Setelah 10 menit, akhirnya Pangeran Aditya, Pangeran Farenza, dan Devina, sudah duduk manis di sofa di pojok ruangan tersebut sambil meminum teh dan memakan biskuit.
“Baiklah, sesuai janjiku tadi, akan aku ceritakan kebenaran tentang Yang Mulia Putri Syafira.” Pangeran Farenza awalnya santai sambil menikmati tehnya, seketika menjadi fokus. Devina pun yang sedang asyik memakan biskuit, berhenti dan membuka mata dan telinganya lebar-lebar agar bisa mendengarkan penjelasan Pangeran Farenza dengan baik.
“Ini semua terjadi 16 tahun yang lalu. Pada saat itu, aku masih berumur 3 tahun. Namun, kejadian itu terus diceritakan oleh orang-orang di seluruh di seluruh kerajaan Celestia.”
“Jadi maksudnya, cerita ini tentang mamah sudah tersebar satu kerajaan?” tebak Devina.
“Tentu saja, kerena hal yang dilakukan Putri Syafira benar-benar hal yang besar dan seharusnya tidak dilakukan di sini.” kata Pangeran Aditya.
“Apakah separah itu?” tanya Devina tak percaya.
“Untuk dunia ini, sangat parah.” jawab Pangeran Farenza.
“Lalu perbuatan apa yang dilakukan mamah itu?” tanya Devina sangat penasaran. “Sang Putri menikah dengan seorang prajurit kerajaan.” jawab Pangeran Farenza.
“Dan prajurit itu adalah ayahmu, Agus.” lanjut Pangeran Aditya.
“Cuma itu doang?” tanya Devina yang berekspektasi sesuatu yang lebih parah. “Seperti yang kau bilang tadi, hal ini tergolong sangat parah di sini.” ulang Pangeran Farenza.
“Masa iya sih?” Devina masih belum percaya.
“Untuk dunia kami, pernikahan berbeda status itu digolongkan sebagai perilaku tercela.” jawab Pangeran Aditya.
“Kenapa begitu?” tanya Devina.
“Kerena jika kau menikahi orang yang statusnya lebih rendah daripadamu, itu akan membuat statusmu turun.” jelas Pangeran Farenza dilanjutkan oleh penjelasan dari pangeran Aditya. “Dan tentu saja itu tidak boleh terjadi. Apa lagi Putri Syafira adalah penerus kerajaan ini. Kalau tiba-tiba ia menikah dengan orang yang berstatus lebih rendah darinya, itu artinya tuan putri harus melepaskan statusnya dan jabatannya sebagai menerus bangsa.”
“Jika memang cuma itu doang alasannya dan kalau memang mamah sangat mencintai papah, harusnya itu bukan masalah besar.” kata Devina.
“Tapi bukan hanya melepaskan statusnya, tuan putri juga harus diasingkan ke pulau terpencil. Itu adalah syarat dari Raja Danis.” jawab Pangeran Aditya.
“Lah? Kenapa begitu?” tanya Devina tidak mengerti.
“Supaya status Keluarga kerajaan tidak terancam.” jawab Pangeran Farenza.
“Ha-hanya itu saja?” Devina tidak percaya.
“Tentu saja. Selain itu, juga berfungsi untuk melindungi tuan putri sendiri.” jawab Pangeran Aditya.
“Melindungi diri apa?” tanya Devina.
“Dari ancaman tuduhan para penduduk dan berbagai negara lain.” jawab Pangeran Aditya, membuat Devina tak bisa berkata-kata lagi.
“Tapi tentu saja Raja Danis menolaknya. Beliau tidak akan membiarkan Putri Syafira menikah dengan seorang yang berstatus lebih rendah daripada tuan putri.” jelas Pangeran Farenza.
“Jadi agar hubungan mereka tidak berlanjut, yang mulai memecat Agus, menyuruhnya pergi dari Celestia, dan mengasingkan diri.” lanjut Pangeran Aditya. “Ke-kejam sekali.” ucap Devina.
“Sebenarnya itu tidak kejam. Malah hukuman itu tergolong ringan.” kata Pangeran Aditya.
“Tidak kejam dari mana?!” tanya Devina.
“Kerena biasanya hukuman pengasingan diri itu adalah hukuman mati, atau minimal di penjara seumur hidup.” jelas Pangeran Farenza.
