Mama harus ke sekolah karena pekerjaannya menumpuk selama ia membolos. Ia bangun sebelum adzan subuh berkumandang dan sudah duduk bersila di atas kasur dengan laptop di depan untuk mengerjakan laporan. Aku yang tidur di sebelahnya jadi ikut terbangun dan terpaksa menunggu matahari terbit buat sekalian pergi ke sekolah.
Sambil tidur-tiduran, aku mengedit beberapa video Mama. Memang lebih susah mengedit lewat smartphone, tapi aku masih malas pergi ke kamarku dan menyalakan komputer cuma buat mengedit video.
Beberapa bagian video yang goyang karena direkam sambil berjalan, kupotong. Bagian yang terlalu gelap, kucerahkan sampai enak dilihat. Aku tidak kuasa menahan tawa melihat wajah-wajah terkejut yang melihat Mama telanjang di depan mereka.
Kurangkul pinggang Mama yang berlipat karena lemak, sementara tanganku satunya masih mengedit video. Badan Mama masih wangi sabun dari mandi semalam. Yang bikin aku heran, meski Mama punya tubuh menggairahkan, ia mengaku sudah lama tidak berhubungan seks lagi dengan Papa. Padahal jika aku jadi Papa, sudah pasti aku mengentot Mama siang dan malam.
Membayangkan mengentot Mama saja sudah membuat kontolku bangkit dari tidurnya.
Kutaruh smartphone di sebelah bantalku. Pinggang Mama kurangkul dengan kedua tangan.
"Aduh jangan ganggu Mama dulu. Mama masih banyak kerjaan," ujar Mama tanpa berhenti mengetik.
Tanganku bergerilya ke dalam memeknya yang hangat. Mama jadi gelisah.
"Bangun tidur kuterus ngentot." Aku mendendangkan lagu. Kuciumi perut Mama yang mendingin karena terpapar AC semalaman.
Mama berusaha fokus mengetik. Matanya bergerak mengikuti barisan huruf yang muncul di layar.
Tanganku mendaki ke tetek Mama. Karena tidak memakai beha, teteknya melorot turun sampai pentilnya menyentuh perut yang terlipat. Aku pencet pentil yang seperti gumpalan karet itu sampai Mama mengernyitkan alis.
Tanganku bergerak menurun sampai ke pinggangnya. Kupeluk Mama erat-erat tangannya nyaris tenggelam di lipatan perutnya. Kakiku ikut bergerak melintasi kedua kakinya yang kini menjulur. Aku seperti sedang memeluk guling besar.
Laptop di pangkuan Mama nyaris jatuh ke samping karena badan Mama bergoyang saat aku memeluknya. Kuciumi pinggang Mama habis-habisan. Air liurku tercetak di pinggangnya.
Badan Mama bergetar karena menahan geli. Ciumanku bergerak dari pinggang menuju punggungnya, lalu sampai ke lehernya. Semakin tinggi bagian tubuh yang kucapai, semakin bergetar pula badannya. Kedua sikunya ikut bergerak menekan badanku seolah ingin mengusirku supaya berhenti mengganggunya.
"Nak, jangan ganggu Mama dulu. Mama masih banyak kerjaan," ujar Mama lirih.
"Susah buat gak gangguin Mama." Aku terus menciumi leher Mama. Tanganku meremas kedua teteknya dari belakang. Mama sedikit membungkuk karena badanku menekan badannya.
Sembari tangan kiriku masih meremas teteknya, tangan kananku turun kembali ke memeknya. Jari telunjuk dan jari tengahku menusuk lubang memeknya yang mulai basah. Mama mendesah lirih saat kedua jari nakalku menjelajah lubang kenikmatan itu sampai ke dalam.
"Mama juga lagi pengen 'kan? Ngaku aja deh," bisikku di telinganya.
"Sampai sekarang Mama masih anggap hubungan kita gak wajar." Ia meringis menahan geli. "Mau bagaimanapun, kita masih ibu dan anak."
"Kita memang ibu dan anak. Tapi Mama adalah budakku dan aku majikan Mama." Kugerakkan ujung kedua jariku di memeknya. Gerakan itu membuatnya memekik lirih. "Budak harus patuh ke majikan, apa pun perintahnya."
Mama berhenti mengetik. Layar laptop menampilkan lembar kerja yang harus diisi. Sekilas, layarnya memantulkan bayangan kami yang sedang bercumbu.
"Tetek Mama mantep bener," pujiku sambil mencubit pentilnya yang mengeras. "Meski Mama gak suka, tapi badan Mama tetep suka diginiin."
