Keesokan sorenya, di tengah-tengah kota, setelah tembok penghalang dihilangkan dan orang-orang kembali sadar, terjadinya sebuah ledakan. Ledakan itu membuat seluruh warga menjadi penasaran dan bukannya kabur menyelamatkan diri, mereka malah mendatangi tempat dengan bom tersebut. Di sana, terlihat Raja Danis dengan luka di seluruh tubuhnya, terpojok oleh orang berjubah putih dengan pedang di diarahkan kepadanya.
“Hei, apakah itu Raja Danis?”
“Siapa itu orang itu menyerang yang Raja Danis?”
“Hei, siapa kau?!” tanya orang-orang yang berada disekitarnya, membuat seisi ibukota ribut. Namun, tidak ada yang berani melawan atau bahkan mendekat. Tiba-tiba, dari atas atap rumah seseorang, terdengar suara orang berkata, “Hei, kau, apa yang kau lakukan kepada Raja Danis?!” Lalu ia turun dengan dramatis. Setelah menginjak tanah, orang itu yang bukan lain adalah Wulan, berlari menuju orang berjubah putih dengan menodongkan pedang kepadanya. Namun, orang yang itu yang ternyata adalah Putri Syafira mencoba menghindarinya.
“Apa yang dilakukan? Harusnya dia tidak menghindari kibasan pedangku.” tanya Wulan di dalam hati, lalu kembali menyerang Putri Syafira. “Ih, kenapa dia nih? Harusnya tidak begini skenarionya.” katanya lagi, lalu dengan cepat dan gesit, Wulan kembali menyerang Putri Syafira. Akhirnya, setelah berkali-kali mencoba untuk menusuk menusuknya, ia berhasil. Putri Syafira tertusuk di bagian perutnya dan memuntahkan darah. Wulan menarik pedangnya kembali dari tubuh Putri Syafira dan mengibaskannya sedikit untuk menghilangkan darah bekas darah Putri Syafira. “Akhirnya selesai juga.” kata wulan di dalam hati.
“Kau sudah kalah. Cepat tunjukkan wajahmu sekarang juga!” perintahnya sambil menodongkan pedangnya ke depan muka Putri Syafira. Tanpa berbasa-basi lagi, Putri Syafira melepaskan jubahnya. Namun, sebelum muka Putri Syafira yang tertutupi oleh tudung tersebut terlihat, dari belakang, ada seorang yang datang. “Siapa kau? Dan apa yang kau lakukan pada Raja Danis?” tanya seseorang di belakang, dan saat bulan menoleh, Irfan sedang duduk di depan Raja Danis.
“Cih, anak ini lagi!” keluh Wulan dalam hati.
“Dasar kau kau moster. Bisa-bisanya kau melukai Raja Danish sampai begini.” kata Irfan.
“Aduh, kenapa nih anak ini tiba-tiba datang? Cih, dasar perusak rencanaku saja.” keluh Wulan di dalam hati. Lalu Wulan mengubah mimik wajahnya, yang awalnya kesal, menjadi wajah tidak bersalah. “Tidak, anda salah paham pangeran. Dialah yang membunuh Raja Danis, bukan saya.” kata Wulan.
“Dasar, tidak akan kubiarkan kau tetap hidup!” kata Irfan, lalu berlari dengan pedangnya menuju ke Wulan. Saat pedangnya hampir mengenai Wulan, sebuah gempa yang sangat kencang datang entah dari mana, membuat Irfan terlempar ke belakang, begitu juga para warga. Mereka semua juga terlempar ke belakang karena gempa mendadak itu. Tidak ada seorang yang melihat aksi pertarungan Wulan dengan Irfan. Dari arah atas, tiba-tiba saja Pangeran Farenza dan Aditya datang.
“Apa yang mereka lakukan? Aku tidak pernah mereka meminta mereka untuk datang.” tanya Wulan di dalam hati.
Pangeran Aditya menodongkan pedang kepada Irfan dan Pangeran Farenza membuat bola api di tangannya dan mengarahkannya kepadanya. Tanpa bersuara, mereka menatap dengan tajam. Wulan tersenyum. “Anda lihat pangeran, aku bukanlah penjahatnya. Aku hanya mencoba membantu Raja Danis dari serangan orang itu.” kata Wulan sambil menuju Putri Syafira di belakangnya, yang sedang meringkuk kesakitan karena luka yang dibuat oleh Wulan.
“Aku tidak akan percaya orang sepertimu. Akan kubuktikan kata-katamu itu salah.” kata Irfan, lalu ia melemparkan pisau ke arah Wulan. Tapi belum terlalu jauh, pisau itu sudah dihentikan oleh kekuatan Pangeran Farenza.
“Baiklah, mari kita serius sekarang,” kata Wulan, lalu menuju ke Irfan sambil berkata. “Kalian, bunuh dia, mumpung lagi tidak ada orang sekarang.” perintahnya. “Membunuhku? Apa tanggapan warga saat tahu kau membunuhku, pangeran ketiga kerajaan ini?” tanya Irfan.
“Tidak ada yang tahu. Akan kubuat kau seperti penjahatnya.” jawab Wulan.
