Jam menunjukkan pukul 15:44, Ezra sedang melamun di kelasnya memikirkan tentang kejadian kemarin. Ezra tidak percaya kalau Reika bisa menetes air mata. Tapi setelah kejadian kemarin, pandangan Ezra terhadap Reika berubah. Yang biasanya hanya anak yang pendiam dingin, dan lebih mementingkan diri sendiri, menjadi anak yang hangat, perduli, dan ceria. Karena kemarin ia sempat mengantar Reika pulang, ia jadi tau sifat Reika yang asli. Awalnya ia sangat kaged melihat perubahan sifat Reika. Tapi ia senang melihat sifat Reika yang hangat itu. Karena janjinya kepada Reika kemarin, hari ini Ezra memutuskan untuk kembali ke sekolah dan menangkap pelaku penyebaran hoax itu. Tapi ia lupa kalau hari ini, ia dan semua anggota Melody Night juga ada janji untuk bertemu.
Saat sedang melamun, tiba-tiba muncul sebuah email dari Al. Awalnya Ezra tidak memperdulikannya. Tapi, email itu terus bermunculan dan malah menjadi mengganggu. Akhirnya Ezra memutuskan untuk mematikan handphonenya agar Al tidak bisa mengganggu lagi. Beberapa menit kemudian,
"Baiklah, saya akan mengakhiri pelajaran hari ini," kata sang dosen yang mengajar.
"Sampai bertemu minggu depan. Selamat siang." katanya lalu beranjak pergi meninggalkan kelas.
"Hoahhhh. Gua ngantuk banget." kata Ezra sambil membereskan barang-barangnya lalu segera ngacir ke kantin. Sampai di kantin, Ezra memutuskan untuk membeli sesuatu yang segar-segar.
"Bu, es buah satu!" pinta Ezra lalu memberikan uang.
Tiba-tiba, dari kejauhan Zidan memanggil.
"Woiii! Ezr!" panggil Zidan dari kejauhan.
"Dasar lo. Email gua gak di jawab-jawab." batin Al lalu menginjak kaki Ezra.
"Awww. Buset lu ngapain sih?" batin Ezra sambil memegang kakinya yang bengkak karena di injak Al.
"Dasar Alzheimer," sindir Al. "Pasti lu lupa yah, janji lu dengan Akta?"
"Janji?" Sesaat Ezra terdiam dan perpikir. Dan ternyata benar, ia memiliki janji dengan Akta. Sesaat kemudian wajahnya tampak panik dan pucat.
"Astaga, gua lupa," ujar Ezra sambil menepuk jidatnya. "Udah jam berapa ini?"
Zidan mengambil handphone dan melihat jam.
"Jam 16:29." jawab Zidan.
"Ketemunya jam 5 kan?" tanya Ezra.
"Iyah. Tapi emang kesananya gak butuh waktu?" tanya Al ketus.
"Emangnya di mana Ketemunya sih?" tanya Ezra.
"Pikun kok di pelihara." sengit Zidan.
"DB Music Studio. Di tempat mereka latihan hari ini." jawab Al.
"Ayo cepatan. Taksinya udah nunggu." kata Zidan lalu menarik tangan Ezra dengan paksa.
"Eh, eh, eh tunggu. Es buah gua." kata Ezra mencoba untuk melepaskan tangannya dari genggaman Zidan.
"Ohhh, yaudah sana. Tapi cepet yah." kata Zidan memperbolehkan.
Ezra kembali ke ibu penjual es buah.
"Bu, boleh gak, es buah nya di bungkus?" pintar Ezra.
"Baik." jawabnya lalu segera membungkus es buah tersebut.
"Ini silakan." Ibu penjualan es buah tersebut memberikan es buah yang sudah di letakkan di plastik, kepada Ezra.
"Terima kasih bu." Kata Ezra sambil mengambil es buah dari ibu tersebut.
"Sekarang ayo. Kasian supir nya sudah menunggu." Zidan kembali menarik tangan Ezra lalu membawanya ke luar kampus. Al mengikutinya dari belakang.
"Tunggu, tunggu, Farel dan Mirza bagaimana?" tanya Ezra yang sedang berlarian di koridor kampus.
"Gak usah mikirin orang lain. Mending mikirin nasip kita, yang akan dimarahin Rangga karena telat." ketus Zidan.
"Tenang saja kok, mereka juga akan ke sana." jawab Al.
"Tapiiii,"
"Gak usah pake tapi-tapian. Udah, lari aja." keluh Zidan.
Sebenarnya hampir semua anggota Melody Night, belum mengetahui kalau Ezra belum menemukan vokalis mereka. Ia ingin sekali mengatakannya, tapi sepertinya sudah terlambat.
30 menit kemudian, Ezra, Zidan, dan Al sampai di depan DB Music Studio. Farel dan Mirza sudah menunggu dari tadi.
