"Yang bener aja kamu, masa aku coli di sini?" Indra menatapku kesal. Tangannya terkepal.
"Mumpung ada tontonan yang asik," kataku sambil menepuk pantat Mama. "Kamu pasti sange lihat ibuku."
"Ya nggaklah!" seru Indra.
"Mulutmu beda sama kontolmu." Kutunjuk tonjolan besar di selangkangan Indra. Ia melihat ke bawah, lalu menutupi tonjolan itu dengan kedua tangannya.
"Ini wajar saja karena aku cowok," kata Indra.
"Daripada coli sambil ngayal, mending coli depan ibuku," kataku. "Gimana Ma?"
Mama menundukkan kepala. "Boleh saja. Mama tahu di usia kalian pasti hasratnya meledak-ledak. Gak ada salahnya masturbasi."
Kedua kaki Indra merapat. "Ta-tapi apa bener saya boleh coli di depan Ibu?"
Mama mengangguk. "Sekalian buat kamu belajar anatomi tubuh wanita."
Tahu-tahu celana Indra sudah melorot. Napasnya mendengus-dengus. Kedua matanya menatap tajam ke Mama. Kontolnya menjulang kaku, siap membuahi siapa saja di depannya.
"Saya udah gak tahan lagi!" serunya. Ia menggenggam batang kontolnya yang mengeras, lalu mengocoknya cepat-cepat.
"Uh, Bu Kepala Sekolah seksi banget!" serunya sambil terus mengocok.
Tanpa diperintah, Mama duduk di atas tanah. Kedua kakinya terkangkang. Bibir memeknya ikut melebar.
Aku tersenyum bangga. Pelan tapi pasti, wanita mana pun pasti akan nakal kalau dikasih kesempatan.
Pemandangan seksi di depannya membuat kontol Indra semakin memerah. Urat-urat di batang kontolnya mengejang. Kocokannya semakin cepat. Sebentar saja, pejuhnya bermuncratan keluar.
"Aduh enaknya!" erang Indra.
Aku mengipas-ngipas memek Mama dengan tangan. "Udahan? Gak mau coba memek ibuku?" tanyaku ke Indra.
Indra mengurut kontolnya yang masih keras. "Yang bener?"
"Sekali-sekali gak apa-apalah," kataku. "Jarang loh ada kesempatan kayak gini."
"Tapi itu ibu kamu," ujar Indra. Matanya menatap lurus ke memek Mama yang berwarna kecokelatan.
"Seks bagus buat melatih kedewasan. Iya 'kan Ma?" ujarku sambil melirik ke Mama.
Mama mengangguk. Kedua pahanya terkangkang lebih lebar. "Gimana Indra? Mau melatih kedewasaan kamu?"
Kontol Indra yang tadinya sudah agak loyo mulai mengeras lagi. Ia bolak-balik menatap aku dan Mama.
"Mau!" serunya.
Kena juga dia akhirnya, pikirku.
Indra mendekati Mama sambil mengocok kontolnya. Begitu dekat, Mama meraih kontol Indra lalu mengocoknya.
"Gimana? Enak?" tanya Mama.
Indra memalingkan muka. Tampaknya ia malu-malu. "Enak banget Bu."
Tangan kanan Mama mengocok kontol Indra, sementara tangan kirinya mengusap-usap buah zakar yang bergelantungan di bawah kontol Indra.
"Aduh, aduh." Indra mendesah dengan mata tertutup. Pikiran anak itu pasti sudah terbang tinggi melintasi cakrawala.
Mama mengecup kepala kontol Indra. Ia membuka mulut, kemudian memasukkan batal kontol remaja tanggung itu ke mulutnya.
“Ah enak banget Bu!” seru Indra. Ia memegang kepala Mama kuat-kuat sampai jilbab Mama tertarik ke atas.
Kepala Mama bergerak maju mundur. Batang kontol Indra basah oleh liur Mama. Lidah Mama bergelayut di batang kontol Indra yang berurat.
“Saya mau keluar lagi!” erang Indra. Ia menekan kepala Mama sampai seluruh batang kontolnya tenggelam di mulut Mama. Otot-otot badannya mengejang. Tak lama kemudian, otot-otot badannya melemas. Ia mencabut batang kontolnya dari mulut Mama. Kepala kontolnya berlumuran pejuh. Sebagian pejuh itu berceceran di bibir Mama.
Mama mendongak. Lehernya bergerak menelan pejuh di mulutnya.
Kutepuk-tepuk kepala Mama. “Mama pinter,” pujiku.
