![](https://static.penana.com/images/chapter/642045/dP_B7B0561A-AE61-477B-A761-B77C2FF6C084.png)
Devina yang sudah dibawa keluar istana, bingung dan tak tahu harus berbuat apa. “Aduh, dasar mulutku ini,” katanya sambil menjambak-jambak rambutnya, lalu melihat langit yang sudah mulai gelap. “Sepertinya waktu di sini berbeda dengan di rumah. Lalu malam ini aku beristirahat di mana?” tanyanya mulai khawatir. Lalu setelah berpikir cukup lama, Devina memutuskan untuk mencoba mencari tempat istirahat malam ini. Devina menghela napas lalu berjalan menuju kota, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari istana. Kota tersebut sangat besar dan dipenuhi oleh banyak orang. Namun, di samping itu semua, Devina malah merasa tidak nyaman dan gelisah karena dari tadi ada orang memakai baju serba hitam mengikutinya. Devina mencoba mempercepat jalannya agar menjauh dari orang itu. Tapi gara-gara terlalu fokus memastikan orang misterius itu yang berada di belakangnya, Devina hampir tertabrak dengan sekumpulan orang-orang di depannya. Ternyata di depan sana sedang berlangsung sebuah festival. Karena saking ramainya, Devina jadi tidak bisa lewat, Devina mencoba memperhatikan sekeliling, mencoba mencari jalan lain yang bisa dilewati.
“Aduh, pakai ada acara beginian lagi. Aku kan jadi nggak bisa lewat kalau begini.” keluh Devina sambil mencari-cari jalan.
Ia mencoba menoleh ke kanan lalu ke kiri, dan di sana ia melihat sebuah jalan kecil yang bisa ia lewati.
“Nah, itu dial” ucap Devina, senang menemukan jalan lain.
Namun, seketika ia ragu untuk melewatinya, karena jalan itu gelap dan sepi. Tapi setelah melihat ke belakang dan melihat orang misterius itu yang sudah sangat dekat, Devina terpaksa melewati jalan tersebut. “Gawat, orang itu sudah mendekat,” gumam Devina di dalam hati sambil mengacak-ngacak rambutnya sendiri. Devina bingung harus melakukan apa. “Ah, ya sudahlah, coba-coba aja. Semoga saja tidak ada kejadian yang tidak-tidak.” lanjutnya, lalu berjalan masuk ke gang gelap itu. Devina pun bersembunyi di belakang tumpukan box-box kosong yang menggunung di sisi gang gelap itu. Devina bersembunyi di belakangnya sambil sedikit-sedikit mengintip. Setelah beberapa menit kemudian, “Sepertinya orang itu sudah tidak ada.” gumam Devina, lalu perlahan-lahan ia berdiri, sambil tetap fokus melihat keadaan di depannya. Sampai-sampai Devina kita sadar kalau ada orang lain di belakangnya. Orang itu menghampiri Devina dari belakang. Devina yang sama sekali tidak menyadarinya, dibawa kabur olehnya. Awalnya Devina meronta-ronta mencoba untuk kabur. Tapi kerena tenaga orang itu lebih besar dari padanya, Devina tidak mampu melakukan apapun. Ditambah, orang itu memberikan Devina obat bius. Devina pun pingsan dan berhasil dibawa kabur orang itu.
ns 15.158.61.16da2