Langkahku dipercepat menuju tempat Gwendoline. Setelah mendapat informasi dari Beagle, aku mulai mendapat titik terang. Setidaknya aku mengerti salah satu diantara kami adalah pelakunya. Itu adalah fakta yang tidak bisa dirobohkan, atau aku tidak menemukan sesuatu yang menyangkalnya.
Melewati laboratorium itu, lalu menuju gedung depan. Aku langsung menuju perpustakaan. Di tengah pikiranku yang berkecamuk, aku mendengar seseorang memanggil namaku tiga kali.
“Elysa?” Aku menoleh ke belakang.
Aku melihat tiga orang menghampiriku. Mereka mengucapkan beberapa patah kata bela sungkawa. Namun aku tidak memberikan mereka informasi. Pepatah mengatakan, ketidaktahuan adalah keselamatan.
“Aku tidak bisa, ini bukan sesuatu yang kalian harus masuk di dalamnya, ” kakiku terus berjalan.
Tangan Herald menghentikanku.
“Setidaknya, kau bisa meminta tolong apapun? Mungkin informasi yang kau butuhkan?”
Ia menyelipkan tanda pengenal di sakuku. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan pria muka berkelas ini menenggelamkan pada dasar lumpur.
“Terima kasih, sampai nanti.”
Mereka akhirnya mengerti dan berhenti menyulitkanku.
Setelah itu, pintu perpustakaan kubuka, lalu kutunjukkan ID Card milikku pada petugas. Kemudian aku bergegas menuju lantai dua, tempat Gwendoline bekerja paruh waktu. Masalahnya aku melihat beberapa orang sibuk menaruh buku. Kupikir ada pekerjaan yang cukup menyibukkan.
Aku melihat anak domba berlari ke arahku. Saat mataku ku usap ternyata itu ternyata si kepala permen, Gwendoline.
“Mark… tolong!”
Aku menyuruhnya untuk mengatur ritme nafasnya.
“Kau harus membantuku! Hari ini kami kedatangan lima ribu buku dan lima ribu gagasan artikel, jadi ini akan memakan waktu cukup lama!”
Aku melihat sambil berjalan kecil di sekitar. Kulihat dua bagian unit informasi itu punya beberapa orang untuk membantunya. Sementara Gwendoline, buku – buku itu banyak dan bertumpuk di mejanya belum terurus.
“Bukankah kau seharusnya punya seseorang untuk membantumu?” tanyaku heran.
Dari ekspresi wajahnya yang melihat ke bawah dan agak malu – malu itu aku bisa tahu.
“Baiklah, akan kutunggu sete-“ kataku sambil berbalik arah.
Tubuh kecilnya itu merangkul pinggangku dan mencegahku bergerak.
“Ku-kumohon, bantulah aku! Tidakkah kau lihat ini sungguh tidak mungkin? Aku akan membayarmu, jangan khawatir!” suaranya panik dan tangannya menarik – narik bajuku.
Well, sebenarnya tanpa disuruh atau dibayar pun aku tetap akan melakukan. Masalahnya kebiasaan burukku ini yang selalu mengusilinya. Aku tidak pernah benar – benar berniat meninggalkannya.
“Baik, baik, lanjutkan.”
Ia memberiku penjelasan yang mudah dipahami. Diketiknya semua data itu dalam komputernya. Lalu ia membacakan apa saja yang perlu kutulis pada sebuah kertas kecil. Nantinya kertas itu kugunakan untuk menaruh buku itu pada rak sesuai informasi yang dimasukkan ke komputer.
Aku membantunya hingga bulan menggantikan surya. Semua kerja keras ini paling tidak membuat pinggang dan kakiku agak keram. Setidaknya Gwendoline bertanggung jawab pada waktu istirahat kami. Aku membicarakan tentang makan siang dan makan malamnya. Bahkan ia menyiapkan beberapa snack yang dibelinya dari kantin terdekat.
Aku duduk bersandar di meja itu.
“Gwen, akan kuingat – ingat ini,” kataku lalu meneguk sebotol minuman isotonik rasa leci.
“Hey, hey, jangan masukkan namaku dalam kamus orang menyebalkan yang ada di dalam otak dangkalmu itu!”
Baru pertama kali aku merasakan pekerjaan lembur dan itu membuat sekujur tubuhku mati rasa.
“Gwen, aku butuh informasi.”
Ia kemudian menyodorkan beberapa buku dan kertas koran.
“Kasus pembulian. Tiga orang ini, lihatlah,” Gwendoline menunjukkan koran Route24tication yang dicetak oleh klub koran murid Widehope yang lalu.
Membaca nama – nama tersebut, aku langsung mengambil buku siswa itu lagi.
“Heather, Kelsey, dan Penelope.”
Melihat foto itu mengingatkanku pada teman – temanku, paling tidak si Penelope ini.
“Setidaknya kita tahu rambut permen ini mirip.” Tunjukku pada salah satu foto itu, lalu memandang Gwen.
“Apa?! Kau kira rambut ini yang pertama kalinya di dunia, huh?!” balasnya dengan agak sebal.
