4 tahun yang lalu dikota hujan, Bogor ada 3 sahabat, yaitu Salma, Rika, dan Aziz. Mereka adalah sahabat dekat. Saking dekatnya, persahabatan mereka tak bisa di pisahkan. Bahkan mereka memberi nama persahabatan mereka dengan panggilan "Sahabat Awan". Mereka bertiga sudah bersahabat sejak berumur 5 tahun. Dan minggu depan adalah hari ulang tahun Salma yang ke 10 tahun. Aziz dan Rika berencana untuk merayakan pesta ulang tahunnya. Saat di sekolah, Rika dan Aziz mulai merencanakan pesta kejutannya. Untungnya, kelas Salma dengan kelas Aziz dan Rika berbeda. Jadi mereka bisa merencanakannya tanpa sepengetahuan Salma.
“Aza!” panggil Rika. Aza adalah nickname untuk Aziz dari Rika dan Salma.
“Iyah,” sahut Aziz sambil menoleh ke belakang, kearah Rika. “Ada apa?” tanyanya.
“Kamu udah selesai tugas bahasa inggris?” tanya Rika.
“Udah kok,” jawab Aziz sambil tersenyum lebar. “Kenapa emang?” lanjutnya.
“Aku mau ngomong,” jawab Rika lalu duduk di kursi kosong di sebelah meja Aziz. “Satu minggu lagi kan, ulang tahun Sil,” Sil adalah nickname Salma. Sedangkan “Rika” sudah nickname. Nama asli Rika adalah Zarika Kalin Putri. Biasanya orang-orang memanggilnya Putri. “Kita mau merayakannya tahun ini bagaimana?”
“Emmm,” gumam Aziz sambil perpikir. “Sayang sekali, ulang tahun Sil hari minggu. Jadi kita gak bisa ngajak temen-temen yang lain.” lanjutnya.
“Iyah. Pasti temen-temen yang lain sama keluarganya udah sibuk sendiri.” kata Rika, kecewa.
Setelah beberapa menit berpikir, Aziz akhirnya mendapatkan sebuah ide.
“Aku tahu,” sahut Aziz. Membuat pandangan Rika, menuju ke padanya. “Bagaimana kalau kita karaoke di rumahku.” usulnya.
“Karaoke yah? Boleh juga. Sil kan emang suka bernyanyi.” kata Rika setuju.
“Nanti kita bisa mendekorasi ruang keluargaku.” usul Aziz sambil membayangkan ruang keluarganya yang sudah di penuhi balon dan pita.
“Kau pintar Aza!” seru Rika. “Tapi… mamah, papah mu tidak marah, kalau kita mendekorasi ruang keluargamu?” tanya Rika, khawatir.
“Nanti tinggal aku izin sama papah. Lagian, papah dan mamah pulangnya malam. Jadi mereka tidak akan keberadaan.” jawab Aziz dengan santai.
“Boleh deh. Tapi kamu izin dulu ke orang tua kamu. Baru nanti kita membeli dekorasinya.” usul Rika.
“Oke,” kata Aziz yang sudah merasa bersemangat. Padahal izin ke orang tuanya saja belum. “Tapi… ngomong-ngomong, kita kasih hadiah apa untuknya?” lanjutnya.
“Kamu belum ada?” tanya Rika. Aziz menggeleng. “Aku udah dong.” kata Rika, menyombongkan diri.
“Yah… kok kamu gak ngajak?” tanya Aziz dengan muka memelas. Rika hanya tertawa kecil. “Emang hadiahnya apa?” tanyanya penasaran.
“Emmm, tapi kamu jangang bilang ke Sil yah,” kata Rika lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Aziz. “Aku beliin Sil, pita dan bando warna pink.” bisik Rika.
“Ohh… pasti Sil suka,” kata Aziz lalu balik ke posisi tadi. “Tapi masalahnya, aku beli apa?” Rika perpikir sebentar, mencoba mencari ide.
“Aku tahu!” kata Rika kembali bersemangat.
“Apa, apa?” tanya Aziz tidak sabar.
“Kamu tahu toko di depan restoran sate itu gak?” tanya Rika sambil menunjuk ke arah restoran sate itu. “Yang tokonya warna pink.” lanjutnya.
“Yang baru buka itu?” tebak Aziz.
“Iyah. Kata kakakku, toko itu banyak menjual pernak-pernik cantik. Mulai dari jepitan rambut, tas lucu, dan em… banyak deh,” jelas Rika.
“Oh yah?” kata Aziz tidak percaya.
