Kurasakan sinar matahari pagi tepat di wajahku membuat bibirku tersenyum kuangangkat tanganku untuk meregangkan badanku setelah tidur . membuka mataku dan buru-buru berlari ke bawah untuk bersiap-siap, ini adalah hari pendaftaran.setelah memakai baju kesukaanku menyisir rambutku yang bewarna coklat tua bersinar aku memasukan buku tulis dan barang yang ingin aku bawa termasuk barang terspecial bagiku, tongkat sihir.
Aku berlari dengan semangat ke tempat sepatu dan memakai sepatu sambil melihat-lihat orang yang ada di rumah dan tak ada satupun orang di rumuh dan kupikir mungkin ibu ayah mereka sibuk. Itu sudah biasa ibu dan ayah selalu bekerja mulai pagi hingga malam sampai-sampai aku tak pernah melihat mereka ada di rumah ibu tak pernah meninggalkan makanan untukku,pesan untukku ataupun ucapan hati-hati dijalan saat ibu senggang dan melihatku akan pergi ke suatu tempat. Aku tak pernah berbicara dengan mereka oh maksudku orang tuaku sekedar bercerita tentang sekolahku aku tak pernah merasakan itu dari mereka seperti seakan aku tak mempunyai orang tua dan hidup sendiri di sini. Aku menunduk memikirkan itu mengeratkan pegangan tanganku yang memengang legan tas dan sedikit menghelang napas.
“aku pergi” suara teriakanku pun bergema seperti berteriak dalam gua tak ada jawaban dan hanya pantulan suara yang menjawabnya ku tutup pintu rumah dan melihat telapak tanganku yang berbekas suntikan pengaman yang bernama Oscar itu , dan mengingat wajah pengaman itu. kugenggam lengan tasku lagi dan berlari dengan semangat kearah jalan yang ramai oleh beberapa orang yang lalu lalang. Aku berusaha menyelip sambil melihat lihat jalan yang kosong di saat semua orang sibuk dengan langkah mereka sendiri , setelah menyelip dan memotong jalan orang lain aku berhasil sampai di stasiun kereta bawah tanah menuju sekolah sihir.saat masuk ke kereta tak ada tempat yang kosong terpaksa aku berdiri di kereta .
‘kalau kau tak melihat ini kau akan gagal percayalah’ ucap suatu suara yang membuatku melihat ke arah sumber suaranya saat kulihat lima anak seumuranku sedang duduk berkumpul dan orang yang berbicara tadi menunjukan kertas lecek ke teman di sebelahnya. ‘aku tak percaya, mereka akan selalu mengubah soalnya setiap tahun dan tak pernah bocor kepada siapapun percayalah’ balas anak paling ujung dari mereka itu. Aku terus memperhatikan mereka dan memasang telingaku dengan tajam karena ku kira mereka sedang merencanakan soal tes itu dan salah satu dari mereka mengajak temanya untuk menyontek soal tes. Saat aku sedang focus salah satu dari mereka menatapku membuatku terkejut dia pun langsun membisikan ke teman yang lainya seketika yang lainya menatapku dengan curiga mereka merapat duduknya dan mengecilkan suara hingga aku tak bisa mendengarkan apa-apa. Mungkin arti bisikan itu “lihat ada yang mendengarkan kita diamlah” kurang lebih seperti itu dan aku paling benci melihat orang berbisik.
Aku mengalihkan pandangan ke jendela saat aku ketahuan menguping , kulihat jendela kereta dan menatap damai saat melihat hamparan rumput hijau dan hutan dari kejauhan , benar apa kata bibi ‘lihatlah warna hijau dan mereka akan menengkanmu” aku tersenyum saat mengingat itu bibi bicara seperti itu saat aku sakit dan ibu ayahku sibuk dengan pekerjaanya hingga membuatku marah dan akhirna ibu memanggil bibi ku datang ke rumah untuk merawatku dia bibi yang penyayang.
Kereta berhenti aku keluar dari kereta dan berlari dengan semangat saat naik anak tangga hingga aku sampai di depan gerbang dan terdiam sejenak sambil menatap kagum kearah gedung sekolah , benar-benar persis seperti yang di katakana orang-orang sekolah ini besar dan indah kulihat luas tanahnya hampir berpuluh puluh kali lipat dari rumahku dan ukiran bunga dan lekukan artistic di dinding coklat gedung itu membuat siapapun akan terkagum melihatnya.
Aku berlari ke dalam hingga ku temui antrian di tiap jurusan untuk kemampuan sihir. “ini saatnya memilih”.
ns 15.158.61.43da2