Rencananya pun berjalan sesuai rencana. Pukul 10 siang, Zidan, Rika, dan Tristan baru saja sampai dan mulai mendekorasi ruangan. Sedangkan Ahmad, sedang membeli kue untuk pesta kejutanya. Di sisi lain, Aziz sedang bersiap-siap untuk berangkat ke rumah Dinda. 1 jam kemudian, Aziz sampai di rumah Dinda dan mengetok-ngetok pagar rumah Dinda.
"Permisi, Dinda." ucap Aziz.
Tak lama kemudian terdengar suara Dinda yang baru saja keluar dari pintu rumahnya bersama dengan ibunya.
"Eh, Aziz. Udah dateng yah?" tanya ibu Dinda.
"Iyah, Tante. Saya bawa Dinda jalan-jalan dulu yah Tante." pamit Aziz dengan sopan.
"Iya, hati-hati. Jangan pulang malem-melemah yah." saran ibu Dinda.
Dinda bersalaman dengan ibunya dan perpamitan. "Mah, aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum." katanya lalu masuk ke mobil Aziz.
"Tolong jagain Dinda, yah Aziz." pinta ibu Dinda pada Aziz.
"Baik Tante."
"Aziz Ayo cepetan! Nanti telat lho." sahut Dinda dari dalam mobil.
Tak lama kemudian mobil yang mengangkut Dinda dan Aziz berangkat dan berkendara menuju ke taman hiburan.
Saat di perjalanan Dinda merasa bosan karena dari tadi Aziz hanya memainkan handphone, tanpa memperdulikan Dinda sama sekali. Karena terlalu sunyi, Dinda pun memulai percakapan.
"Aziz!" panggil Dinda, yang berada di samping Aziz.
Aziz menoleh dan mematikan handphonenya. "Ada apa?" tanyanya.
"Emmmm, sampai sana, kita mau main apa duluan? Aku dengar, roller coaster-nya sangat menyenangkan dan menegangkan."
"Oh, ya? Yaudah kita coba itu aja dulu." kata Aziz setuju
“kamu nggak takut kan, naik roller coaster?" tanya Dinda dengan nada mengejek.
"Hehehe, enggak kok," jawab Azis ragu-ragu.
"Aduh, roller coaster, ya?" tanya Aziz dalam hati. Melihat ekspresi wajah Aziz, Dinda menjadi tertawa.
Sebenarnya Aziz tidak takut saat naik roller coaster. Hanya saja ia tidak terbiasa duduk berduaan dengan perempuan. Karena itu Aziz agak sedikit takut dan malu.
"Bagaimana setelah itu kita coba rumah hantunya ?" ajak Dinda.
"Rumah hantu? Kau gak punya rasa takut apa? Cewek apa bukan sih?" ejek Aziz.
"Jadi menurutmu semua cewek itu penakut?"
"Biasanya sih…"
"Dasar kamu ini!" kata Dinda lalu mengelitik tubuh Aziz, membuatnya menjadi tertawa.
Woi, udah napa!" kata Aziz. "Maaf-maaf, iya lu bener. Nggak semua cewek penakut deh." lanjutnya yang sudah tidak bisa menahan nya.
Dinda pun berhenti mengelitik tubuh Aziz. Karena hal tersebut, sepanjang perjalanan pun Aziz dan Dinda mengobrol. Perjalanan mereka menuju taman hiburan pun tidak menjadi membosankan lagi.
Untungnya perjalanan hari itu tidak macet. Jadi mereka bisa dengan cepat sampai di taman hiburan.
Sesampainya mereka di sana, Dinda yang merasa sangat bersemangat, ingin buru-buru memasuki taman hiburan itu dan bermain.
"Aziz! Ayo cepat." kata Dinda lalu menggenggam tangan Aziz dan berlarian menuju ke dalam.
"Hei tunggu!!" kata Aziz.
"Kalo udah mau pulang, telepon yah." kata Pak Bin di dalam mobil.
"Iya, makasih pak." ujar Aziz lalu berlari mengejar Dinda yang sudah berada jauh di depannya.
"Ayo Aziz! Sebelum roller coaster-nya ramai." teriak Dinda sambil berlarian menuju antrian.
"Woi!! Tunggu napa, sabar dikit." protes Aziz.
Roller coaster, rumah hantu, kora-Kora, dan wahana-wahana lain, mereka naiki. Awalnya Aziz memang agak canggung bermain semua wahana itu bersama Dinda. Karena ini pertama kalinya bagi Aziz, berduaan dengan perempuan. Tapi lama-kelamaan rasa canggung itu hilang dan berubah menjadi semangat. Bahkan saking bersemangat nya, Aziz hampir lupa tentang rencana nya dengan taman-temen nya. Untung nya, Tristan sempat miscall tadi, jadi Aziz tidak melupakan nya.
Jam menunjukkan pukul 18:00, ini waktunya Aziz membawa Dinda pesta kejutan nya.
"Ya ampun Ini sudah jam 6, " kata Dinda sambil melihat jam yang ada di handphone. "Ayo kita pulang.".selanjutnya.
Aziz cepat-cepat menggenggam tangan Dinda. "jangan pulang dulu. Masih ada wahana yang gua mau naikki." cegah Aziz.
"Tapi ini sudah hampir maghrib. Dan aku harus segera pulang. Kalau nggak, nanti pasti mamah ku marah."
"Ayolah satu kali lagi. Aku janji ini tidak akan lama."
