Kukira siluman atau legenda dan mitos semacamnya. Tapi itu bukan hal aneh, kadang aku merasa tembok – tembok kamar kami perlu sedikit perbaikan. Atau atap yang setiap hujan sedikit bocor.
“Biawak? Hey, hey apakah gadis – gadis menambah preferensi piaraannya sekarang?”
“Eh? Wanita memelihara ular pun tidak aneh!” sahut Rita.
Beckey hanya mengangguk santai.
“Nah, Mark! Pertanyaannya adalah apa kau akan melapor ke Caulburn atau guru lainnya?” ia mengusili rambutku.
“Entahlah, aku pertimbangkan bila kau berhenti memegang – megang rambutku,” tambahku. “Ngomong – ngomong, tidakkah itu beracun?”
“Selama tidak menggigit, kau baik – baik saja!” angguk Gertrude dengan pasti.
Aku mengehela nafas dan menyerah untuk mereka. Lagipula ini tidak mengangguku atau semacamnya. Bahkan itu tidak seberapa dibanding seseorang umur 60 tahunan yang ceroboh.
Aku mendengar langkah kaki yang tergesa – gesa. Ada juga suara beberapa tumpukan roboh.
“Nak, di depan!”
Aku memasang kuda – kuda. Mereka bertiga juga berposisi menjaga. Beberapa jangkrik kabur. Aku dan mereka berdua terlihat baik – baik saja, sementara Beckey hanyalah pemula. Ia bahkan menangkap satu saja sudah kesusahan.
Kami menaruh pada wadah baru yang dipersiapkan Tn. Juan.
“Ahahahaha! Kalian ini generasi yang cukup menarik, huh?”
“Oh ayolah, setidaknya kau punya satu atau dua karyawan untuk membantumu!” kataku dengan kecewa.
Ia mendengus.
“Itu tidak menghemat pengeluaranku sama sekali! Lagipula itu tidak seperti aku punya banyak pelanggan!”
Ini adalah tempatku membeli umpan untuk memancing. Tn. Juan juga orang yang jujur dan selalu menghargai siapapun. Ia bahkan menghargai pembeli seperti kami. Setidaknya Gertrude dan Rita adalah pelanggan abadinya. Kadang – kadang beliau memberi kami gratis.
Tapi setiap kali aku berkunjung ke tempat ini, pak tua ini selalu saja melibatkanku menangkap jangkrik yang kabur. Itu saja aku tidak sering ke sini. Masalahnya adalah bagaimana dengan mereka berdua?’
Aku mengeluarkan uangku.
“Seperti biasa, ulat dua bungkus.”
“Tunggu sebentar.” Tn. Juan menerima uangku lalu segera mengambilkan sesuatu.
Tokonya masih seperti biasanya. Beraneka macam pakan hewan, dari yang biasanya dipelihara hingga yang tidak disangka – sangka. Beberapa kali aku melihat apa yang Gertrude dan Rita lihat, ular phyton itu yang katanya tidak berbisa dan aman dipelihara. Aku berpikir itu tetap saja menjijikan. Sesuatu yang jadi favoritku di sini adalah kura – kura brazil kecil. Ingin sekali memelihara satu, tapi tidak untuk sepuluh pound per dua ekor.
Sementara Beckey, ia mencoba membiasakan memegang benda – benda hidup yang akan menjadi makanan peliharaannya nanti. Sesuatu yang lebih murah daripada pakan kemasan, seperti ulat. Walaupun aku tahu, ia tidak terlalu banyak punya uang.
“Jadi bagaimana dengan keuanganmu nantinya? Kau siap dengan makanannya?” tanyaku.
Ia menghela nafas dan menolak.
“Karena itu tidak akan terjadi,” tambahnya. “Itulah kenapa aku beli jebakan! Hahaha!”
“Huh? Apa maksudnya itu?”
Aku masih tidak mengerti dengan gadis ini. Berbeda dengan Verdamant, yang masih mengerti hal – hal yang dilakukan gadis pada umumnya, Beckey adalah gadis berambut kuncir samping coklat yang tomboy dan agak random. Ia bahkan tidak mengerti cara memasak atau memakan makanan yang tidak enak. Baginya yang penting makan.
Well, tapi ada beberapa hal yang aku malas mengakuinya. Selain wajahnya yang agak menarik , ia punya tubuh yang punya potensi untuk ikut model majalah. Lagipula itu lebih mengunggulkan penampilan daripada isi kepala.
“Nah, tikus juga disukai biawak loh!” sahut Rita.
Mendengar hal itu aku merasa lebih ngeri. Logikanya masuk akal, namun kalau dibayangkan itu sangat menjijikan. Tapi bukannya tidak mungkin. Bagi tempat kami itu tidak mengherankan kalau malam hari suka berlarian dan bergerombol, terutama tikus kecil.
“Yeah, itu terdengar masuk akal. Tapi itu butuh kemampuan, bukan?”
Gertrude dan Rita saling memandang satu sama lain. Lalu mereka memasang wajah aneh. Sementara dari wajah Beckey hanya senyum – senyum.
“Kadang – kadang kami minta bantuan Beckey untuk mencari kelabang, benar kan, Rita?”
“Uh huh. Ah tikus juga pernah. Yang besar!” gadis berambut pendek ini mengangguk yakin.
Sementara Beckey masih senyam – senyum dan mengangguk – angguk. Melihatnya membuatku sedikit kesal. Aku mengerti ia sedikit naik karena pernyataan tadi atas pembuktiannya yang bukan sekedar pemula untuk hal ini. Tapi itu tidak membuatnya hilang dari sebutan gadis random.