"Aduhhh, kalian lama sekali sih." keluh Farel.
"Sudah, ayo kita masuk saja." ajak Al.
Saat mereka sudah sampai di dalam ruangan Akta berlatih. Tiba-tiba handphone Mirza berdering.
"Siapa yang nelpon Mir?" tanya Farel.
"Aaaaa, bukan siapa-siapa," jawabnya berbohong lalu beranjak meninggalkan tempat. "Maaf, tapi aku ada urusan sebentar. Kalian duluan saja."
"Kenapa dia?" tanya Zidan.
"Sudahlah, itu tidak penting." Kata Al lalu berusaha untuk membuka pintu. Tapi tiba-tiba berhenti karena Putra datang.
"Yah iyah lah. Yang penting sekarang adalah untuk kalian tidak di marahin sama Rangga." ledek Putra yang baru saja datang dan berdiri di belakang mereka.
"Eh, Put." sapa Al.
"Ayo masuk. Gua yakin yang lain udah nunggu." ajak Putra sambil membuka pintu menuju tempat latihan Akta. Seperti dugaan, baru saja mereka membuka pintu, mereka sudah disambut dengan tatapan tajam Rangga.
"Kalian terlambat." sengit Rangga.
"Maafkan kami." Kata Farel.
“Terus di mana Mirza?” tanyanya.
“Ada kok. Tadi ada yang nelpon, jadi dia keluar sebentar.” jawab Farel.
"Yaudah ayo ma-"
"Tunggu Rifka, dimana vokalis kalian? Apakah kalian sudah menemukannya?" tanya Rangga dingin.
"Aaaaa, soal itu," Ezra tidak tahu harus menjawab apa.
"Sebenarnya…kita belum mendapatkan seorang vokalis." kata Ezra.
"Hah, tunggu, apa? Kita belum punya vokalis?" tanya Zidan tak percaya.
"Iyah belum." jawab Ezra.
"Lah, terus…kita ngapain ke sini jauh-jauh?" tanya Zidan.
"Yah, kenapa Ezra?" tanya Rangga tajam.
"Soal…itu…," Ezra benar-benar ketakutan. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Tapi tiba-tiba. "Saya vokalis nya." jawab Reika yang baru saja datang bersama Mirza.
"Reika?" tanya Reyvan yang sangat kaget.
"Maaf saya terlambat. Saya agak susah mencari jalan. Untungnya ada Kak Mirza." Kata Reika lalu berjalan menuju Ezra.
"Saya vokalisnya." ulang Reika.
Yang lain tidak bisa berkata-kata. Mereka semua terlalu kaged untuk bertanya, kecuali Dika.
"Ke-kenapa? Kau tidak ingin menjadi vokalis Akta. Tapi kenapa kau ingin menjadi vokalis mereka?" tanya Dika.
"Saya punya alasan sendiri." jawab Reika sok rahasia, lalu mengirimkan email ke Ezra.
"Tring!" bunyi ringtone handphone Ezra. Ezra segera membuka email tersebut. Dan bertapa terkejutnya dirinya saat mengetahui bahwa email tersebut dari Reika.
Reika: Saya ikut band mu cuma gara-gara kakak ada janji dengan saya. Jadi semoga kakak mengingat janji tersebut dan menepatinya. Jika kakak lupa atau tidak menepatinya, saya akan keluar dari Melody Night.
Setelah membaca email Reika, Ezra tersenyum kepada Reika dan menganggukan kepalanya tanda ia setuju.
"Jadi bagaimana Kak Rangga? Kakak akan melatih mereka kan?" tanya Reika lalu tersenyum sinis kepadanya. Melihat senyuman sinis Reika, raut muka Rangga seketika berubah menjadi marah. Rangga tau betul apa yang diinginkan Reika. Dari dulu Reika memang ingin menjatuhkan Akta. Alasannya sederhana, karena Akta merebut Reyvan darinya.
"Dasar lo. Kalo bercanda jangan ampe buat orang kaged dong." kata Zidan lalu menepuk pundak Ezra.
"Untuk lah, masih sempat." Kata Mirza.
"Kalau begini gua yakin Melody Night akan menang." ucap Farel lalu memeluk Mirza.
Tapi sayangnya kesenangan itu hanya dirasakan oleh Ezra dan teman-temannya. Sedangkan, hampir semua anggota Akta merasa marah dan benci kepada Reika. Terutama Reyvan.
Saat Reika dan anggota Melody Night sedang merayakan keberhasilannya, tiba-tiba Reyvan mendatangi Reika dengan emosinya yang meluap dan meninju muka Reika dengan keras.
"Dasar adek kagak guna," batin Reyvan sambil meninju keras-keras wajah Reika, hingga membuatnya terjatuh. "Dasar lo egois! Lu kagak pernah mikirin perasaan orang lain apa?"
