Kerena agak sedikit terlambat, Pangeran Farenza jadi melewatkan aksi pertarungan kedua adiknya dengan para pengawal penjaga. Irfan sudah pergi ke bawah, tempat dikurungnya orang-orang bersalah dan tempat yang diduganya Devina berada. Sementara Pangeran Aditya sedang bertarung pedang dengan beberapa pengawal. Namun karena sendiri, ia berhasil dipojokkan dan hampir terkena tebasan pedang salah satu pengawal. Untungnya Pangeran Farenza datang diwaktu yang tepat dan berhasil menyelamatkan Pangeran Aditya dari luka yang cukup fatal. Seperti yang ia lakukan tadi, Pangeran Farenza mengangkat semua pengawal itu dan melepaskannya secara bersama, membuat para pengawal itu terhantam tembok dan tidak bisa bergerak lagi.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Pangeran Farenza kepada Pangeran Aditya.
“Ya, aku baik. Terima kasih.” jawabnya.
“Lalu di mana Irfan?” tanya Pangeran Farenza.
“Dia sedang menuju ke bawah.”
“Sendirian?” Pangeran Farenza panik seketika. Pangeran Aditya mengangguk, membuat Pangeran Farenza menepuk jidatnya lalu menggeleng gelengkan kepala.
“Padahal kalian adalah pangeran dari kerajaan ini, tapi malam bertarung dengan pengawalnya sendiri.” katanya.
“Mau bagaimana lagi dong? Salah mereka tidak mau memberikan kami jalan.” kata Pangeran Aditya, berusaha mencari alasan, membuat Pangeran Farenza menghela nafas.
“Kalau saja aku punya kekuatan penyembuh seperti Putri Syafira, pasti nasib para prajurit itu tidak akan seperti ini.” kata Pangeran Fahreza merasa prihatin, sambil melihat para prajurit itu Yang sudah tidak berdaya karena terhantam tembok, disebabkan oleh Pangeran Farenza yang melemparnya.
“Tidak akan berguna kekuatan penyembuh kalau tidak ada kekuatannya bisa membuat orang terluka.” sengit Pangeran Aditya.
“Jangan mengejekku.” ketus Pangeran Farenza, lalu berjalan mendahuluinya.
“Hei, jangan main tinggal-tinggal aja dong.” protes Pangeran Aditya.
110Please respect copyright.PENANAvh4VneT0mJ
Sementara itu, Irfan yang sudah berada di tahanan, segera mencari Devina. Kerena sel itu dibagi menjadi 3 lantai, Irfan jadi kesulitan untuk menemukan Devina.
“Ini sudah lantai paling bawah, jadi seharusnya dia ada di sini.” gumam Irfan di dalam hati, sambil berjalan dengan cepat dan memperhatikan setiap sel-sel tersebut dengan baik. Baru saja Irfan berkata begitu, dia telah berhasil menemukan Devina. Ia berada di salah satu sel di lantai 3, lantai paling bawah sel tersebut. Kedua tangan Devina digantung terpisah. Muka Devina terlihat pucat dan saat itu ia tidak sadarkan diri. Irfan segera memcoba membuka sel tahanan tersebut, namun terkunci.
“Ah, sial! Aku tidak punya kuncinya.” katanya, lalu menengok ke kanan dan ke kiri, mencoba mencari di mana letak kunci tersebut.
“Aduh, di mana coba kuncinya? Diletakkan di mana ya?” tanyanya yang terlihat panik bukan karuan. “Aduh, gimana coba cara bukanya?” tanyanya lagi sambil menengok ke arah kanan, mencoba mencari seorang pengawal yang diduga memiliki fungsinya. “Mau kami bantu?” tanya seseorang dari arah lain.
Irfan yang terkejut, langsung melompat kebelakang dan mengeluarkan pedangnya. “Masa sama kakak sendiri begitu sih?” ujar Pangeran Aditya yang bersama Pangeran Farenza di belakangnya.
“Oh, ternyata cuma kalian.” kata Irfan lega, lalu meletakkan kembali pedangnya.
“Jadi di mana Devina?” tanya Pangeran Farenza sambil berjalan ke depan. “Tunggu-tunggu, gimana kalian tahu aku ada di sini dan bagaimana kalian bisa saat cepat kemarin?” tanya Irfan saat Pangeran farenza hendak melewatinya.
“Tentu saja dengan kekuatan teleportasiku.” jawab Pangeran Aditya.
“Lalu bagaimana kalian tahu aku ada di sini?” ulang Irfan.
“Kami sudah mencarimu di lantai 1 dan 2. Kerena tidak ada, kami pun akhirnya ke sini.” jelas Pangeran Aditya.
“Enak banget bisa secepat itu.” protes Irfan.
“Makanya jangan suka ninggalin kami. Lebih parah, kau malah bertindak sendiri.” sengit Pangeran Aditya. Irfan kesal lalu membuang mukanya ke arah Pangeran Farenza yang sedang buka sel tahanan tersebut menggunakan sebuah kunci.
“Dapat dari mana kamu kunci itu?” tanya Irfan terkejut saat melihat Pangeran Farenza yang memiliki kunci untuk membuka sel tersebut.
“Kami meminjamnya dari pengawal.” jawab Pangeran Aditya.
“Atau lebih tepatnya, mengambilnya tanpa izin.” lanjut Pangeran Fahreza.
“Gampang banget.” kata Irfan agak kesal. Saat yang sama, Pangeran Farenza telah berhasil membuka selnya.
“Daripada kau protes terus, mending bantuin aku mengeluarkan Devina.” katanya sambil masuk ke dalam.
“Oh iya, bener juga.”
Lalu kedua pangeran itu masuk. Pangeran Farenza membuka ikatan tali di tangan Devina di sebelah kiri, sedangkan Pangeran Aditya disebelah kanannya. Lalu setelah kedua tangannya terlepas, Irfan menangkap Devina. Irfan yang sudah berhasil menangkapnya, bisa merasakan tubuh Devina yang terasa panas karena bersentuhan dengan kulitnya.
“Ya ampun, dia panas sekali.” ujar Irfan terkejut.
Pangeran Aditya yang penasaran, memegang jidat Devina, lalu berkata, “Ya, ke benar.”
“Tidak heran sih, Suhu di sini kan dingin dan lembab.” ujar Pangeran Farenza.
“Ditambah kita tidak tahu berapa lama dia di sini.” kata Pangeran Aditya.
“Untunglah tidak terjadi apa-apa kepadanya.” kata Irfan.
“Itu memang kabar yang baik, tapi kita masih punya masalah lain.” ujar Pangeran Farenza, membuat Irfan menoleh kepadanya.
“Apa itu?” tanya Irfan.
“Di mana dia akan beristirahat?” jawab Pangeran Farenza.
Pertanyaan besar itu membuat ketiga Pangeran harus memeras otaknya untuk menemukan jawaban.
ns 15.158.61.6da2