"Mau sampai kapan kamu ganggu Mama?" Mama mulai menangis.
"Selamanya dong."
"Hhhhmmmm!" Mama mengerang pelan.
Kucabut jariku dari memeknya. Badanku mulai panas seperti demam. Mama tidak melawan ketika laptop di pangkuannya kupindah ke meja.
Badan Mama kudorong sampai ia terlentang di kasur. Tangan kananku memegang erat kedua pergelangan tangannya yang terjulur ke atas. Kujilat ketiak Mama yang terasa sedikit asam, tapi wangi deodoran yang dikenakannya semalam. Ia menggelinjang ketika ujung lidahku bergerilya di setiap lekukan ketiaknya.
Mulut Mama terbuka seolah hendak mengerang, tapi aku segera mengulum bibirnya. Ia megap-megap kesulitan bernapa, tapi kemudian hidungnya segera beradaptasi. Kupeluk Mama erat-erat sambil terus menciumnya.
Adegan sensual itu bikin batang kontolku luar biasa mengeras. Kepala kontolku yang bulat menabrak perut Mama setiap kali aku bergerak menciumnya.
Kami berciuman sekitar sepuluh menit. Memek Mama basah kuyup oleh cairannya sendiri. Aku memeriksanya dengan tanganku.
Kurasa memek Mama sudah siap menerima asupan pejuh pagi ini. Aku berhenti menciumnya dan duduk bertumpu kedua lututku. Urat-urat batang kontolku begitu menonjol sehingga menyerupai batang kayu.
"Aduh!" Mama mengerang pelan saat aku menindihnya. Kepala kontolku menancap mulus ke dalam memeknya yang licin.
Sambil tetap menindihnya, pinggangku bergerak maju mundur. Rupanya agak sulit memompa memeknya dalam posisi begitu, jadi aku sedikit menumpu berat badanku dengan kedua lututku. Pinggangku jadi lebih bebas bergerak dan kontolku menelusup keluar masuk di memeknya dengan kecepatan tinggi.
"Uh! Uh! Uh!" erangan Mama bergema di kamar.
"Mama gak pernah dikentot Papa seperti ini 'kan?" Kutampar bolak-balik kedua teteknya. Kantung susu itu bergoyang-goyang seperti agar-agar super besar.
Kontolku kian mengeras seperti batang pohon. Kepala kontolnya berdenyut-denyut. Pertanda siap menyemburkan jutaan benih ke rahim Mama.
Dalam sekali gesekan, kontolku menyemburkan pejuh kental ke dalam memek Mama. Kurasakan otot-otot di sekujur badan Mama mengejang seolah-olah ditarik dari ujung ke ujung, lalu perlahan-lahan mengendur, dan akhirnya normal kembali.
Aku merebahkan diri di sebelah Mama. Kontolku masih diselimuti pejuh kental.
"Ma, bersihin pejuh di kontolku dong," kataku sambil menepuk perut Mama. "Bersihin pakai mulut Mama."
Tanpa dipaksa, Mama merangkak ke selangkanganku. Kurasakan hembusan napasnya yang memburu di batang kontolku. Badanku jadi merinding geli.
Dalam sekali lahapan, seluruh batang kontolku lenyap di mulut Mama. Begitu ia menaikkan mulutnya, batang kontolku langsung bersih dari pejuh yang menempel.
"Enak banget Ma!" Kutekan kepalanya supaya tetap menyedot kontolku. Kakiku mengejang karena menahan geli. Lidah Mama bergerak mengelilingi batang kontolku. Geli tapi nagih.
Batang kontolku semakin mengeras, lalu menyemprot pejuh ke mulut Mama.
"Hhmmm!" Ia tersentak kaget saat pejuhku memenuhi mulutnya.
"Habiskan itu ya," kataku.
Mama menjilat-jilat batang kontolku sampai bersih. Tidak cuma batang kontolku saja yang dibersihkan, kedua bijiku juga dijilat bersih.
"Terima kasih Mama." Kuelus rambutnya yang sedikit berantakan.
Mama duduk sambil mengelap ceceran pejuh yang menempel di sudut bibirnya dengan tangan. Ia tidak mengatakan apa-apa saat memangku laptopnya dan balik bekerja.
Sinar matahari mengintip di sela-sela gorden. Mama menutup laptop dan bergegas ke kamar mandi. Aku masih mengedit video sembari menunggu Mama selesai mandi.
Sepuluh menit kemudian, Mama sudah selesai mandi dan berdiri di depanku sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.
"Mama udah siap latihan hari ini?" tanyaku sambil tersenyum.
ns 15.158.61.20da2