Kemudian aku menyuruh Gwendoline untuk memberikan yang paling membuatnya menarik. Ia memberiku beberapa artikel koran newsmonger, dan memang isinya sangat menarik. Gwendoline memang si pendek akurat.
Aku membaca dari awal hingga akhir. Setelah judul kasus pecandu, aku mulai tertarik dengan Rumah Sakit Eccley Pittersbugh.
“Ah bukannya ini koran agak baru? Maksudku aku pernah baca tentang pasien yang kabur itu.” kusodorkan balik ke Gwendoline.
Ia memicingkan matanya.
“Ini sepuluh tahun yang lalu! Lihatlah ini,” katanya sambil menunjukkan kepadaku.
Well, itu tertulis seperti yang ia bilang.
“Tapi, aku bersumpah! Aku punya koran lokal yang membicarakan hal yang sama. Apakah itu kejadian yang terulang?”
“Entahlah, tapi di dunia ini ada – ada saja kemungkinan yang tidak terduga – duga,” tambahnya sambil menyodorkan koran lokal. “Aku juga sedikit tertarik dengan ini.”
Aku mengerutkan alisku saat Gwendoline menunjuk pada tulisan judul ‘Pembunuh tanpa muka, bau, dan senjata’.
“Kau temukan nama – nama yang bersangkutan?”
“Ada satu, Gutierrez. Imigran rusia dan tersangkut oleh hal – hal buruk. Aku tidak tertarik dengan masalah keluarga mereka. Tapi setelah kucocokan dengan seorang wanita yang terapung itu dari judul ‘Pembunuh tanpa muka, bau, dan senjata’ well, setidaknya mirip.”
“Tapi aku tidak menemukan tulisan nama itu tercantum di koran?” protesku dengan heran.
“Jelas tidak ada, aku hanya mencocokan! Tapi tidakkah kau berpikir tulisan ‘pembunuh’ ini ada hubungannya dengan sesuatu?” kata Gwendoline sambil membuang botolnya yang telah kosong.
“Aku tidak mengerti Gutierrez ini. Apakah orang ini sangat berbahaya?”
Ia menghela nafas cukup besar.
“Haruskah aku mulai dari sana?” tanya Gwendoline dengan keberatan.
“Tolong ambilkan apapun itu, baik yang Gutierrez atau berita lainnya yang berhubungan.”
Kemudian ia pergi ke lantai satu. Aku putuskan untuk menunggunya kembali. Lagipula aku tidak memasukkan informasi itu dan tiba – tiba memutuskan.
Kubalik – balik koran itu. Koran yang sama seperti yang kubaca kemarin, koran lokal. Namun alisku berkerut dan mataku menyipit saat melihat gambar yang agak diburamkan itu. Aku merasa sedikit aneh, lagi pula kenapa juga itu diburamkan pada bagian kepalanya?
Sekitar lima belas menit, Gwendoline kembali dengan membawa beberapa koran lama lainnya.
Kubaca beberapa judulnya saja.
“Penyelundupan… penyuapan… penculikan… pembunuhan….”
“Bertahun - tahun yang lalu, keluarga Gutierrez, mereka sudah di hukum mati di Moskow. Hukuman itu disaksikan semua warga Moskow dan diberi nama ‘Pembasmian Teroris Negara.” Tambah Gwendoline.
“Dikatakan bahwa Gutierrez meneror dan menyebarkan berita palsu yang menggangu keseimbangan di wilayah eropa, menyelundupkan beberapa obat – obatan ilegal, dan menyuap beberapa wartawan. Bagaimanapun juga, setelah terjadi hal itu, hukum membiarkan anak – anak mereka menjalani hidup normal.” Kataku sambil membaca salah satu koran tersebut.
Aku mulai pusing dengan semua hal ini. Bertambahnya informasi bukan berarti membuka jalan keluar. Itu seperti kau masuk ke pintu yang di dalamnya ada seribu kali lipat pintu lagi, dan semakin dalam itu seperti paradoks.
Aku berjalan sedikit, memberi kesempatan pantatku untuk tidak terlalu lama duduk. Kulihat jam sudah menunjuk pada angka sembilan.
“Baiklah, Gwen, mari cukup sampai di sini dulu,” tambahku. “Oh iya yang koran tentang tiga nama itu?”
Dengan teliti dan cermat, ia memilah dan menyodorkan ke tanganku.
“Boleh kupinjam sebentar dengan buku siswa ini?”
“Yeah, pokoknya jangan sampai hilang.”
Setelah itu aku membantu Gwendoline merapikan beberapa hal, terutama dengan koran – koran ini. Gwendoline kutinggal sendirian karena ia akan menulis beberapa laporan. Rasanya agak sedikit bersalah saat aku meninggalkan gedung perpustakaan itu.
Malam yang melelahkan, bahkan setelah semua kejadian itu. Sesampainya di kamar, aku tidak sabar membaca beberapa koran yang kubawa. Beberapa informasi yang cukup membuatku terjaga dan kepikiran semalaman. Aku ingat juga saat herald menyelipkan sebuah kartu di sakuku. Well, kupikir boleh juga dia ini.
Kedua, aku teringat hal lain.
“Oh? Benar juga! Lencana polisi kemarin!”
ns 15.158.61.12da2