Mereka semua yang ada di sana, kaged dan sama sekali tidak mengira hal itu bisa terjadi. Termasuk Rangga. Reika tidak menanggapi perbuatan Reyvan. Ia hanya membuang mukanya, tidak ingin menatap langsung wajah Reyvan.
"Rey, lu ngapain?" tanya Dika sambil melerai Reyvan dari Reika.
"Lu gak papa Reika?" tanya Zidan dan Ezra sambil memeriksa bekas luka di pipinya.
"Lo kenapa bisa tega-tegasnya mukul adek lu sendiri?" tanya Rangga, yang bahkan tidak tega melakukan itu kepada Reika atau ke orang lain.
"Lu kagak usah ikut-ikutan," bentak Reyvan lalu mendorong jauh-jauh Rangga ke belakang. Rangga tidak bisa diam saja. Ia langsung melawan balik Reyvan. Dika, Gilang, dan Putra mencoba melerai mereka berdua.
"BERISIK!" teriak Reika. Semua jadi berhenti. "Urusan kakak kan sama aku. Gak usah bawa-bawa orang lain." ketus Reika.
"Jadi lo udah berani ngomong yah? Dasar anak kagak guna, EGOIS!" batin Reyvan.
Ezra sudah tidak tahan lagi melihat Reyvan dan Reika bertengkar.
"Egois? Bukankah lu yang egois sama Reika." kata Ezra, membela Reika.
"Lu lagi ikut-ikutan. Gak usah deh jadi sok pahlawan." ejek Reyvan.
"Emang kenapa kalau gua jadi sok pahlawan," tantang Ezra. "Lagian, lu kakak Reika tapi buta banget ama kehidupannya."
"DIEM LU!" bentak Reyvan lalu mencoba untuk memukul Ezra.
"Lu marah cuma gara-gara Reika gak ikut ke pemakaman ibu lo? Kayak lu tau aja dia lagi ngapain saat itu." ketus Ezra sambil mencoba menghindari pukulan Reyvan.
"BEGO! BERISIK!" batin Reyvan.
"Rey, udah!" kata Dika sambil mencegah Reyvan memukul Ezra.
"Lepasin gak!" bentak Reyvan kepada Dika.
Tiba-tiba sebulir air mata keluar dari mata Reika. Semua anggota Melody Night dan Akta yang melihat itu langsung kaged. Selain Ezra, mereka tidak pernah melihat Reika menangis. Reika mencoba menghapus air matanya karena takut di kira cengeng. Reika segera mengambil langkah Seribu dan pergi. Ezra mencoba mengejarnya tapi di hentikan oleh Reyvan.
"Biar gua aja." katanya lalu segera berlari mengikuti Reika. Awalnya Ezra tidak yakin dan mencoba menghalangi Reyvan. Tapi setelah melihat tatapan mata Reyvan, Ezra memperoleh Reyvan untuk mengejar Reika. Reyvan segera menyusul Reika di luar.
"Lu yakin Ezr?" tanya Zidan pada Ezra.
"Udah biarkan saja mereka. Ada yang lebih penting yang harus kita bahas." Kata Ezra mulai serius sambil menatap Farel dan Mirza.
"Rangga." panggil Ezra.
Rangga menoleh. "Ada apa?" tanya nya.
"Lu janji kan, kalau Melody Night sudah lengkap, lu akan melatih kami." kata Ezra sambil menatap tajam ke arah Rangga.
"Hah… Yah, lu bener. Besok kita latihan di sini." Kata Rangga lalu mencoba angkat kaki dari ruangan itu.
"Eh, tunggu!" kata Mirza. Rangga menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Ada apa?" tanyanya.
"Jam berapa kita kesini?" tanya Mirza. Rangga berpikir sebentar.
"Jam 4. Jangan sampai terlambat." jawab Rangga lalu pergi.
“Astaga singkat amet jawabnya.“ protes Farel.
“Emang begitu dia. Tapi walaupun begitu, hatinya sangat lembut.” kata Putra.
“Begitu yah.” kata Farel tidak yakin.
"Apakah kalian juga sudah harus pulang?" tanya Al.
"Latihannya sih sudah selesai." jawab Putra.
"Gua tau. Ayo kita nonton film "Rainy Day" di mall sebelah." usul Gilang.
"Lu aja sendiri." ketus Dika.
"Gak papa lah. Gua sekali mau beli buku catatan baru. Yang lama udah habis." Kata Putra. "Apakah kalian mau ikut?" tanyanya.
"Boleh," jawab Al bersemangat. "Kalian mau ikut gak?"
"Tunggu, bagaimana dengan Reika dan Reyvan?" tanya Mirza.
"Kalian pergi saja. Biar gua yang mengawasi mereka." jawab Ezra.
"Baiklah. Ayo semua kita bersenang-senang." ujar Gilang berbunga bunga.
"Dasar kepala udang." ejek Dika.
ns 15.158.61.7da2