"Baekhyun, tolong fotocopy berkas ini 10 lembar ya."
"Baekhyun, jangan lupa belikan makan siang untuk divisi interior."
"Baekhyun, bawakan gue kopi!"
...
Beberapa permintaan seperti itu sudah menjadi makanan Baekhyun sehari-hari dan ia juga harus siap sedia kalau disuruh-suruh. Konsekuensi pekerjaan sebagai office boy, jelas. Seperti hari ini pula, Baekhyun pasti akan disibukkan dengan beberapa 'permintaan' dari beberapa karyawan tempat ia bekerja. Ia memang bukan pribadi yang gampang mengeluh karena pekerjaan yang menumpuk dan seperti tak habis-habisnya dikarenakan posisi sebagai office boy yang kebanyakkan mendapatkan cemoohan dari beberapa orang disana. Tetapi ia tidak mempermasalahkan itu semua karena menurutnya lebih baik bekerja seperti ini dibandingkan tidak sama sekali. Dan juga mengingat tingkat sosial ia yang hanya seorang Omega juga pekerjaan itu sudah lebih dari cukup.
"Byun, lo liat kertas yang ada di atas meja gue gak?"
Ni satu suara dari mak lampir penunggu perusahaan Park, namanya Irene. Cewek paling sengak yang ditemui Baekhyun. Cantik sih tapi sifatnya kek nenek lampir.
"Eng-enggak liat nona." Jawab Baekhyun sedikit ketakutan. Pasalnya beberapa hari yang lalu Baekhyun sempat kena damprat Irene gara-gara dia membereskan kertas kerjaannya yang berantakan di meja.
"Alah alasan aja lo! Pasti lo kan yang ngambil kertas disini! Ngaku lo anjing!" Irene mulai meninggikan suaranya.para pegawai lain yang melihatnya merasa kasihan pada Baekhyun. Mereka tau pasti kalau Irene hanya menjadikan Baekhyun pelampiasan marahnya saja.
"Su-sungguh nona. A-aku tidak melihat kertas ataupun membereskan meja nona." Keringat dingin mulai membasahi wajah Baekhyun. Walaupun ia laki-laki, tetapi dengan hormonnya sebagai Omega membuatnya setara seperti perempuan lainnya.
"Bangsat lo banyak bacot ya!" Irene yang saat itu memegang gelas kopinya siap melempar ke arah Baekhyun, tetapi salah satu pegawai disana sadar dengan tujuan Irene dan ia langsung bergerak ke depan Baekhyun dan mencengkram lengan Irene dengan keras.
"IRENE! LO GILA?!"
"Heh lo siapa hah? Gak usah sok-sok ngebantuin gay menjijikan deh. Oh atau lo juga sama menjijikannya kek dia, hah?!" Irene yang tambah marah karena Luhan menghentikan aksinya itu mulai berteriak kencang.
Saat suasana semakin memanas dan para pegawai lainnya yang berbisik riuh mulai terdengar, tiba-tiba ruang seolah berhenti serempak. Mereka menyadari seseorang memasuki ruang kerja mereka. Terasa suasananya dingin dan mereka membeku diam saat melihat wajah orang itu dengan tatapan yang menusuk.
"Apa yang kalian lakukan disini?" ucap Chanyeol dingin, satu-satu wajah pegawainya ia lihat, "Jika memang kalian mempunyai waktu untuk bersantai, lebih baik pulang dan jangan kembali lagi."
Satu kalimat terakhir itu berhasil membuat kerumunan pegawai itu langsung membubarkan diri dan mulai bekerja di meja masing-masing, yang tersisa disana hanya Baekhyun, Irene dan Luhan saja.
"Tuan Direktur." Irene tersenyum manis ke arah atasannya itu membuat Luhan membuat wajah seolah-olah muntah karena kemunafikan perempuan satu itu.
"Katakan padaku, apa yang terjadi hingga kalian tidak berada di meja kalian?" suara tegas Chanyeol membuat Baekhyun ketakutan. Bukan hanya suaranya saja, tetapi bau tubuhnya membuat Baekhyun harus berjuang keras untuk berfikir rasional.
"OB menjijikan ini sudah menghilangkan laporan keuangan yang saya buat Tuan. Lebih baik pecat saja dia!" kata Irene dengan wajah seolah-olah jika ia terus berdekatan dengan Baekhyun membuatnya mendapatkan kesialan.
"apa benar .. Byun Baekhyun?" tanya Chanyeol setelah ia melihat tag nama di seragam kerjanya. Ia tidak bisa melihat wajah Baekhyun dengan jelas karena anak itu terus saja merundukan kepalanya.
