BIP BIP….
Suara nyaring alarm itu mengusik seseorang bertubuh mungil yang masih berada di balik selimut itu dan akhirnya bangun dari tidurnya.
“Hmm ughh.. Beri aku waktu sebentar lagi!”
BIP BIP…
Jam weker itu terus sama berbunyi, menunggu si yang punya untuk mematikan alarm dan bangun dengan segera.
“Aissh!! Jam weker sialan! Baiklah, baiklah aku bangun sekarang!”
Pria manis itu beranjak bangun dari tempat tidur hangatnya itu dan melihat jam weker sialan itu.
“Astaga! Kesiangan aing..!” wajah kagetnya tidak mengurangi sedikitpun rona manis khas bangun tidurnya itu. Ia segera berlari kedalam kamar mandi dan merapikan secepat mungkin wajahnya dan menggosok giginya.
Hampir 7 menit akhirnya ia selesai dan berlari menuruni tangga hendak bergegas berangkat ke kantor.
“Byun Baekhyun! Sudah berapa kali aku bilang, sepertinya kau butuh jam weker sebesar gong wayang agar bisa terbangun!” teriak sahabatnya yang juga tinggal satu atap dengannya.
“Yak Kyungie! Aku tidak ada waktu berdebat, aku berangkat dulu!” ucap Baekhyun sambil berlari keluar rumah, tetapi sempat dicegat oleh sahabat bermata burung hantunya itu.
“Nih, jangan lupa sarapan di dalam bis!” ucap DO Kyungsoo sambil menyerahkan sandwich yang memang sudah ia siapkan untuk Baekhyun yang entah kenapa beberapa minggu ini selalu saja bangun kesiangan.
“Tengkyu mate. Love you.. Bai bai.” Baekhyun tersenyum hingga matanya terlihat seperti bulan sabit itu dan berlari keluar.
Setelah berusaha berlari cepat ke arah halte bis, akhirnya ia bisa masuk kedalam, walaupun desak-desakan dan tidak mendapatkan tempat duduk. Itu juga tak apa asal tidak terlambat masuk kerja dan diomeli oleh atasannya yang super bawel itu.
*****
Sinar matahari mengintip dari balik tirai dan membuat si empunya kamar itu terganggu dari tidur panjangnya setelah tadi malam sempat berpesta dan berakhir dengan pusing kepala karena mabuk.
“Tuan muda, sudah waktunya anda bangun.” terdengar suara pelayan yang bertugas membangunkannya itu.
“Siapkan sarapanku saja.” jawabnya singkat.
“Baik tuan muda,” pelayan itu pun pamit dan melaksanakan perintah tuannya.
Pria berbadan tinggi yang dipanggil tuan muda itu pun akhirnya beranjak ke dalam kamar mandinya yang luas dan segera mandi untuk menyegarkan badan dan juga kepalanya yang terasa seperti berantakan sisa semalam.
Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi, ia segera beranjak menuju ruang makan yang berada di lantai satu mansionnya itu dengan dipenuhi beberapa pelayan yang dengan rajinnya membersihkan dan merapikan tempat itu, padahal sepertinya tidak akan ada debu sedikitpun karena dirawat setiap hari.
Pria tinggi itu mulai menikmati acara sarapannya dengan didampingi oleh sekretaris pribadinya yang memang akan selalu datang di pagi hari untuk memastikan jadwal atasannya itu berjalan dengan lancar.
“Hari ini jadwalku apa saja?” tanya pria itu.
“Hari ini tuan akan melakukan pertemuan dengan perusahaan Oh Corp. membahas rancangan pembangunan hotel di pulau Jeju.” jawab sekretarisnya itu sambil melihat tab yang berisikan jadwal atasannya itu.
“Apa siang aku punya jadwal penting?” tanya atasannya itu.
“Siang anda hanya mempunyai jadwal untuk melihat-lihat kawasan hotel sekaligus mall di daerah Gangnam saja Tuan.” lagi-lagi sekretaris Kim memastikan jadwalnya yang tertulis di tab.
“Baiklah. Atur pertemuanku dengan wanita itu disaat jam makan siang. Di tempat biasa.” jawab atasannya sambil beranjak untuk berangkat ke kantornya.
“Baik tuan, akan langsung saya informasikan padanya untuk menemui tuan di restoran itu.” jawab sekretaris Kim sambil menyusul atasannya itu menuju mobil yang sudah menunggu mereka di depan mansion.
Setelah beberapa saat berkendara, akhirnya mobil mereka sampai di gedung pencakar tertinggi di Seoul dengan bertuliskan nama perusahaannya di depan gedung, Park Corp.
“Selamat pagi, Tuan Park.”
“Selamat Pagi, Tuan..”
“Semoga hari anda menyenangkan, Tuan Park.”
Beberapa sapaan dari bawahannya itu selalu terdengar saat ia memasuki lobby kantornya. Park Chanyeol, CEO dari Park CORP.
ns 15.158.61.41da2