Indra terduduk lemas di atas tanah. Kontolnya menggelantung sampai ujungnya menyentuh tanah. Kedua matanya masih terpejam. Ia masih menikmati sensasi yang baru saja ia rasakan.
“Wah gila,” komentarnya setelah setengah sadar.
“Gimana? Masih mau?” tanyaku sambil menepuk memek Mama.
“Mau istirahat dulu deh. Capek bener,” ujar Indra.
“Lemah amat. Baru juga disepong,” ejekku. “Cobain nih memeknya. Lebih enak daripada mulut.”
Kubuka memek Mama lebar-lebar dengan jari tanganku. “Masih basah dan hangat. Rugi kalau gak dicoba sekarang.”
“Tapi capek banget nih,” keluh Indra.
“Ma, bangkitin lagi dong semangatnya,” kataku.
Mama menghela napas panjang, kemudian merangkak mendekati Indra.
“Loh Bu Kepala Sekolah mau apa?” Indra kebingungan.
“Udah kamu santai saja,” kata Mama sambil memegang batang kontol Indra yang terkulai lemas.
Mama melangkahi Indra, lalu duduk di atas kontolnya. Memeknya digesek-gesek ke kontol Indra. Jembut mereka saling bersatu padu.
"Ugh!" erang Indra. Ia memegang pinggang Mama. Kontol yang tadinya lemas, pelan-pelan mulai merangkak naik.
Mama menggesek memeknya maju mundur. Mungkin karena sudah insting alamiah manusia, pinggul Indra ikut bergerak maju mundur meski gerakannya terbatas karena ia dalam posisi duduk.
Aku ikut berjongkok sambil menyaksikan mereka. Kontolku ikut mengeras karena melihat goyangan pinggul Mama yang meliuk-liuk menggairahkan. Rasanya ingin bergabung sama mereka, tapi khusus hari ini aku membiarkan sahabatku menikmati Mama seorang diri.
Sekitar sepuluh menit kemudian, kontol Indra sudah menemukan semangat hidup kembali. Meski tidak sekeras sebelumnya, tapi kadar kekerasan kontol itu sudah cukup buat menerobos memek.
Mama sedikit menaikkan pinggulnya sampai melewati kontol di bawahnya. Memek Mama terbuka, siap mencaplok kepala kontol di bawahnya. Pelan tapi pasti, Mama menurunkan pantatnya. Kontol Indra tertelan memek Mama.
"Ah ini lebih enak," ujar Indra. Napasnya terengah-engah lagi.
Mama bergerak naik turun. Pantatnya yang tebal menimpa kedua paha Indra. Gesekan antara kulit dan keringat mereka menciptakan suara seperti kaki yang menginjak lumpur. Ceprat, ceprot, ceprat, ceprot.
Mama memeluk kepala Indra sampai kepala remaja itu terbenam di antara kedua teteknya. Indra balas memeluk pinggang Mama. Keduanya saling memeluk erat satu sama lain.
"Bu, saya mau keluar lagi," ujar Indra. Suaranya nyaris tidak terdengar karena seluruh wajahnya tertutup tetek Mama.
"Keluarkan saja, jangan ditahan," balas Mama.
"Tapi kalau Ibu hamil gimana dong?"
"Udah, itu kita pikirin nanti," kata Mama sambil melirikku.
Goyangan pinggul Mama semakin cepat, begitu pula gerakan pinggul Indra. Kaki Indra menjulur ke depan, mengejang sebentar, kemudian perlahan-lahan mengendur.
Indra menarik wajahnya keluar dari belahan tetek Mama. Seluruh wajahnya terlumuri keringat dari tetek Mama.
"Wah enak banget!" serunya.
Mama berdiri. Kontol Indra yang langsung tercabut keluar. Pejuh Indra merembes keluar dari sela-sela bibir memek Mama.
Indra merebahkan badan di atas tanah. Matanya terpejam dan bibirnya tersenyum. Dia baru saja menikmati rasanya jadi pria dewasa.
"Ibumu luar biasa," ujar Indra.
Aku menyiram memek Mama dengan air botol untuk membersihkan pejuh yang menempel. Walau sudah banyak mengentot hari ini, tampaknya Mama masih kuat berjalan.
"Kami mau lanjut nih. Kamu mau ikut gak?" tanyaku.
"Kalian duluan aja deh. Aku mau istirahat dulu. Asli, kakiku gak kuat lagi," ujar Indra. Ia menguap lebar, kemudian tertidur.
"Yah masih muda sudah lemah," kataku. "Ya sudah kami duluan dulu. Sampai ketemu di sekolah."
Karena harus melayani Indra, kami jadi jauh lagi dari rombongan.
ns 15.158.61.13da2