Suasana di kantor Park Corp. mulai ramai dipenuhi oleh karyawan yang lalu lalang di lobby untuk memulai hari. Tentu saja tidak ketinggalan pula Baekhyun yang berada diantara mereka yang sedang menunggu lift untuk mengantarkannya menuju lantai 8 dimana tempatnya bekerja.
Beberapa kali sepanjang ia melewati lobby bahkan hingga saat ini ia berdiri diantara karyawan-karyawan itu, ada saja selentingan bisik-bisik dari kanan kirinya yang membicarakan dirinya. Sungguh, sebenarnya ia sendiri tidak nyaman tentang itu tetapi bagaimana lagi ia tidak mungkin membalas perkataan mengejek itu dan malah membuat suasana semakin memanas. Biarkan sajalah, toh mungkin orang-orang itu akan diam dengan sendirinya.
"Kau lihat bagaimana wajahnya yang sombong itu? Aku berani bertaruh jika dialah yang berusaha menggoda Park Sajangnim." ucap salah seorang karyawan yang jelas-jelas berada didekat Baekhyun berdiri. Mungkin saja ia memang berniat mengatakan hal-hal seperti itu bersama temannya untuk didengarkan oleh Baekhyun.
"Kau benar. Cih, jalang sepertinya berada ditengah-tengah kita membuatku ingin sekali menarik rambutnya dan menyeretnya keluar." jawab temannya.
"Tapi kau lihat saja, aku yakin jika Park Sajangnim tidak akan bertahan lama memelihara jalang kecil itu. Park Sajangnim akan membuangnya dan mungkin saja ak—"
"Tidakkah kalian malu untuk bergosip bahkan saat jam kerja kalian belum mulai?"
Ucapan perempuan itu terputus oleh suara lantang milik Kai yang juga membuat suasana mencekam karena kedatangan Chanyeol yang sudah memberikan tatapan tajam pada orang-orang yang berada disana. Sedangkan saat matanya beralih pada tubuh mungil yang sedari tadi tertunduk kepalanya sambil tangannya mencengkram lipatan bajunya itu, tatapannya berubah menjadi sendu. Tak kuasa tangan Chanyeol akhirnya menggapai tubuh Baekhyun dan membawa ke pelukannya.
"Kai, kumpulkan surat-surat pengunduran diri mereka secepatnya atau jika mereka menolak, kau bisa buatkan langsung surat pemecatannya. Aku tunggu hingga jam makan siang." kata Chanyeol dengan sinis menatap satu persatu mereka yang sejak tadi berdiri dan diam saja tanpa menegur kedua orang yang sedari tadi menghina Baekhyun-nya itu. "Ayo pergi, Baby. Tak ada gunanya kamu mendengarkan mereka, hmm." lanjut Chanyeol dengan nada yang lebih lembut dan disambut anggukkan oleh Baekhyun.
Mereka berdua akhirnya memasukkan lift khusus untuk petinggi, diikuti oleh Kai dibelakangnya setelah Kai menghitung dan mengingat siapa saja yang harus ia proses pemecatannya hari ini. Sungguh, ia sangat bersemangat jika diminta untuk mengurus surat perpindahan cabang ataupun surat pemecatan seperti ini. Ia benar-benar muak dengan orang-orang yang tidak berkompeten harus berlama-lama berada di perusahaan ini. Memang tidak banyak tetapi tetap saja, dari segi skill mereka mungkin berkompeten tetapi dari segi sosial itulah yang Kai sayangkan. Contohnya Jennie yang barusan tertangkap basah oleh Kai dan Chanyeol dengan tidak tau malu membicarakan pasangan dari atasannya itu, untuk apa lulusan luar negeri bergengsi jika attitude dan empatinya meluncur bebas seperti wahana air terjun?!
Ah, inilah enaknya menjadi Kai. Ia bisa dengan bebas membicarakan Chanyeol bahkan didepan hidung si jerapah itu sendiri tanpa takut akan dipecat. Huehehe..
°°°°°
"Kenapa kamu gak ngelawan aja sih kalau tau lagi dibicarakan oleh mereka?" tanya Chanyeol pada Baekhyun sesaat mereka memasuki ruangan luar milik Chanyeol.
"Sudahlah, Chan. Lagipula, jika aku membalas bukannya akan semakin menjadi-jadi?" balas Baekhyun yang saat ini mengelus lengan Chanyeol, mencoba untuk menenangkan emosi dari si pria tinggi itu.
"Tapi karena kamu diam jadi mereka mengira bisa menghinamu lebih jauh. Aku tidak mau melihat kamu bersedih hanya karena omongan orang lain." ucap Chanyeol meluluh sambil mengelus pipi Baekhyun yang lembut itu.
"Lupakan saja. Omong-omong, aku harus bersiap jika tidak bisa-bisa pak Kim akan mencariku ke seluruh lantai perusahaan ini." ucap Baekhyun sambil tertawa bermaksud untuk mencairkan suasana hati Chanyeol.
"Bee, tidak bisakah kamu menjadi dirimu sendiri? Aku gak habis pikir kenapa kamu mau-maunya saja bekerja menjadi Office Boy. Bagaimana jika abeonim dan eomeonim tau tentang ini?" Chanyeol benar-benar tidak habis pikir dengan kekasihnya ini, bagaimana ia berani bertatap muka dengan calon mertuanya itu jika ditanya perihal kehidupan yang dijalani oleh putra satu-satunya keluarga Byun?
"Cukup jangan katakan apapun dan kamu akan selamat, hehe." balas Baekhyun dengan enteng tanpa ingin bersusah payah memilihkan nasibnya itu.
Sesaat Chanyeol membuka percakapan tentang kehidupan asli Baekhyun yang bahkan tidak ada seorang dari teman-temannya yang tau itu, akhirnya mereka berdua mulai berbicara dengan jujur. Tidak ada lagi Byun Baekhyun yang rapuh atau penakut yang dilihat Chanyeol pagi itu, Baekhyun yang dikenal oleh orang lain itu sesungguhnya hanyalah topeng dan kamuflase agar ia bisa menjalani hidupnya dengan lebih damai tanpa ada yang bisa menghubungkannya dengan kehidupan kedua orangtuanya. Bagi Chanyeol untuk mengetahui jati dirinya itu sangat mudah, mereka berdua bisa langsung tau di saat pertama kali bertemu.
Park Chanyeol, seorang pembisnis muda yang sukses. Mempunyai beberapa anak cabang perusahaan dan juga bisnis lainnya hanyalah sekedar hobi untuknya. Tidak, itu bukanlah kehidupan aslinya.
Begitu juga dengan Byun Baekhyun yang dikenal sebagai anak yatim piatu yang berteman dengan sahabat-sahabatnya sedari SMP, mempunyai otak yang encer tetapi pemalu dan penakut. Bekerja sebagai Office Boy di Park Corp. hanyalah perisai untuknya berbaur dan mendekati seseorang yang selama ini menjadi tujuannya.
Hidup mereka berdua tidak sesimpel itu.
ns 15.158.61.13da2