“Selamat datang kembali tuan putri.” Sambil mencoba untuk duduk, Putri Syafira tersenyum.
“Tunggu sebentar, Irfan kenal Bibi Syafira?” tanya Pangeran Farenza tidak percaya.
“Bukannya dia belum lahir saat itu?” Pangeran Aditya ikut-ikutan.
“Anda baik-baik saja Yang Mulia?” tanya Irfan. Putri Syafira mengangguk. “Tunggu, di mana Devina? Apakah dia baik-baik saja?” tanyanya.
“Tenang saja, dia baik-baik saja.” kok jawab Irfan.
“Lalu di mana dia?” tanya Putri Syafira kembali.
“Dia ada di istana ini.” jawab Irfan.
“Sendirian?” tanya Putri Syafira.
“Tapi tidak perlu khawatir. Jika dia tidak bertindak gegabah atau berpapasan dengan Wulan, dia akan baik-baik saja.” kata Irfan dengan tenangnya.
“Ja-jawaban macam apa ?”itu tanya Putri Syafira.
“Pu-putri S-Syafira?” tanya Pangeran Aditya yang sedang berada di depannya. Namun karena Putri Syafira terlalu panik, ia tidak menyadarinya. aru saat inilah ia menyadari. Putri Syafira menoleh ke arah sumber suara yang tidak asing baginya. “Ka-kamu Adit?” tanya Putri Syafira terkejut.
“Iya, saya Adit.” jawabnya. Putri Syafira melirik ke arah Pangeran Farenza yang sedang berjalan menghampirinya. “Ka-kau Faren ya?” tanya Putri Syafira. Pangeran Farenza mengganggu. “Dan kau Putri Syafira kan?” tanyanya balik.
“Putri? Formal sekali. Dulu kalian hanya memanggil aku bibi, atau terkadang hanya dengan nama aku saja.” kata Putri Syafira sambil mengingat-ingat massanya dengan Pangeran Farenza dan Aditya yang masih kecil.
“Itu kan dulu Tuan Putri.” kata Pangeran Aditya dengan muka cemberut.
“Iya-iya. Tapi kalian sudah tumbuh dewasa ya.” kata Putri Syafira.
“Tentu saja, sudah 16 tahun berlalu. Kami pasti akan bertambah dewasa.” kata Pangeran Aditya.
“Benar juga sih. Lalu, berapa umur kalian? 25?” tebak Putri Syafira.
“25? Tua sekali. Aku baru berumur 20.” kata Pangeran Aditya.
“Oh iya, baru 16 tahun ya?” kata Putri Syafira sambil menggaruk-garuk kepalanya. “Baru? 16 tahun itu lama putri.” kata Pangeran Farenza. Putri Syafira menoleh ke arahnya yang sedang berdiri di hadapannya. “Kau jadi semakin dewasa saja Faren.” katanya.
“Ehem! Aku senang kalian bertiga bisa reunian, tapi masalah kita belum selesai.” kata Irfan, membuat Putri Syafira dan kedua Pangeran lain sadar.
“Kau benar.” kata Putri Syafira sambil melutut.
“Tapi sebenarnya apa yang terjadi? Terakhir yang kuingat adalah kita bertemu dengan wanita yang baik hati itu di dunia Devina. Lalu setelah itu aku tidak tahu.” tanya Pangeran Aditya.
“Aku hanya tahu kalau Wulan adalah penghianat yang ingin menghancurkan Celestia dengan memanipulasi warga ibu kota.” kata Pangeran Farenza.
“Wulan? Sepertinya aku pernah dengar dengar nama itu.” Pangeran Aditya mencoba mengingat-ingat.
“Akanku beri tahu semuanya nanti, tapi sekarang kita harus tahu dulu skenario apa yang dibuat oleh Wulan.” kata Irfan.
“Skenario? tanya Pangeran adiknya.
“Sebenarnya tadi kau dengerin penjelasan aku tidak sih?” tanya Irfan.
“Hehehe, dengarkan sih, tapi-” kata Pangeran Aditya sampai membuang mukanya. “Apakah anda tahu Tuan Putri?” tanya Irfan setelah menghela nafas kepada Putri Syafira.
“Iya. Tadi Wulan memberitahuku sedikit.” jawabnya.
“Lalu apa isi skenarionya?” tanya Irfan. Saat mereka berempat lengah dan tidak mengekspresikan apapun, ada yang membuka pintu secara tiba-tiba. Pangeran Farenza dan Aditya secepatnya mengambil pedang mereka dan tanpa pikir dulu tanpa tahu siapa orangnya, Pangeran Aditya menggunakan kekuatan teleportasinya, membuka tempat di atas orang yang membuka pintu itu. Namun setelah melihat siapa yang masuk, Irfan langsung berkata, “Adit, jangan, itu Devina!” Tapi sudah terlambat. Pangeran Aditya sudah tepat berada di atasnya dan pedangnya sudah dekat dengan wajah Devina. “Faren!” teriak Irfan sambil menuju ke Pangeran Aditya. Tanpa dideskripsikan yang jelas, Pangeran Farenza membuat tembok pelindung di atas kepala Devina. Temboknya berhasil melindungi Devina, namun tidak Pangeran Aditya. Ia terpental karenanya. Pangeran Aditya mendarat, atau lebih tepatnya jatuh di depan Pangeran Farenza.
