Saat malam hari, Aziz dan keluarga bersama-sama sedang makan di ruang makan. Aziz sangat senang, karena hari ini ia bisa makan dengan ayah dan ibunya. Karena ayah dan ibu biasanya kerja dan baru pulang saat Aziz sudah tertidur dan berangkat saat Aziz baru bangun. Jadi waktu ini adalah waktu yang sangat berharga bagi Aziz. Saat sedang asyik makan sambil mengobrol, tiba-tiba Aziz mengigat sesuatu.351Please respect copyright.PENANARb0Zb0J2Ki
“Mah, pah!” panggil Aziz kepada kedua orang tuanya yang sedang asyik mengobrol.
“Ada apa?” tanya Pak Okta, ayah Aziz.
“Boleh gak, aku dan Rika mengadakan pesta ulang tahun Salma di ruang keluarga?”
“Loh? Kenapa di ruang keluarga? Kenapa gak di ruangan kosong aja, di lantai 2?” tanya Bu Auris, ibu Aziz.
“Karena di ruang keluarga ada tv buat karaoke. Dan Salma kan suka menyanyi.” jawab Aziz.
“Seminggu lagi yah?” tanya Bu Auris sambil berpikir. “Bagaimana, pah?”
Tanpa berpikir panjang, Pak Okta menyutujui permintaan Aziz. “Boleh. Nanti papah bantu.”
Mendengar itu, Aziz jadi merasa bersemangat. “Iyah? Kapan? Emang ayah libur?”
“Lusa.” jawab Pak Okta.
“Mamah juga?”
“Paling hari minggu. Seperti biasa lah.” jawab Bu Auris.
“Ohhh…,” kata Aziz, kecewa. “Yaudah lah, gak apa-apa. Masih ada papah kok.”
Mereka melanjutkan makan malam mereka sambil asik mengobrol.
351Please respect copyright.PENANAHLMEO1gr2Y
Keesokkan harinya, saat waktu istirahat di sekolah. Aziz, Rika, Salma, satu orang guru, dan 3 teman mereka, sedang makan bersama. Saat yang lain sedang menyantap makanan mereka masing-masing, tiba-tiba Rika berbisik kepada Aziz, yang duduk di sampingnya.
“Hei, Aza!” bisik Rika, di sampingnya.
Aziz menoleh ke arah Rika. “Ada apa?” tanyanya.
“Orang tua mu sudah mengizinkan kita belum, untuk menggunakan ruang tamunya?” bisik Rika.
“Sudah.” jawab Aziz singkat.
“Terus, kamu sudah membelikan hadiah untuk Salma?”
“Sudah.”
“Ihhh… kamu kok jawabnya singkat-singkat amet sih.” protes Rika, marah.
“Maaf. Tapi aku kan lagi makan. Dan kata bu guru, kita tidak boleh berbicara saat kita makan,” jelas Aziz lalu meminum air putih miliknya. “Tapi, emang udah kok.” lanjutnya.
“Beli apa?” tanya Rika penasaran.
“Ada deh.” jawab Aziz sok rahasia.
“Ihhh..,” kata Rika sambil menggoyang-goyangkan tubuh Aziz. “Kamu nih. Sok rahasia amet. Aku kan udah kasih tau hadiah ku apa. Sekarang gantian dong.”
“Maaf. Tapi ini rahasia.”
“Hemm.” gumam Rika, kesal.
“Ada apa?” tanya Salma, yang duduk di bangku di paling pojok.
“Tidak, tidak apa-apa kok.” jawab Aziz.
“Kalian sedang merencananya pesta untuk ulang tahun ku ya?” tebak Salma, kegeeran.
“Ih… kamu geer banget deh.” ejek Rika sambil menahan tawa.
“Masa?” tanya Salma.
“Eh, ayo makannya jangan berbicara!” seru bu guru.
“Baik bu.” ucap Salma, Rika, dan Aziz.
Mereka pun melanjutkan makan mereka, tanpa berbicara.