Aziz tidak khawatir karena Aziz dan teman-temannya sudah izin kepada ibunya Dinda, kalau hari ini merek pulang malam. Aziz juga memberitahukan Beliau, jika hari ini mereka akan merayakan ulang tahun Dinda.
"Iya-iya." kata Dinda pasrah.
Tiba-tiba detak jantung Dinda menjadi cepat dan tidak terkendali. Karena Aziz berpegang tangan dengan Dinda.
Sesampainya mereka di depan sebuah ruangan, Aziz meminta Dinda untuk menutup matanya.
“Kita sudah sampai." kata Aziz lalu melepaskan genggaman tangannya.
"Ini dimana?" tanya Dinda kebingungan.
"Gua akan menjawab pertanyaan lu nanti. Tapi sekarang, tolong tutup matamu! Ada sesuatu yang gua ingin tunjukkan." pinta Aziz.
Tanpa berpikir dua kali, Dinda mengikuti keinginan Aziz. Dinda menutup matanya, sedangkan Aziz menggandeng tangan Dinda menuju ke dalam ruangan tersebut.
"Kau boleh buka sekarang." kata Azis yang sudah bersembunyi di belakang pintu.
Saat itu, ruangannya gelap dan tidak terlihat satupun orang atau apa yang ada di dalamnya. Dinda yang akhirnya membuka matanya, begitu kebingungan dan agak sedikit ketakutan.
"Aziz, kau di mana?" tanya Dinda lalu mencoba meraba-raba di dalam kegelapan.
"kejutan!!!" teriak orang-orang sambil berkeluaran dari tempat persembunyian mereka masing-masing, membuat Dinda menjadi lebih terkejut.
Saat lampu di nyalakan, ruangan yang terlihat kosong dan gelap, ternyata penuh dengan dekorasi yang indah.
"SELAMAT ULANG TAHUN!" teriak orang-orang.
Ahmad keluar dari persembunyian nya sambil membawa kue strawberry, kesukaan Dinda.
"Ulang tahun? Aku?" tanya Rika tidak percaya.
"Iya, selamat yah." Kata Ahmad.
"Silahkan di tiup lilin nya." pinta Aziz.
"Aziz? Kau tahu?" tanya Dinda kepada Aziz yang baru keluar dari belakang pintu.
Aziz tersenyum dan menjawab, "Ya iyalah, gua tau."
Dinda begitu terharu dan senang. Ia tidak menyangka teman-temannya merayakan pesta kejutan untuknya.
"Ini semua adalah rencana Ahmad. Kami hanya membantunya saja." jelas Tristan.
"Terima kasih banyak Ahmad," kata Dinda kepada Ahmad lalu air matanya keluar karena bahagia.
"Ayo, di tiup lilin nya." pinta Ahmad.
"TIUP LILINYA, TIUP LILINYA, TIUP LILINYA SEKARANG JUGA.
SEKARANG… JU… GA SEKARANG JU… GA."
Kemudian Dinda menipu lilin, di sertai dengan sorakkan para tamu. Aziz pun juga tidak mau kalah.
"Ayo, kita makan kue nya." ajak Dinda lalu mengambil pisau dan memotong kue.
"Sini yang mau kue." kata Ahmad kepada para tamu. Beberapa tamu pun mengerumuni Ahmad dan Dinda.
"Lu kagak mau kue, Ziz?" tanya Tristan yang kebetulan lewat.
"Enggak. Gua masih punya rencana lain, yang harus gua kerjakan." jawab Aziz.
"Apaan tuh?" tanya Tristan penasaran.
"Sini, gua bisikin," 5 menit kemudian, "Bagaimana, lu mau bantu?" tanya Aziz pada Tristan.
Tristan perpikir sebentar. "Oke, gua akan bantu."
Aziz tersenyum senang. "Makasih." katanya lalu menggenggam kedua tangan Tristan.
“Iya-iya.” jawab Tristan sambil melepaskan menggenggam Aziz lalu langsung berlari meninggalkan Aziz.
Sedangkan Aziz juga pergi untuk mencari Rika. Saat itu Rika sedang duduk di pojokan sambil memainkan sebuah sedotan. Aziz segera menghampirinya.
"Rika? Lagi ngapain?" tanya Aziz.
Rika mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Aziz. "Gak ngapa-ngapain kok," jawabnya lalu membuang sedotan itu. “Ngomong-ngomong, kamu gak sama Dinda?
"Dinda sedang berduan dengan Ahmad. Sebaiknya kita jangan ganggu mereka."
Tiba-tiba nada lagu “Selamat Ulang Tahun“ yang dari tadi mengiringi suasana, berganti menjadi lagu romantia. Mimik muka Rika yang masam menghilang seketika. “Daripada mikirin orang itu, mending kita berdansa.” lanjutnya lalu mengulurkan tangannya ke depan muka Rika.
“Aku?” tanya Rika lalu meraih tangan Aziz sambil mencoba berdiri.
“Kamu tau kan lagu ini?” tebak Aziz.
Lagu romantis ini adalah lagu yang dulu sering di putar oleh Kak Alvan. Jadi tidak asing lagi bagi Aziz dan Rika.
“Oke.” jawab Rika pasrah.
Aziz mengandeng tangan Rika sampai ke tengah-tengah ruangan dan menari bersama di sana.
“Kau adalah sahabat terbaik ku. Orang lain tidak akan bisa menggantinkan mu, bahkan Dinda.” bisik Aziz langsung di telinga Rika.
Muka Rika langsung memerah mendengar ucapan Aziz. Perasaan Rika yang awalnya murung dan cemburu menghilang. Sekarang ia merasa sangat gembira.
ns 15.158.61.6da2