“Awwww, hati-hati dikit napa!” sengitnya.
“Lagian, jangan asal tebas aja, lihat dulu siapa orangnya.” ketus Irfan.
“Tau nih, main serang aja tanpa tahu siapa orangnya.” kata Pangeran Farenza ikut-ikutan.
“Ah, diam kau.” balas Pangeran Aditya.
“Elu yang diam!” balik Pangeran Farenza.
“Aku kan hanya mencoba untuk waspada.” kata Pangeran Aditya tidak mau kalah.
Di saat mereka berdua adu mulut, Irfan dan Putri Syafira berlari menghampiri Devina. “Devina!” panggil Putri Syafira sambil berlari lalu memeluknya.
“Ma-mamah?” Devina terkejut.
“Iya sayang, ini mamah.” jawab Putri Syafira.
“Syukurlah mamah baik-baik saja.” kata Devina sambil memeluk Putri Syafira balik. Irfan menghela nafas. “Haduh, kirain siapa.” katanya.
“Loh? Irfan?” kata Devina sambil melepaskan pelukan Putri Syafira. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Devina kembali.
“Harusnya aku yang bertanya begitu kepadamu. Bukannya pembagian jalannya aku di sekitar sini dan kau berbelok ke arah yang berlawanan?” tanya Irfan.
“Hehehe, maaf, aku tersesat. Tahu-tahunya nyampe di sini deh.” jawab Devina.
“Aduh, kamu ini. Tapi kamu tadi berpapasan dengan orang tidak?” tanya Irfan. “Berpapasan sih, tapi untungnya tidak terjadi sesuatu.” jawab Devina.
“Ampun deh.” Irfan sampai menepuk jidat.
“Eh, Devina? Kamu di sini?” tanya Pangeran Aditya sambil berjalan menghampirinya dengan Pangeran Farenza dibelakangnya.
“Pangeran Aditya? Pangeran Farenza?” tanya Devina.
“Hai!” sapa Pangeran Farenza bertolak pinggang.
“Baiklah, waktu main-main sudah habis,” kata Irfan sambil menepuk tangan, lalu menoleh ke arah Putri Syafira. “Tuan putri, bisakah anda beritahu kami apa yang direncanakannya?”
“Oh iya, soalnya itu. Besok sore, Wulan akan membuka tembok pelindung dan melepaskan orang-orang dari kekuatannya. Saat orang sedang kebingungan dan bertanya-tanya, aku dan Raja Danis yang seharusnya ada di dalam kendalinya, akan berpura-pura bertarung dengan skenarionya. Aku akan menjadi tokoh antagonis yang akan membunuh Raja Danis, dan di saat yang menggemparkan itu, Wulan muncul dan menyelamatkannya. Lalu terakhir, membunuh aku.” Kalimat membunuh yang dikatakan Putri Syafira membuat orang-orang di sana tersentak.
“Di-dibunuh? Benarkah atau pura-pura saja?” tanya Pangeran Aditya.
“Aku tidak tahu.” jawab Putri Syafira.
“Dengan skenario buatan itu, Wulan akan berpura-pura menjadi protagonisnya yang bertujuan untuk mendapatkan kepercayaan para penduduk, begitu?” tanya Irfan. Putri Syafira menganggu. “Dia juga akan membuat adegan di mana raja akan menyerahkan tahtanya kepadanya karena sudah menjatuhkan aku.” lanjut Putri Syafira.
“Begitu ya?” Irfan berpikir, lalu mengelus dahinya.
“Jadi bagaimana rencananya? Apa yang harus kita lakukan untuk menghentikan Wulan?” tanya Pangeran Farenza. Irfan tertawa kecil, membuat yang lain kebingungan. “A-ada apa?” tanya Devina.
“Kau tidak apa-apa. Apakah otakmu sudah hilang setengah?” sengit Pangeran Aditya.
“Tidak, malah aku punya rencana yang sempurna untuk semua.” katanya.
“Tapi tunggu,” kata Putri Syafira, membuat semua perhatian menjadi kepadanya. “Jangan lupa, Agus masih ada bersama Wulan. Kekuatan Agus juga berkali-kali lipat dari kekuatan kita.” lanjutnya.
Irfan tersenyum. “Tenang saja, aku sudah merencanakannya semua. Keberadaan Agus pun tidak akan mengganggu.” katanya dengan sangat percaya diri.
“Irfan, tolong jangan buat papah terlihat seperti penjahatnya.” kata Devina cemas. “Tentu saja itu tidak akan terjadi.” jawab Irfan, lalu berjalan ke arah jendela besar yang ditutupi horden dan membuka horden besarnya. Cahaya bulan masuk menyinari ruangan. Irfan berbalik dan merenggangkan kedua tangannya, lalu berkata, “Baiklah, mari kita susun skenarionya.”
164Please respect copyright.PENANAApHbFZ0pDE
164Please respect copyright.PENANA0FMDhiUZQu