“A-apa?” Devina sampai gemeteran mendengarnya.
“Aku mengerti itu adalah hal yang menakutkan dan tidak bisa di duniamu. Tapi di dunia kita, itu sangat wajar.” jelas Pangeran Farenza. Devina tak tahu harus berkata apa lagi.
“Itu mengapa Putri Syafira memutuskan untuk kabur ke duniamu, supaya hubungannya dengan prajurit itu tidak berakhir,” kata Pangeran Aditya sambil mengambil biskuit lalu memakannya.
“Tentu saja berita tentang Putri Syafira memikirkan hubungan dengan prajurit itu kami coba tutupi. Tapi entah bagaimana bisa tersebar luas.” katanya lagi.
“Aku dengar dari Irfan, kalau kalian membutuhkan waktu 10 tahun untuk menemukan keberadaan mamah. Setelah itu membutuhkan 1 tahun lagi untuk menemukan portal teleportasi ke duniaku?” tanya Devina memastikan.
“Ya, itu benar.” jawab Pangeran Fahreza.
“Kenapa kalian membutuhkan waktu 10 tahun untuk menemukan keberadaan, sedangkan mamah hanya membutuhkan ya... paling lama sebulan?” tanya Devina mulai berani bertanya lagi.
“Fakta tentang putri mengetahui duniamu saja kami tidak tahu.” jawab Pangeran Aditya.
“Terus kenapa kalian yang jumlahnya berkali-kali lipat dari mamah bisa menemukan portalnya 1 tahun lamanya?” tanya Devina.
“Kerena ada Agus.” jawab Pangeran Farenza yang baru saja selesai meminum tehnya.
“Ada apa dengan papah?” tanya Devina.
“Walaupun bukan bangsawan, dia adalah pemilik kekuatan terbesar di kerajaan ini. Bahkan kekuatannya mengalahkan kami, para keluarga kerajaan sendiri.” jawab Pangeran Aditya.
“Oh iya?” Devina tidak percaya.
“Ditambah bantuan dari Tuan Putri, kekuatan mereka bisa sampai menghancurkan satu kotak sendiri.” jawab Pangeran Aditya lagi.
“Ah, masa?” tanya Devina.
“Beneran.” jawab Pangeran Aditya.
“Lalu apakah mamah punya adik?” tanya Devina tiba-tiba menanyakan topik yang lain.
“Tidak. Putri Syafira adalah anak tunggal.” jawab Pangeran Aditya.
“Lalu siapa yang akan naik tahta jika mamah tidak ada?” tanya Devina.
Pangeran Aditya menuju ke Pangeran Fareza, sambil berkata, “Dialah pewarisnya.” “Oh, ternyata bisa begitu ya.” kata Defina sambil menggaruk-garuk lehernya.
“Sampai Putri Syafira kembali” kata Pangeran Farenza.
“Itu juga kalau tuan putri mau.” tambah Pangeran Aditya.
“Itu benar juga sih,” lalu Pangeran Farenza menengok ke arah Devina. “Atau sampai kamu sudah cukup umur.” ujarnya lagi.
“Sa-saya?” Devina tak percaya.
“Tentu saja. Kau adalah pewaris tahta yang paling sah.” jawab Pangeran Fahreza. “Lalu bagaimana dengan anda?” tanya Devina kepada Pangeran Fahreza.
“Aku hanya seorang pengganti sampai diantara kalian naik tahta.” jawab Pangeran Farenza.
“Itu pun jika Raja Danis turun tahta.” jelas Pangeran Aditya.
“Bukannya penerus tahta seharusnya laki-laki?” tanya Devina.
“Memang ada beberapa negara yang membuat peraturan seperti itu. Namun, kerajaan kami tidak memperlakukannya. Laki-laki ataupun perempuan boleh menaiki tata jika mereka adalah waris yang sah.” jelas Pangeran Farenza.
“Tunggu sebentar, kalau begitu ceritanya, kalian tidak akan memaksa mamah untuk tinggal di sini kan?” tanya Devina.
“Kalau itu tergantung Raja Danis.” jawab pangeran Fahreza.
Lalu apakah kalian akan membantu saya mencari mamah?” tanya Devina.
Pangeran Fahreza dan Pangeran Aditya saling pandang, lalu mereka berdua tersenyum. “Memang itu tujuan kita.” jawab Pangeran Aditya.
