Setelah hampir setengah jam Devina tertidur, akhirnya ia kembali terbangun oleh karena suara pintu balkon yang terbanting dengan keras.
“Astaga, suara apa itu?” tanya Devina, panik, lalu segera mencari sumber suaranya. “Oh, ternyata cuma suara pintu. Kirain apa.” kata Devina sambil turun dari kasur tersebut dan berjalan menuju pintu balkon. Saat Devina hendak menutup pintu, tiba-tiba dari arah atas, ada yang melempar sebuah benda berbentuk lingkaran seperti benda yang diambil oleh Irfan tadi. Namun, ukurannya lebih besar dan benda yang berbentuk seperti bola itu masuk ke dalam kamar. Kerena terlempar, bola itu pecah dan mengeluarkan semacam gas. Gara-gara gas itu, Devina jadi batuk-batuk. “A-apa ini?” tanya Devina, lalu membuka pintu balkon menjadi semakin lebar, agar gasnya bisa keluar dengan sendirinya.
Untungnya, tidak membutuhkan waktu yang lama, semua gas yang ada di dalam kamar sudah hilang. “Akhirnya hilang juga asapnya.” kata Devina sambil menutup kembali pintu balkon. Setelah selesai, tiba-tiba saja, kepala Devina terasa pusing. “Aduh, kepalaku.” keluhnya sambil memegangi kepalanya. Di saat yang sama, pintu masuk kamar itu terbuka, membuat Devina menoleh ke arahnya karena panik.
Dari pandangan Devina, dibalik pintu ada seorang yang sedang bersembunyi. “Siapa itu?” tanya Devina sambil mengucak-ucak matanya, lalu mencoba melihatnya sekali lagi. Namun, orang itu sudah berlari. Di saat yang sama, saat orang itu berlari, Devina bisa melihat, walaupun tidak jelas, kalau sosok itu adalah ibunya.
“A-pakah itu mamah?” tanya Devina terkejut melihat sesosok orang itu yang mirip Putri Syafira.
“Mamah, tunggu!” Devina mengejar orang itu dan mengingkari janjinya dengan Irfan. “Tunggu!” kata Devina sambil berlari mengejar perempuan dewasa yang menggunakan jubah hitam yang menutupi seluruh bagian tubuhnya, kecuali mukanya, yang diduga Devina adalah Putri Syafira, atau ibunya. Perempuan itu berlari dengan sangat cepat, Devina sampai tak bisa mengejarnya. Perempuan itu berbelok ke kanan saat di perempatan lorong istana. Devina yang tidak ingin kehilangan jejaknya, mempercepat larinya dan ikut berbelok ke kanan. Saat itu keadaan istanah sedang sepi. Hampir semua pengawal sedang sibuk mengamankan penduduk. Hal itu mempermudah Devina untuk mengejar perempuan itu dan mempermudah perempuan itu untuk berlari. Devina bisa melihat perempuan itu yang sudah sampai di sebuah ruangan dan masuk ke dalam. Awalnya Devina ingin langsung masuk, tapi karena kehabisan nafas, Ia pun berhenti sejenak di depan pintunya. Setelah nafasnya kembali normal, Devina ingin membuka pintunya dan melihat ke dalam, namun karena tidak berani melakukannya secara gegabah. Devina hanya membukanya sedikit, lalu mengintip dari sana. Di dalam Devina bisa melihat Raja Danis yang sedang mengambil sebuah pedang dari lantai.
“Lah! Bukannya itu Raja Danis? Apa yang sedang dilakukan beliau?” tanya Devina. Karena penasaran, Devina perlahan dan mencoba untuk tidak mengeluarkan suara, membuka pintunya sedikit lagi, supaya bisa melihat ke dalam lebih jelas. Setelah pintu sudah ia buka, Devina bisa melihat 5 pengawal yang babak belur dan seseorang berjubah hitam. Lengan kirinya berlumuran darah. Devina mengucek matanya sekali lagi, karena tiba-tiba saja terasa sakit. Ia kembali melihat ke dalam, namun berbeda dari tadi, Devina bisa melihat orang dengan jumlah hitam itu adalah Putri Syafira.
“Ma-mama?” Devina terkejut.
Di saat yang sama, pedang pun ditebas Raja Danis menunjuk Putri Syafira. Devina tidak bisa tinggal diam, ia yang sangat marah, menerobos pintu dan tiba-tiba saja kekuatan sihir kuat muncul dari dirinya. Bahkan sampai membuat segala hal di sekitarnya berterbangan.
“Siapa kau? Kenapa kau masuk ke istana ini?” tanya Raja Danis.
Devina tidak menjawab. Tubuh Devina mengeluarkan cahaya keemasan dan dengan kekuatannya, ia mengangkat Raja Danis.
“Apa yang kau lakukan pada mamah?” tanya Devina. Suaranya terdengar berat. “Siapa kau? Kenapa kau berani memperlakukan aku seperti ini? Kau tahu siapa aku?! Aku adalah raja dari kerajaan ini, kerajaan-” Belum selesai Raja Danis berbicara, Devina sudah memotongnya. “Berisik!” sengit Devina, lalu mencekik leher Raja Danis menggunakan kekuatannya.
“Lepaskan!” perintah Raja Danis.
“Apa yang kau lakukan ke mamah?” Devina sudah mencapai batas. Kerena itu, kekuatannya jadi tidak terkendali, membuat barang-barang di sekitarnya berterbangan.
ns 15.158.61.17da2