Aku tidak akan pernah menyesali apapun…
Aku, Gwendoline dan sedikit bantuan otot Beckey, kami sama – sama mencari jalan keluar. Menyusun essay yang tidak biasa bukanlah hal yang menyenangkan. Maksudku aku tidak pernah menyukai essay, apalagi sesuatu tolol yang katanya meningkatkan intelektual di musim panas. Benar – benar omong kosong. Tapi kali ini sedikit berbeda. Membebaskan seseorang dari hukuman pancung.
Bila kau bertanya, apakah ini berarti untuk kehidupanku? Katakanlah kau sudah punya semua buktinya, bahkan itu seperti tertangkap basah. Lalu mengapa aku harus melakukan hal ini?
Dua minggu waktu kami menyusun, ditambah dengan seminggu kami mengalami penolakan yang berat. Superintendant Mcpherson, pria yang mau pensiun, berwajah kaku, dan tidak bisa diremehkan. Orang tua itu bahkan mampu mendeteksi beberapa kata – kata yang kuketik dan sengaja kubuat salah.
Lalu mengapa aku harus melakukan itu?
Pria sepertiku, tidak punya angan – angan terlalu tinggi. Kadang – kadang hidup mengalir tidak ada salahnya, asalkan tahu itu mengalir ke mana. Seperti air tenang dalam wadah. Bila kau gerakkan wadahnya, maka itu tidak akan menjadi air tenang lagi. Faktanya air bergerak mengikuti wadahnya. Aku hanyalah pria kecil yang menginginkan ketenangan. Setelah hampir dua tahun aku mendapati itu, walaupun kemudian hancur dalam waktu singkat. Well, paling tidak aku tidak menyesali sama sekali.
Menukar tiga minggu liburanku, bahkan gadis berambut coklat keemasan yang terlihat berbudaya itu, aku tidak mendapatinya sama sekali puas. Paling tidak dia tersenyum lega dengan satu pelukan? Tapi tidak. Aku paham hampir semua dari kami memang menyudutkannya. Sementara itu essay yang kami tuliskan adalah yang penting bisa diterima.
Sekolah sedang diberhentikan untuk beberapa waktu, tapi kami masih boleh menginap di asrama. Itu juga tidak seperti kami punya tempat tinggal lain. Setelah membebaskan Sonia, aku mengambil waktu kurang lebih satu bulan untuk menepati janji Tn. Fischelich. Beliau menyuruhku untuk datang ke rumahnya di sekitar Leeds. Ini terakhir kalinya aku mendapat ilmu memasak. Beliau mengajarkan beberapa teknik yang sederhana dan bisa dikembangkan. Sementara ada satu teknik yang aku masih belajar mati – matian, instrumentasi pengolahan daging pufferfish dan satu lagi yang lain.
“Hm… sebenarnya ini masih belum cukup. Tapi kupikir kau sudah bisa membuka toko. Di lain waktu, aku akan datang sebagai pelanggan.”
Itulah kata – katanya padaku untuk terakhir kalinya pelajaran praktek memasak.
Hari ini aku telah meminta izin untuk meminjam ruang praktek memasak. Kami akan merencanakan perayaan kecil – kecilan atas keluarnya Sonia dari hukuman yang memberatkannya.
Kami hanya mengundang orang yang kami kenal saja. Terutama Winfred dan Ephey yang aku minta tolong untuk makanan penutup, sementara Darrent dan James mereka lumayan menjanjikan untuk membuat biskuit.
Ruangan praktek memasak cukup luas. Ada tiga ruang terpisah yaitu dapur, peralatan dan perlengkapan, dan tempat untuk makan.
“Beck,, Gwen, tolong bawakan ember – ember itu,” tambahku sambil memotong bawang. “Hati – hati, jangan kau pegang ikan itu.”
“Ba-baik.”
Ephey menghela nafas.
“Apa kau sudah yakin?”
“Uh huh.” Jawabku singkat.
Beberapa saat kemudian setelah lima ember itu dibawa.