“Nah, nah, Mark?” tangannya memukul – mukul punggungku.
“Ya, ya, Beckey, aku mengakuinya! Tapi hentikan tangan usilmu!” Kataku memohon dengan merajuk.
“Tikus? Bunglon suka tikus?” tanyaku dengan heran.
Mereka menceritakan semuanya.
“Ah, kalian taruh di selokan belakang?”
“Uh huh. Itu terlalu besar. Jangan bilang siapa – siapa, tolonglah!”
Aku menghela nafas.
“Well, mendengarnya saja sudah membuatku kecapekan. Untuk apa aku repot – repot menambah beban?”
Mereka terlihat lega. Sementara Tn. Juan memberikan barang yang kubeli.
“Kau yakin ini yang terbaik, Tn. Juan?” Mataku memandang curiga dua bungkus plastik yang kuangkat bersamaan.
“Mulutmu tidak sebagus tampangmu ya Mark?” tambahnya sambil menghela nafas. “Sudah jarang beli, maunya yang bagus. Tentu kupilihkan yang hidup – hidup, kalau tidak pasti ulat – ulat itu bangkai, kan?”
Aku tersenyum lebar. Sebenarnya aku sedikit senang mengusilinya. Kadang – kadang orang asia lebih menarik.
“Hey, Mark, Kau ingin mancing ke mana?”
“Kenapa? Kau ingin ikut, Beckey?”
Oh tidak rute ini lagi, pikirku. Ini hampir mirip dengan Verdamant. Ini tidak seperti saat aku mencari ketenangan terlepas dari masalah fakta bahwa memancing memang menenangkan. Well, sebenarnya aku berencana mengajak seseorang. Tambah satu sepertinya tidak masalah. Tapi aku harus memutar otak untuk yang satunya itu.
Aku memandang Beckey sesaat, sepertinya tidak ada kesempatan. Maksudku, menolaknya hanya akan menghabiskan tenagaku.
“Terserah,” sahutku, “Kalian juga ingin ikutan Gertrude? Rita?”
Mereka menoleh satu sama lain. Ya ampun, mereka memang seperti gadis kembar. Setidaknya rambut kalian berbeda hanya di panjangnya walapun secara tekstur kupikir tidak.
“Kau mancing di mana?”
“Eh? Di Sungai Derwent.”
“Kau ingin cari peruntungan, anak nakal?” sahut Tn. Juan tiba – tiba.
Aku mengangguk.
“Well, salmon, musim panas dan Sungai Derwent. Bukannya semua ini berhubungan?” tambahku. “Aku mencari uang tambahan dan ketenangan, anda tahu?”
“Dasar anak nakal! Aku senang dengan idemu!” ia sambil bergumam sendiri.
“Itu tentu akan jadi pengalaman yang bagus. Tapi kami ada agenda lain. Rencananya cari serangga untuk stok pakan. Musim panas juga kesempatan emas bagi kami. Bukan begiut, Gertrude?”
“Uh huh. Maaf lain kali, mungkin?”
Aku mengangguk mengerti. Sementara Becky saat kutanya apakah tidak ada pelajaran tambahan, ia sedikit keringat dingin. Namun aku lega saat ia menggeleng.
“Aku cukup beruntung! Kuikuti saranmu sedikit, otakku sedikit merespon dengan baik!” balasnya gembira.
“Bagus.”
Pria itu mendengus kesekian kalinya. Itu menghentikanku yang hendak meninggalkan tempat itu.
“Ada apa lagi? Kenapa anda tak terlihat senang?”
“Musim panas, itu juga menghancurkan bisnisku. Mereka akan pilih mencari di alam daripada beli di toko pak tua yang kuno ini!” katanya merengek.
Aku tidak mengerti kenapa ia punya pemikiran yang sangat pendek. Padahal kalau kupikirkan, itu bisa dimanfaatkan untuk arah bisnis. Atau ia sudah boleh mengambil cuti beberapa hari untuk liburan juga.
“Aku tidak melihat adanya masalah. Begini, bagaimana kalau anda juga sama – sama mencari serangga dengan mereka? Pas juga sekalian liburan. Aku benar?”
“Ah sudahlah! Kau diam saja anak nakal,” tambahnya bergumam lagi. “… Coba saja kalau ini 20 tahun yang lalu….”
“20 tahun ya… lama juga.” Sahut Beckey. Gertrude dan Rita mengangguk setuju.
“Kurasa tidak ada bedanya.”
“Mark, mulutmu diam saja!” kata Tn. Juan agak kesal.
Lanjutnya bergumam lagi kali ini lebih yakin.
“Saat itu banyak dari murid – murid Widehope tertarik dengan hal – hal seperti ini. Bahkan dulu aku sempat jual burung hantu! Tapi sekarang itu terlalu mahal dan tidak ada yang berminat! Uhuhuhuhu!”
Kurasa ia terlalu berlebihan. Atau mungkin kali ini zaman telah berbeda. Lagipula untuk toko seperti Tn. Juan jalankan cukup normal bila menghadapi fluktuatif drastis seperti ini.
“Dulu, Madame Garnache sering memborong ulat dan jangkrik – jangkrik ini…”
“Sampai jumpa, Beckey, Gertrude dan Rita!” kataku menyela.
Sementara hari semakin sore, dan aku juga tidak mau menggubris lebih lama kata – kata Tn. Juan, aku langsung pergi dari tempat itu. Orang ini moodnya mudah naik turun bahkan suka ngelantur. Lagipula ada telinga lain yang masih mau mendengar lanturannya itu. Jadi aku tidak terlalu kasihan.
ns 15.158.61.54da2