Sebenarnya apa sih rencana Aziz sebenarnya? Apakah kalian penasaran? Mari kita flashback sebentar kejadian kemarin. Saat mereka Aziz memberitahukan rencananya kepada Tristan dan Rika.276Please respect copyright.PENANAFQGY5vZcVS
“Jadi rencana licik apa yang kau rencana kali ini?”
“Jadi begini, gua akan pura-pura di culik.” jawab Aziz. Tristan dan Rika terkejud bukan main, mereka benar-benar tidak mengerti apa yang ada di pikiran Aziz.
“Ma-maksud lu apa?” tanya Tristan.
“Gua udah meminta Pak Bin, supir gua dan Pak Karim, satpam komplek gua, untuk berperan sebagai pria yang menculik gua,”
“Terus apa, lu mengekspektasikan Ahmad dan Dinda akan mengejar lu dan berantem melawan dua orang itu?” tanya Tristan, memotong pembicaraan Aziz.
“Enggak, gua gak mengekspektasikan itu.”
“Terus?” tanya Tristan lagi.
“Lu pasti tau kan, saat sedang latihan bulu tangkis, Ahmad tidak pernah membawa handpone?” Tristan mengangguk. “Nah, gua akan memanfaatkan hal tersebut untuk rencana kali ini.”
“Maksudnya?”
“Gua mau lu minjemin smartwatch milik lu ke Ahmad. Nanti kan-“
“Tunggu-tunggu! Kenapa gua harus minjemin smartwatch gua ke Ahmad?” tanya Ahmad yang tidak sudi meminjamkan jam tangannya kepada Ahmad.
“Dengerin dulu napa, penjelasan gua. Baru bertanya.” ujar Aziz, kesal.
“Iyah-iyah, maaf.”
"Gua pengen lu pura-pura smartwatchnya rusak. Terus minta tolong ke Ahmad untuk benerin. Nah… smartwatch lu ada GPS nya kan?" tebak Aziz. Tristan mengangguk. "GPS di smartwatch itu berguna sebagai alasan kita untuk tau keberadaan mereka.” lanjutnya.
“Maksudnya? Bukannya emang itu fungsi GPS?” tanya Rika.
“Iya emang. Tapi seperti yang aku bilang tadi, Ahmad gak pernah bawa handpone pas ekskul,”
“Bagaimana dengan Dinda? Bukannya dia selama ini selalu bawa handpone? Terus kalau misalnya dia yang nelpon gimana? Gak berfungsi dong smartwatch gua?” tanya Tristan.
“Gampang, Dinda gak punya nomer handpone Rika. Sedangkan elu, handponenya selalu di silent. Dengan begitu, Dinda gak bisa meminta bantuan siapa pun. Dan terpaksa mengikuti Ahmad masuk ke lokasi terbebut,”
“Dimana lokasi tersebut, itu?” tanya Tristan.
“Di jalan Tirai 1. Depannya tukang pompa sepedah yang besar itu.”
“Kenapa di sana?” tanya Rika.
“Kerena itu gedung rumah bapak gua. Yang nantinya akan di pake untuk usaha bapak ku.” jawab aziz.
“Wouuuu!!!” kata Rika, kagum.
“Terus kok lu bisa pede bangat, kalo Ahmad akan masuk ke gedung itu?” tanya Tristan.
“Tau lah.” jawab Aziz dengan santai.
“Kalo kagak berhasil gimana?” tanya Tristan lagi.
“Udah, percaya aja ama gua.” kata Aziz dengan penuh percaya diri.
“Gua jadi ragu sama rencana lu.” kata Tristan.
“Setelah Ahmad dan Dinda sudah masuk ke perangkap kita, yang kalian harus lakukan hanya mengikuti mereka dan berakting.”
“Berakting? Berakting apa?” tanya Rika, tidak mengerti.
“Kalian akan berakting, pura-pura meminta bantuan satpam dan Pak Bin yang awalnya menjadi sang penculik,”
“Nanti ke tahuan dong?” tanya Tristan.
“Kita tinggal pakein mereka topi, masker, kaca mata item. Pokonya itu sudah gua urusisn deh. Kalian gak usah khawatir.”
“Ohhh, aku mulai ngerti.” kata Rika sambil menghentakkan meja menggunakan boto minumnya. Hal tersebut membuat kedua laki-laki itu terkejud. “Setelah kita tau lokasi mereka dari GPS smartwatch Tristan yang nanti akan ada di Ahmad dan Dinda, kita akan pura-pura kalau kedua pencuri itu yang sebenarnya Pak Bin dan satpam komplek kita, sudah ditangkap oleh mereka sendiri dengan peran yang berbeda. Lalu ceritanya sudah di bawa ke kantot polisi. Baru saat itu kita nongol dan menyatakan semua itu bersama dengan Aziz yang ceritanya sudah di bebaskan?” tebak Rika.
“Betul…” kata Aziz sambil mengacungkan jempol.
“Bentar, bentar! Gimana?” tanya Tristan yang masih memproses semua informasi ini.
“Otak lu lemot banget sih?” ejek Aziz.
“Gua mungkin gak begitu mengerti. Tapi lu yakin itu akan berhasil?” tanya Tristan, ragu dengan rencana Aziz. “Kenapa gak, lu ngajak mereka jalan-jalan bertigaan sama lu. Kan lama-lama, mereka jadi delat juga kan?” lanjutnya, dengan rencana lain yang ia buat.
“Heem, bener kata Tristan. Walaupun aku mengerti tapi rencana yang kamu buat terlalu… nekat. Terus bagaimana kalau gak berhasil dan mereka malah kabur meninggal mu?” tanya Rika, khawatir.
“Gua yakin berhasil.” ujar Aziz penuh percaya diri.
“Ngomong gitu aja terus,” kata Tristan, kesal. “Terus apa gunanya kita cuma itu?” tanyanya lagi.
“Enggak. Tugas kalian selain itu adalah, ngebujukin mereka. Kalau misalnya mereka gak mau dan malah memutuskan untuk pergi dan meninggal kita di tengah jalan. Tapi gua yakin sih, itu tidak akan terjadi.” jelas Aziz.
“Sombong amet.” ketus Tristan di dalam hati.
“Ohhh... Tapi kalau ada kita, mereka gak jadi berduaan dong?” tanya Rika.
“Enggak. Nanti pas di pertigaan sana,” kata Aziz sambil menunjuk ke arah pertigaan itu. “Kalian berpencar. Nanti Kamu ama Tristan ke arah jalan yang salah. Sedangkan Ahmad sama Dinda akan ke arah jalan yang bener. Jadi mereka tidak ada pilihan lain untuk bekerja sama deh. Entah itu mau ngapain aja, gua yakin itu butuh kerja sama.” jelas Aziz.
“Pinter juga sih… Tapi jangan salahin gua yah, kalau rencananya gagal.” kata Tristan.
“Iyah-iyah, tentang aja. Rika mau ngebantuin kan?” tanya Aziz sambil tersenyum, membuat wajahnya terlihat manis.
Begitu lah rencana Aziz sebenarnya. Sekarang mari kita lanjut ke cerita yang sebelumnya.
ns 15.158.61.37da2