351Please respect copyright.PENANAF8RuOsCaIz
Hari yang di tunggu pun datang. Saatnya hari ulang tahun Salma. Semua rencana pun sudah beres. Ruang tamu di rumah Aziz sudah di dekor, kue sudah siap, dan tamu-tamu sudah di undang. Pestanya akan di adakan pukul 11 siang. Teman-teman mereka yang di undang juga sudah mulai datang. Tinggal menunggu 1 jam lagi sebelum kedatangan Salma. Tak lama kemudian, jam 11 pun datang. Aziz, Rika dan tamu-tamu sudah menunggu. Tapi… Salma tidak kunjung datang. Setengah jam, 1 jam dan sama sekali tidak ada kabar dari Salma. Padahal tapi malam Rika sudah menelpon Salma untuk mengigatkannya soal hari ini.
“Rika, kamu sudah menelpon Sil belum?” tanya Aziz.
“Sudah kok.” jawab Rika.
“Terus kenapa Sil belum dateng?”
“Aku gak tau.”
Tiba-tiba Bu Auris masuk ke ruang tamu dengan muka cemas.
“Aziz, Rika! Sini deh.” panggil Bu Auris.
Aziz dan Rika segera mendatangi Bu Auris di dekat pintu.
“Ada apa mah?” tanya Aziz.
Sebelum Bu Auris menjawab, Pak Okta masuk dan membubarkan pesta tersebut.
“Maaf semua. Boleh saya minta perhatiannya sebentar,” kata Pak Okta. Para tamu memutuskan perhatiannya kepada Pak Okta.“Mohon maaf atas ketidak sopanannya. Tapi pesta hari ini di batalkan.”
Semua tamu terkejud, begitu pula Aziz dan Rika.
“Ke-kenapa pah?” tanya Aziz.
“Ayo kita bahasnya di luar,” jawab Bu Auris lalu menggandeng tangan Aziz dan Rika menuju ke luar ruangan. “Pah, tolong yah.” katanya sebelum pergi keluar.
Aziz, Rika, dan Bu Auris pergi menuju ruang di sebelahnya dan menjelaskannya di sana.
“Ada apa mah? Kenapa para tamu di minta pulang?” tanya Aziz.
Bu Auris berlutut dan memandang Aziz dan Rika serius.
“Hahhh,” suara helaan nafas Bu Auris membuat Aziz semakin khawatir. “Salma, emmm,”
“Kenapa Sil, Tante?” tanya Rika.
“Salma kecelakaan,” jawab Bu Auris. Aziz dan Rika terkejud setengah mati. Bahkan Rika sampai meneteska air mata. “Tadi mamah di kabarin sama ummi Salma. Salma juga katanya sempat minta maaf karena gak bisa pergi ke rumah hari ini.”
“Kok bisa?” tanya Rika gemeteran.
“Katanya dia ketabrak mobil pas baru pulang ngaji.” jawab Bu Auris.
“Te-terus dia di-mana?” tanya Aziz terbata-bata, karena masih terkejud.
“Di rumah sakit.” jawab Bu Auris.
“Ki-kita harus ke sana SEKARANG!” seru Aziz lalu beranjak meninggal ruangan.
Saat Aziz baru mau membuka pintu, tiba-tiba Pak Okta masuk. Ia terkejud melihat Aziz menangis.
“Aziz? Kamu kenapa nak?” tanya Pak Okta lalu memegang pundak Aziz.
“Papah, kita harus ke rumah sakit,” kata Aziz lalu menarik-narik tangan Pak Okta. “Sekarang!” lanjutnya.
Pak Okta pun langsung menyetujui. “Baiklah, ayo.” katanya lalu segera bersiap-siap untuk pergi.
“Rika ayo.” ajak Bu Auris lalu menarik tangan Rika.
Mereka pun pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Salma. Sesampainya di sana, mereka bertemu dengan orang tua Salma. Semua anggota keluarganya tampak sedih dan cemas, terutama ibunya.