"Ti-tidak pak, sa-saya me-melakukannya pak." Tubuh Baekhyun bergetar ketakutan, telapak tangannya mulai basah dan pelipisnya basah karena keringat. ia berdoa dalam hati agar bosnya ini mau mendengarkan penjelasannya dan tidak akan memecatnya.
"Alaah, udah deh gak usah banyak bacot! Ngaku aja bangsat." Serang Irene saat melihat Baekhyun yang berani melawannya. Tetapi Luhan siap berada di samping Baekhyun.
Chanyeol tak sabar dan mengangkat telunjuknya, menyuruh Irene diam.
"Lalu, kenapa Irene bisa berkata kalau kamu yang melakukannya?" tanya Chanyeol lagi, sebenarnya ia hanya ingin memastikan seperti apa wajah dari pegawainya ini. Ia tidak pernah tau siapa saja yang akan bekerja di perusahaannya karena bukan dia yang bertugas untuk menyeleksi pegawai baru kan. Jadi ia hanya merasa sedikit penasaran - oke, mungkin banyak.
"Sa-saya juga ti-tidak tau pak. Sa-saya memang tidak membersihkan meja nona Irene hari ini dan sa-saya juga tidak melihat kertas itu." Baekhyun akhirnya memberanikan diri untuk melihat ke arah wajah bosnya itu. Tetapi yang ia lihat bukannya wajah marah atasannya. Tetapi wajah yang bingung dan kosong?
Chanyeol yang ter-distract akan wajah Baekhyun akhirnya mulai sadar. Ia berdehem, mencoba mengembalikan suaranya.
"Saya akan memaafkan kejadian kali ini, untuk kamu-" Chanyeol melihat ke arah Baekhyun, "berhati-hati dengan pekerjaan orang lain, mungkin bagi kamu itu hanya kertas kecil ataupun lainnya, tetapi bisa jadi itu sangat penting bagi mereka." Wajah Chanyeol menyiratkan sedikit kebingungan, tetapi matanya memandang Baekhyun dengan sebuah pandangan yang tidak bisa dijabarkan oleh Baekhyun sendiri.
"Sedangkan untukmu." Suara Chanyeol kembali dingin dan tegas, membuat Irene kaget. "Saya tidak ingin mendengar atau mendapati pegawai perusahaan ini mempunyai attitude buruk seperti preman tak berpendidikan. Jaga ucapan dan bahasamu jika masih ingin bekerja disini."
Tanpa menunggu jawaban dari Irene, Chanyeol berjalan menjauh dan memasuki ruang kerjanya. Sedangkan Luhan mulai menarik Baekhyun menjauh karena Irene mulai berkata pedas lagi padanya setelah melihat Chanyeol menghilang di balik pintu ruangan.
****
"Jangan dengarkan perkataan si nenek sihir itu Baekki, hmm." Ucap lembut Luhan sambil menenangkan Baekhyun yang gemetar.
"hiks ta-tapi aku takut hiks Lu-luhan.." isak tangis Baekhyun pecah saat mereka sampai di ruang pantry.
"hush.. sudah jangan menangis hmm.. wajahmu nanti bisa bengkak baby." Luhan masih setia mengusap punggung Baekhyun sedangkan Baekhyun menangis di pelukannya.
****
"Sial, bagaimana wajahnya begitu manis dan menggiurkan?! Arrggghhh gue bisa-bisa gila karenanya!"
Chanyeol menghempaskan pantatnya pada sofa yang berada di dalam ruang kerjanya. Ia masih saja membayangkan wajah ketakutan Baekhyun yang menurutnya manis dan seakan-akan memohon padanya.
"ENGGAK! Jangan Chanyeol! Dia itu bawahan lo!"
Bayangan wajah Baekhyun dengan mata yang berair dan tatapan yang polos itu membuat kesadaran dan kewarasan Chanyeol diambang batas. Ia harus cepat-cepat pergi dari sana sebelum ia melakukan tindakan yang senonoh di kantor apalagi dengan pegawainya sendiri.
Sesaat wajahnya kembali dingin saat ia mengingat sikap Irene yang berani-beraninya berkata kasar pada Baekhyun walaupun ia, bosnya, berada di depannya.
"Argggggggghhh tapi wajahnya itu imut sekali seperti puppy! Yaampun, gue lama-lama gilaaaa!"
Dan ia kembali menggila karena membayangkan wajah Baekhyun, kekeke~
ns 15.158.61.41da2