“Oh, begitu. Syukurlah. Tapi ngomong-ngomong, kenapa kalian membawaku ke sini?” tanya Devina.
“Tentu saja untuk mengamankanmu.” jawab Pangeran Aditya.
“Lalu dari mana kalian tahu kalau mamah dan papah diculik?” tanya Devina.
“Kami tahu dari Irfan yang yang sudah mencari kalian sejak seminggu yang lalu.” jawab Pangeran Farenza.
“Tunggu sebentar, aku masih bingung. Kalian bilang kalian tahu dari Irfan?”
“Iya, itu benar. Lalu?” tanya balik Pangeran Aditya.
“Bagaimana caranya kalian tahu? Padahal Irfan baru saja sampai di sini bersamaku. Atau sebelumnya sudah?” tanya Devina.
“Memang benar kalau Irfan baru sampai hari ini bersamamu. Lalu cara kamu tahu informasi tentang Putri Syafira dan Agus karena kami punya semacam alat yang bisa membuat kami saling berhubungan.” jelas Pangeran Aditya.
“Alat macam apa itu?” tanya Devina.
Pangeran Aditya mengambil sebuah kalung di balik kerah bajunya dan memperlihatkannya kepada Devina. “Ini alatnya.” katanya. Sebuah berlian yang diikat dengan tali. “Berlian ini adalah alat kita untuk saling berhubungan. Dengan ini kami bisa saling mengetahui keadaan orang yang memakainya.” jelas Pangeran Aditya.
“Ohhhh, seperti handphone ya?” tanya Devina sambil melihat berlian tersebut. “Handpone? Apa itu?” tanya Pangeran Aditya.
“Hmmm, alat yang digunakan untuk menelpon orang lain.” jawab Devina.
“Aku benar-benar tidak mengerti apa yang kau katakan tadi.” kata Pangeran Aditya.
“Ya sudahlah, lupakan saja.” Devina kesulitan menjelaskannya.
“Ba-baiklah.” Pangeran Aditya hanya menggaruk-garuk lehernya.
“Biasanya ini diberikan ke setiap anggota keluarga kerajaan.” jelas Pangeran Farenza.
“Biasanya?” tanya Devina.
“Kadang ada sih yang tidak dapat.” jelasnya lagi.
“Dengan kekuatan permata ini, Irfan bisa memberitahukan kami bahwa dia sudah bertemu denganmu dan akan membawamu ke sini.” jelas Pangeran Aditya. “Tunggu-tunggu, tadi kalian bilang dengan kekuatan permata ini, kalian bisa saling menghubungi satu sama lain. Lalu apakah mamah juga punya kalung ini?” tanya Devina.
“Ya, tuan putri punya.” jawab Pangeran Aditya.
“Dan itulah alasan Irfan pergi ke duniamu dan akhirnya mencari tuan putri.” jelas Pangeran Farenza.
“Maksudnya?” tanya Devina tidak mengerti.
“Setelah hampir 16 tahun tidak ada kabar, akhirnya, seminggu yang lalu tuan putri menghubungi kami dan meminta tolong pada aku, Aditya, dan Irfan untuk membantunya.” jelas Pangeran Fareza.
“Membantu soal apa?” tanya Devina.
“ Kami tidak tahu. Kerena saat kami mencoba menghubungi tuan putri lagi, kalungnya sudah tidak aktif. Hal yang terakhir tuan putri katakan saat mencoba menghubungi kami adalah memberi kami sebuah lokali.” jawab Pangeran Farenza.
“Lokasi apa?” tanya Devina memotong penjelasan Pangeran Farenza.
“Kalau itu kami juga tidak tahu. Karena lokasi yang diberikan tuan putri sangat tidak detail dan benar-benar membuat kami bingung. Jadi akhirnya, tanpa menunggu lagi, irfan langsung pergi mencari tuan putri di duniamu.” jelas Pangeran Aditya. “Sendirian?” Devina tidak percaya.
“Iya. Irfan percaya kalau Putri Syafira menghubungi kami bukannya Raja Danis karena tuan putri benar-benar membutuhkan bantuan kami dan hanya kami yang bisa membantunya.” jelas Pangeran Farenza.
