Siang yang cukup panas, pertanda awal dari liburan musim panas. Pelajaran terakhir kami adalah Caulburn, aku masih ingat betapa bodohnya Roddy. Hari – hari yang kami harapkan sudah tiba. Tapi faktanya, ada – ada saja sesuatu yang kau tak ingin berurusan dengan itu. Kau ingin petunjuk? Well, ujian akhir dan liburan. Kira – kira apa diantara itu?
Semua orang mulai berkumpul, sebuah papan yang cukup besar dengan kertas putih yang terpampang. Itu tercantum beberapa informasi. Yang menentukan apakah nantinya bisa liburan dengan tenang atau tidak. Setidaknya aku mengenali wajah – wajah murung itu.
“Aman, Rod?”
Aku menepuk pundak pria malang itu.
“Aku tidak merasakan simpati sedikitpun darimu. Lagipula kau berada di puncak sepuluh besar!” nadanya agak merajuk.
Kurasa itu tidak terlalu berbeda dari tahun ke tahun. Kawan – kawan tolol seperti Roddy, Rodriguez, Chandler, Gabbi, dan Riggs. Pokoknya semua pria di kelasku, selain diriku dan Foscow, akan menghadapi kelas tambahan yang cukup banyak.
“Apa kau ingat apa yang kukatakan padamu, Rod?”
“Apa maksudmu?”
“Belajar! Dan kau aman dari liburan musim panas!”
“Sampah, Mark!” sahut Riggs menyentak.
Aku berjalan di sekitar, terlihat Verdamant agak sedih. Kata Pebble, ia akan bantu Verdamant untuk pelajaran Sastra inggris. Menurutku itu tidak terlalu buruk. Masalahnya kenapa kemarin tidak minta ajar sastra inggris?
Seseorang yang aku bahkan tidak ingin berbicara dengannya mendekat.
“Selamat, Mark!” katanya sambil mengajak jabat tangan.
“Seperti biasa, kau selalu yang teratas, Sonia.”
Aku agak tersenyum asam.
Kami mengobrol sebentar. Namun bel telah berbunyi, tandanya bagi siapapun namanya yang dituliskan tinta merah, maka harus mengikuti pelajaran tambahan.
Daripada langsung kembali ke kamarku dan tidak melakukan apa – apa, untuk satu hari ini aku ingin pergi ke sebuah tempat. Tapi, pertama – tama aku harus mengabari Foscow terlebih dahulu.
“Selamat pagi, Miss Beagle.”
Aku melihat Foscow menata dokumen, sementara wanita glamour itu menyapu lantai.
“Ah, bocah tengik, “ katanya agak kecewa dan menoleh sesaat lalu melanjutkan aktivitasnya lagi.
“Hey, Mark!”
“Bagaimana kabarmu, Foscow?”
Ia mendengus.
“Masih perlu istirahat,” tambahnya berbisik. “Itu yang dikatakan Beagle! Sebenarnya sudah sehat!”
“Oh ya?” tambahku. ”Well, aku datang membawa kabar baik. Kau selamat, dan yang lain sama seperti biasanya.”
Dia mengangguk tanpa heran.
“Tidak mengagetkan, menurutku,” sahutnya masih berbisik. “Begini, kau tahu ini liburan musim panas, kan?”
“Tidak bisa, Gembrot!” sela Beagle dengan marah. “Jangan mencoba merencanakan yang aneh – aneh!”
Aku menoleh ke arah Beagle. Dari ekspresi wajahnya terlihat tidak bisa dikompromi.
“Menyerahlah, Foscow! Dia ini datang bulan!” kataku berbisik.
“Huh? Bagaimana kau tahu?”
Dengan cepat, ia meraih telingaku. Lalu menariknya dengan paksa.
“Aduduh! A-apa anda tidak bisa lebih halus?” aku merintih kesakitan.
Telingaku keduanya panas. Wanita ini tidak ada bagusnya selain wajah dan tubuhnya yang bisa jadi primadona semua lelaki.
“Kau harus tahu kata – kata yang sopan!” tambahnya. “Ngomong – ngomong, aku tidak keberatan kalau hanya berkeliling sekolah.”
Wajah Foscow menggeleng menyerah, lagipula mau bagaimana lagi? Daripada tidak sama sekali.
Aku mengajaknya berjalan di sekitar. Kami mengobrol sebentar seperti biasanya. Aku membawa biskuit yang kubeli dari bibi Edelweiss. Kami melihat dari kejauhan, Roddy dan yang lainnya, para tolol itu, apa yang dilakukan mereka?
“Hey, kenapa mereka membolos?”
Aku melihat ke arah lain.
“Yang lebih penting, lihat itu! Caulburn mengejar mereka!”
Kami memperhatikan dari kejauhan. Aku bisa tahu mengapa Caulburn bersikap begitu, masalahnya kau tak bisa melangkahi guru. Aku, yang katakanlah bisa membuat Beagle marah, tidak akan pernah berani melakukan apa yang dilakukan Roddy.
Well, di sisi lain, Bibi Edelweiss yang membela Roddy. Dari gerak – gerik mereka, ia terlihat meminta maaf untuknya. Namun Caulburn tetap ngotot.
Seseorang datang dari belakangku.
“Halo! Kalian sedang apa?”
Satu orang membawa sebungkus jeruk.
“Oh kalian! Lihat sebaiknya kemari!” suruh Foscow dengan seru.
Aku sebenarnya lebih menerima keberadaan James daripada gadis ini.
“Huh? Apa yang dia lakukan?” tanya James.