“Dan kata kakakku, harga nya tidak terlalu mahal.”
"Oh… yah?" Mimik wajah Aziz yang tadi murung menjadi senang. "Kalau begitu, pulang sekolah kamu temenin aku ke sana." pinta Aziz.
"Gak ma-u." jawab Rika sambil menggelengkan kepala.
"Aaaaa…ayo dong!"
"Maaf. Tapi aku sudah ada janji mau mengerjakan tugas bareng sama Kirana." Kirana adalah teman sekelas Aziz dan Rika.
"Oke…" kata Aziz, terpaksa.
Bel sekolah pun berbunyi, menandakan waktu pulang. Aziz, Rika dan anak-anak lain segera merapihkan barang-barangnya dan pulang.
"Dah…Aziz. Hati-hati yah." teriak Rika dan Salma dari kejauhan. Aziz yang berada di dalam mobil, membuka jendela dan melambai balik. Karena rumah mereka berdekat, mereka di antar, jemput oleh supir pribadi Aziz.
"Sekarang kita pulang?" tanya Pak Bin, Sang supir pribadi Aziz.
"Pak, boleh gak kita ke toko hadiah dulu?"
"Toko hadiah yang mana yah?" tanya Pak Bin.
"Yang di depan komplek kita. Di depannya restoran sate." jelas Aziz.
"Ohh...yang baru buka itu yah?" tebak Pak Bin.
"Iya, itu. Aku mau beli hadiah ulang tahun untuk Salma nanti."
"Oh…iyah. Boleh kok." jawab Pak Bin lalu mengendarai mobilnya menuju toko hadiah itu.
Setelah beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di depan toko hadiah itu. Aziz segera mengambil uang tabungannya dari dalam tas dan turun dari mobil. Untungnya, hari ini Aziz membawa uang tabungannya, jadi tidak usah bolak balik. Sebenarnya uang tabungan itu untuk membeli komik baru. Tapi karena menurut Aziz, ini lebih penting, komiknya bisa lain kali.
“Bapak tunggu sebentar, ya. Aku gak akan lama.” kata Aziz sambil membuka pintu mobil.
“Sini saya temani.” kata Pak Bin sambil memcoba membuka pintu mobil.
“Tidak usah Pak. Saya bisa sendiri kok.” kata Aziz dengan sopan. Lalu melesat ke dalam toko hadiah tersebut. Di dalam toko tersebut terdapat banyak sekali mainan, pernak pernik, dan banyak lagi. Saking banyaknya, Aziz sampai bingung untuk memilih.
“Wou… banyak sekali mainanya. Aku harus beli yang mana yah?” tanya Aziz dalam hati sambil melihat-lihat barang-barang yang di jual di toko ini. “Tapi aku tidak boleh lama-lama. Kasihan Pak Bin menunggu di mobil.” lanjutnya.
Setelah beberapa menit melihat-lihat, ini akhirnya menemukan sesuatu yang ia ingin beli.
“Wah… sepertinya ini cocok untuk Salma,” kata Aziz sambil melihat sebuah gelang di depannya. “Baiklah akan ku beli yang ini.”
Karena sudah menentukan apa yang ingin ia beli, ia segera pergi ke kasir untuk membayarnya.
“Permisi.” kata Aziz kepada ibu kasir yang sedang sibuk meletakkan barang-barang di lemari.
"Oh, iyah," kata ibu kasih tersebut lalu berhenti dan melayani Aziz. "Ini saja? " lanjutnya.
"Iyah." Aziz meletakkan kalung di atas meja kasir.
"Jadi 16.500," kata ibu kasir lalu mengambil sebuah kotak kecil khusus kalung dari dalam laci. "Mau sekalian pake ini?" tanyanya sambil memperlihatkan kotak kecil itu kepada Aziz.
"Boleh." jawab Aziz. Lalu ibu kasir menaruh kalung tersebut ke dalam kotak dan meletakkan di dalam paper bag.
"Baiklah, ini dia." kata ibu kasir sambil memberikan paper bag kepada Aziz.
"Terima kasih." kata Aziz sambil menyerahkan uang kepada ibu kasir dan mengambil paper bagnya.
"Oke, ini kembaliannya."
"Terima kasih."
Setelah selesai, Aziz segera kembali ke mobilnya.
"Sudah?" tanya Pak Bin di dalam mobil.
"Sudah." jawab Aziz sambil menutup pintu mobil.
"Kita pulang?"
"Iyah."
441Please respect copyright.PENANAxisUBPyXUL
441Please respect copyright.PENANAP2GrgCoIE0