras dan orang-orang yang selalu berada bersama kalian dan memotivasi kita, tidak ada yang tidak bisa.
Sesuai kata Thomas A. Edison:
“Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba setidaknya satu kali lagi.”
ns 15.158.61.6da2