Kami memberikan pendapat. Setelah beberapa saat, itu berakhir kekalahan mereka. Ia akhirnya berhasil menyeretnya ke suatu ruangan, well untuk dinasehati. Setidaknya itu bukan seperti Bibi Edelweiss tidak bisa apa – apa.
“Apa yang kau lakukan di sini, Sonia?”
Ia memberikan sebungkus jeruk pada Foscow. Masalahnya ia tidak membalas pertanyaanku. Yang membuatku tambah jengkel ia menimpa ke pertanyaan lain.
“Hey, hey, tidakkah Bibi Edelweiss itu terlihat aneh?”
“Entahlah, aku tak pernah membeli sesuatu darinya selain jus jeruk,” James mengangkat bahunya.
“Kau tidak punya hak untuk-“
“Hey, Mark, tunggu sebentar,” Foscow memegang pundakku, lalu ia memandang Sonia agak serius “Bisa kau jelaskan, Sonia?”
Itu cukup memalukan karena apiku sudah berkobar. Terima kasih untuk Foscow, yang kali ini ia lebih bijak dariku. Tapi aku tidak bisa menebak mengapa Foscow juga terlihat tertarik.
“Hm… misalnya, malam – malam dia di luar?” katanya dengan santai.
“Huh? Apa anehnya dengan hal itu?” tanyaku sambil memandangnnya dalam – dalam.
Jujur saja, gadis ini memang menyebalkan. Ia bersiap seolah – olah tahu semuanya. Waktu itu pernah, kata – katanya menyinggung Verdamant. Well, sebenarnya ia tak menyinggungnya secara langsung, tapi si linglung, Pebble.
Waktu itu, kelas tahun ke – 10, pertama kalinya ada pembelajaran di luar ruangan. Kami semua yang di kelas tahun ke-10 diajak ke Taman Alnwick, Northumberland, sebuah taman yang dipenuhi tanaman beracun. Kami dibagi beberapa kelompok, oleh beberapa guru, kira – kira ada tiga kloter. Kami masuk di kloter yang ketiga.
Waktu itu kalau tidak salah, kami diperbolehkan melepas hazmat kami, saat petugas di sana memperkenalkan kami sebuah tanaman. Ingatakanku agak samar – samar, tapi warnanya merah. Kejadiannya adalah Pebble, memergoki Sonia yang tangannya menyelipkan tanaman tersebut di saku Verdamant. Mereka saling bercekcok, tapi Verdamant lebih membela Pebble. Well, mereka sudah satu paket.
“Semua kedai tutup dan pulang di rumahnya masing – masing, Mark!”
“Lalu apa masalahnya? Di dalam kedainya bisa saja ada tempat tidur, kan?” Tanyaku dengan ketus.
“Tidak, aku pernah diam – diam melihat dalamnya. Lagipula itu cukup sesak.”
Kami saling memandang satu sama lain. Setidaknya mataku yang tiba – tiba bertatapan dengan James yang juga bingung. Lagipula apakah yang dilakukan gadis selalu seperti itu?
“Benarkah? Kupikir aku bermimpi.”
“Apa? Kau juga, Foscow?”
Ia mengangguk yakin. Foscow menceritakannya dengan rinci.
“Mondar – mandir?” tanya James.
“Yeah. Kupikir ia menunggu seseorang.”
“Tunggu dulu! Kenapa kau bisa lapar di jam – jam tengah malam, bodoh?” tanyaku agak heran.
“Hey, manusia bisa lapar di jam – jam itu, tolol! Apalagi aku yang tidak cukup satu burger?” balas Foscow dengan dongkolnya.
Aku mendengus, semua ini seperti tidak masuk akal. Tapi itu juga aneh. Tidak aneh bila itu pekerja tekun yang banyak pikiran. Masalahnya adalah apakah Bibi Edelweiss tidur di tempat sesak selama bertahun – tahun?
Setelah beberapa waktu, percakapan itu kucukupkan sampai di situ. Aku berkeliling sebentar untuk mencari udara segar. Masalahnya itu semakin membuat otakku berkecamuk. Aku butuh jawaban – jawaban itu. Aku menuju beberapa toko kecil. Ada lima toko yang masih di ruang lingkup wilayah Widehope. Setidaknya itu di bagian lingkungan gedung belakang. Satu diantaranya milik Bibi Edelweiss.
“Huh? Orang yang tidak biasanya.”
“Hey, Mark! Mencari sesuatu?” kata gadis satunya berambut pendek.
Tokonya sepi, tapi tidak untuk dua anak ini. Gertrude dan Rita. Mereka sudah seperti pelanggan abadi toko ini. Mereka cenderung menyukai hal – hal yang tidak seumumnya orang. Normalnya orang melihat kelabang pasti akan langsung dibunuh dengan refleks. Tidak untuk mereka. Lebih baik menyimpannya ke dalam botol sebagai makanan hewan peliharaannya.
“Beckey, kau juga sama. Orang yang tidak biasanya. Mencari alat usil?”
“Eh? Tidak, tidak kok!” tambahnya sambil merangkul dua orang itu. “Aku ini bosan dan mereka mengajakku.”
Ini terdengar normal untuk mereka berdua, tapi tidak untuk Beckey. Dia ini satu frekuensi dengan Verdamant.
“Kami hanya membantunya mencarikan makanan tamu yang tiba – tiba masuk di kamarnya.” Gertrude memain – mainkan rambut panjangnya itu.
“Tamu macam apa?”
ns 15.158.61.8da2