“Ini bentuknya aneh. Ikan apa ini?” tanya Gwendoline sambil mengatur ritme nafasnya.
“Hm… yang pasti itu beracun bila kau tertusuk sirip punggungnya.”
Mereka berdua kaget. Aku menjelaskan kepada mereka dengan singkat. Well, itu tidak seperti hal yang mudah dipahami. Tapi untungnya, Ephey, seseorang dari kelas C yang paling jago memasak, membantuku menjelaskan pada mereka. Setidaknya mereka tidak mengangguku memotong sirip duri ini dengan ocehan protesnya.
Sementara Verdamant, Pebble, dan Sonia menyiapkan peralatan seperti piring, pisau, garpu untuk dibersihkan sebelum dipakai.
Rencana agenda hari ini adalah aku akan menceritakan garis besarnya mengenai cara kami membebaskan Sonia, termasuk membongkar pelaku itu. Tapi aku juga mengambil kesempatan untuk mencoba sesuatu yang diajarkan Tn. Fischelich.
Beberapa menit kemudian, semua telah siap. Darrent dan James telah menyelesaikan biskuit, sementara Ephey dan Winfred memutuskan untuk membantuku. Setiap orang dapat satu ikan. Ini kubeli dengan semua uang jatahku.
“Baunya harum!” tangan Gwendoline mengusap – usap asap ikan yang kubakar.
Untung aku beli dengan ukuran yang tidak terlalu kecil. Ini akan menjadi pertama kalinya mereka mencicipi makanan dengan bumbu bukan inggris. Karena aku tahu, inggris memang membosankan soal makanan. Well, meskipun masih kupakai kentang goreng. Tapi ini bisa kupastikan bukan fish and chips yang biasa.
“Baik, pelan – pelan.”
Untung di dapur ini ada keranda makanan. Karena akan tolol bila kami estavet. Lagipula ini tidak seperti kami mahir mengangkut enam piring dengan dua tangan.
Aku bisa lihat wajah mereka yang berseri - seri saat makanan ini sampai. Walaupun ini tidak semeriah dulu dan agak canggung, mengingat pesta ini kulakukan untuk maksud tertentu. Wajah Sonia tidak terlalu senang, begitu pula mereka ketika memandangnya. Pemulihan nama baik memang tidak mudah.
Makanan telah sampai di meja. Verdamant membagi tisu, Sonia menuangkan jus jeruk sementara Pebble membagi garpu dan sendok. Aku bisa melihat kedua wajah itu, terutama Pebble yang agak gelisah.
Aku mengucapkan pidatoku dalam tiga menit.
“Semoga kita bisa rukun kembali. Satu untuk semua!”
Suasana agak canggung sesaat.
“Satu untuk semua!” teriak Roddy dengan semangat sambil mengangkat gelas berisi jeruk itu.
Aku, Gwendoline, Beckey, Ephey, Winfred, Darrent dan James menunggu mereka menikmati hidangan yang kami buat. Semua telah menikmati makanan tersebut
“Bagaimana teman – teman?” tanyaku.
Aku melihat Verdamant seperti kepedasan, ia meneguk air sudah kedua kalinya. Masalahnya adalah aku tidak menaruh cabai sama sekali.
Namun yang tidak kusadari setelah beberapa menit, mereka seperti tersedak. Satu per satu ambruk. Kami panik, namun Sonia membawa sebuah botol bewarna hitam.
“Mark! Pakai ini!” ia melempar botol tersebut padaku.
Aku berkata dalam hati, apakah ini salahku? Kesampingkan soal Sonia, apakah aku masih belum cukup untuk mengolah ikan ini? Pemikiran itu kusimpan dalam – dalam.
Semua yang telah menginjakan start duluan hanya selamat beberapa dari mereka. Kejadian itu membuatku tertahan di jeruji besi. Setidaknya mereka telah berusaha membebaskanku. Untung saja orang itu datang dengan fakta yang meruntuhkan tuduhan padaku.
Paling tidak…
Aku tidak menyesal terlalu dalam.
***__| Ligne de séparation |__***
ns 15.158.61.54da2