“Padahal sebenarnya, di duniamu saja sudah banyak pengawal kami sedang mencari tuan putri.” kata Pangeran Aditya, lalu dilanjutkan oleh Pangeran Farenza. “Tapi tetap saja dia tidak mau menunggu dan meminta bantuan orang lain. Awalnya kami tidak percaya kalau dia akan berhasil, tapi ternyata kami salah. Memang tidak bisa membawa pulang tuan putri, tapi setidaknya bisa membawamu,” kata Pangeran Fahreza, membuat Devina tersipu. “Tapi sekarang, kita punya masalah yang masih belum terselesaikan.” lanjutnya.
“Tentang mamah ya?” tebak Devina.
“Benar.” jawab Pangeran Farenza.
“Tapiii, kalau memang mamah sudah minta bantuan kalian sejak seminggu yang lalu, harusnya mamah sudah dalam masalah sejak itu.” kata Devina.
“Memang tidak begitu?” tanya Pangeran Aditya malah balik bertanya.
“Tidak kok. Tidak terjadi apa-apa dari seminggu kemarin.” jawab Devina.
“Mungkin itu karena kamu tidak tahu.” kata Pangeran Aditya, membuat Devina terkejut.
“Ya, itu benar. Putri Syafira pasti tidak ingin membawa-bawa kamu dalam masalahnya.” lanjut Pangeran Farenza.
“Tapi tidak mungkin. Sejak seminggu lalu, aku tidak pernah pergi ke mana-mana setelah pulang sekolah dan mamah, papah juga melakukan kegiatan seperti hari-hari biasanya.” kata Devina sambil mengingat-ingat kembali.
“Apakah kau yakin?” tanya Pangeran Farenza dengan nada tajam, membuat Devina menjadi agak ragu.
“Y-ya.” jawabnya agak terbata-bata.
“Jangan lupa, Putri Syafira itu memiliki kekuatan yang besar, apa lagi ada Agus,” Mendengar kata-kata Pangeran Farenza, muka Devina menjadi pucat. “Bisa saja Putri Syafira menggunakan kekuatannya untuk menghapus ingatanmu tentang apa yang terjadi seminggu kemarin, atau orang tuamu yang kau lihat hari-hari bukankah yang asli. Mungkin itu hanyalah buatan Agus supaya kau tidak curiga.” lanjut Pangeran Farenza, membuat Devina semakin takut.
“Tapi jika memang papah dan mamah punya kekuatan yang besar, kenapa mereka bisa diculik?” tanya Devina.
“Mungkin mereka tidak diculik.” kata Pangeran Farenza.
“Tapi di rumahku, ada semacam lingkaran besar yang di sisi sisinya ada tulisannya gitu yang sudah ada sebelum Irfan gunakan.” jelas Devina.
“Siapa saja menggunakannya, termasuk orang tuamu.” jelas Pangeran Farenza.
“Ti-tidak mungkin. Lalu fungsinya mamah memberikan pesan minta tolong kepada kalian?” tanya Devina.
“Mungkin karena memang Putri Syafira memerlukan bantuan.” jawab Pangeran Farenza.
“Tapi-” Devina tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia menggigit bibirnya, tanda kalau ia kesal, tapi tidak bisa bercakap yang macam-macam.
“Tapi tentu saja itu belum bisa dipastikan.” kata Pangeran Aditya, mencoba meredakan amarah Devina.
“Lalu Anda tahu siapa orang dibalik ini semua, sampai-sampai mamah meminta tolong kepada pangeran?” tanya Devina.
“Tentu saja kami belum tahu.” jawab Pangeran Farenza.
“Namun, sepertinya Irfan sedang mencarinya sekarang.” lanjut Pangeran Aditya. “Adakah yang bisa saya bantu?” tanya Devina.
“Untuk sekarang, mungkin mencari tahu siapa di baliknya.” jawab Pangeran Farenza.
“Kalau begitu, biarkan saya bantu.” ujar Devina.
“Sebaiknya pertanyaan itu kau ajukan kepada Irfan.” kata Pangeran Aditya.
“Irfan? Kenapa? tanya Devina yang masih merasa marah dengan Irfan.
“Karena dialah satu-satunya di antara kita yang memiliki kekuatan pelacak.” jawab Pangeran Aditya.
“Apakah kekuatan pelacak itu bisa untuk mencari mamah saya?” tanya Devina.
“Bisa. Tapi tentu saja itu butuh waktu.” jawab Pangeran Aditya.
“Apalagi kita masih belum tahu di mana Putri Syafira.” lanjut Pangeran Farenza.
“Kalau Irfan memiliki kekuatan pelacak, anda berdua memiliki kekuatan apa?” tanya Devina.
“Aku punya kekuatan teleportasi.” jawab Pangeran Aditya.
“Wow, hebat sekali,” puji Devina, membuat Pangeran Aditya jadi membanggakan dirinya sendiri. “Itu berarti, anda punya kekuatan untuk pergi ke duniaku?” tanya Devina penasaran.
“Bisa sih, tapi aku masih membutuhkan bantuan dari kekuatan orang lain jika ingin berteleportasi ke duniamu itu.” jelas Pangeran Aditya.
“Oh begitu. Kekuatan yang dibutuhkan untuk pergi ke duniaku cukup banyak ya?” tebak Devina.
“Betul sekali.” jawab Pangeran Aditya.
“Tapi baru saja, Irfan menggunakan teleportasi untuk pergi ke sini. Apakah dia juga punya kekuatan teleportasi?” tanya Devina,
‘Oh, kalau itu adalah kekuatankuku. Irfan memintaku untuk menteleportasikan ke sini.” jelas Pangeran Aditya.
“Oh, begitu ternyata,” ujar Devina sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu menoleh ke arah Pangeran Farenza. “Lalu, apakah kekuatan Anda?” tanyanya kepada Pangeran Farenza.
Pangeran Farenza berpikir sejenak, lalu berkata, “Itu rahasia.” Dengan sengit, membuat Devina menjadi penasaran. Pangeran Farenza menoleh ke arah Devina sebentar lalu berjalan pergi menuju pintu.
“Kau mau ke mana?” tanya Pangeran Aditya kepada kakaknya itu.
“Aku masih ada tugas kerajaan. Jadi tolong kamu jaga Devina ya.” pintanya.
“Bisakah saya bantu?” tanya Devina sambil berjalan menuju Pangeran Farenza.
“Tidak usah,” larang Pangeran Farenza, membuat Devina berhenti. “Lebih baik kau tetap sini dan jangan mencoba untuk keluar atau pergi ke mana-mana.” lanjutnya dengan nada sengit.
“Pangeran Farenza, mengapa?” Devina tidak terima.
“Sejauh ini, belum ada yang tahu tentang ke kedatanganmu. Jadi sebaiknya kita pertahankan itu sedikit lebih lama.” jawabnya, lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut. Setelah Pangeran Farenza keluar, ia mengirim sebuah pesan kepada Pangeran Aditya untuk memintanya menjaga Devina sampai dirinya kembali.
“Cih! Dasar nyusahin aja.” keluh Pangeran Aditya yang masih berada di dalam ruangan bersama Devina.
“Pangeran, ada apa?” tanya Defina.
“Ohhh, tidak, tidak apa-apa.” jawabnya berbohong.
“Jadi, adakah yang bisa saya bantu?” tanya Devina kepada Pangeran Aditya.
“Bantu ya?” Pangeran Aditya meletakkan tangannya di dagunya, lalu berpikir. “Bagaimana dengan membereskan buku-buku yang berserakan di sana.” katanya sambil mengulurkan telunjuknya menunjuk ke arah ke tumpukan buku yang berantakan.
“Maksud saya membantu untuk mencari mamah.” Devina memperjelas maksudnya.” “Tidak perlu. Untuk sekarang, yang harus kau lakukan hanya diam dan menunggu.” jawab Pangeran Aditya.
“O-oh begitu.” Devina pun kecewa.
“Jangan sedih begitu dong,” Pangeran Aditya mencoba menghiburnya, lalu melihat sekeliling. “Oh, bagaimana kalau kita makan kue saja.” usulnya setelah melihat biskuit yang tadi mereka makan, yang sekarang hanya tersisa sedikit.
“Kue?” Devina pun menjadi heran.
“Kau suka kue yang tadi kan?” tanyanya. Devina mengangguk. “Kalau begitu, akan aku bawakan lagi. Selagi menunggu kabar.” lanjutnya, lalu melangkah pergi dan meninggalkan Devina sendirian.
“Tunggu di sini ya. Jangan ke mana-mana.” kata Pangeran Aditya sebelum pergi.
ns 15.158.61.8da2