“Memang kau bisa?” tanya Irfan dengan nada mengejek.
“Itu bukanlah hal yang sulit bagiku. Jadi kalian, cepat serang dia!” ulangnya kepada Pangeran Farenza dan Aditya. Dengan perintahnya, kedua pangeran dengan senjata dan kekuatan mereka masing-masing dan berlari kearah Irfan.
Tapi Irfan tidak tampak takut sedikitpun. “Baiklah, khusus untukmu, akan kuperlihatkan kekuatanku yang sesungguhnya.” katanya, lalu mengulurkan tangannya dan membuka pergelangan tangannya. Tidak diduga oleh Wulan, ternyata Pangeran Fahreza dan Aditya berhenti.
“Apa ini? Kenapa kalian diam saja? Cepat bunuh dia!” perintah Wulan. Tapi tidak ada pergerakan sedikitpun. “A-apa yang terjadi?” tanya Wulan.
“Hahaha…. terkejut ya? Inilah kekuatanku, pengendali pikiran. Aku telah mengendalikan pikiran mereka berdua.” kata Irfan sambil bertolak pinggang.
“Ti-tidak, tidak mungkin. Bagaimana bisa?” Wulan yang gemetaran karena takut, terus-terusan mencoba mengendalikan pikiran kedua pangeran itu. “Ti-ti-tidak mungkin. Bagaimana kau juga bisa memiliki kekuatan sepertiku? Hanya akulah di kerajaan ini yang memiliki kekuatan pengendali pikiran.” tanya Wulan.
“Ya, sepertinya tidak begitu lagi.” Lalu Irfan menunjuk Wulan sambil berkata, “Dengan kekuatanku ini, aku akan mengalahkanmu.”
Wulan memperhatikan sekelilingnya. “Jangan seenaknya berkata begitu. Akulah yang akan menjadi ratu baru Celestia. Aku tidak akan membiarkan anak kecil sepertimu menghalangiku.” katanya.
“Kalau begitu, coba saja. Itu juga kalau kau bisa.” tantang Irfan, membuat amara Wulan sampai puncaknya.
“Kurang ajar! Akan kubunuh kau dengan tanganku sendiri, sama seperti ratumu yang tercinta itu.” kata wulan dengan membentak, menggunakan volume suara yang sangat keras. Irfan hanya bisa tersenyum mendengarnya. “Apa? Kenapa kau tersenyum-senyum sendiri?” tanya Wulan tidak mengerti.
“Faren, tolong buka.” pinta Irfan, lalu oleh Pangeran Farenza, dibukalah sebuah portal tembus pandang yang ternyata dibaliknya hampir semua penduduk ibukota sedang menyaksikan dan mendengarkan semua yang mereka lakukan. Wulan benar-benar terkejut melihatnya. Semua pandangan orang-orang kepadanya dengan jijik, marah, dan hal-hal yang lain.
“I-i-ini bohong kan?” tanya Wulan terbata-bata.
“Coba cek saja kalau tidak percaya.” tantang Irfan.
“Ti-tidak mungkin. Bagaimana caranya? Dan dari kapan?” tanya Wulan.
“Sejak Faren dan Adit datang. Faren langsung membuat tembok penghalang yang tembus pandang yang dari penglihatan kita yang berada di dalam, tidak ada siapa-siapa. Tapi sebenarnya, orang-orang melihat dengan jelas di luar.” jelas Irfan. “Sekarang kau sudah kalah Wulan.” kata Pangeran Aditya. “Pergilah sebelum kami yang mengusirmu sendiri dengan tangan kami.” lanjut Pangeran Farenza.
“Kalian kira kalian sudah menang? Jangan bodoh!” Lalu Wulan mengangkat tangan yang tinggi-tinggi dan mengeluarkan mengeluarkan energi sihir dari sana. “Tidak akan kubiarkan satu dari kalian lari!” bentak Wulan. Tapi tiba-tiba, dari arah belakang, Wulan ditusuk, membuat kekuatannya berhenti. Ia memuntahkan darah dan terjatuh tanpa daya. “Ba-bagaimana caranya kau hi-hidup?” tanya Wulan kepada orang bertudung hitam, yang ternyata itu adalah Agus.
“Kau kira kau bisa menyingkirkanku begitu saja?” sengit Agus.
Wulan menyadari sesuatu dan menengok ke kanan dan ke kiri. “Di mana sih Syafira itu?” tanyanya.
“Kau sudah sadar?” tanya Irfan.
“Dia bersama Devina di istana dan menyembuhkan Raja Danis yang asli dan pengawal-pengawal lain di sana.” jawab Pangeran Farenza.
“Da-dari kapan?” tanya Wulan.
“Dia dan Raja Danis bahkan tidak pernah ada di sini dari awal skenariomu itu.” jawab Agus.
“A-a-apa?” tanya Wulan.
“Putri Syafira dan Raja Danis yang bersamamu saat skenario, hanyalah bayangan buatan Agus.” jelas Irfan.
Ba-ba-bagaimana bisa? Agus, sudah aku manipulasimu.” kata Wulan gemetaran.
“Rencana buatanku yang pertama adalah menyadarkan Agus dengan ramuan buatan Putri Syafira,” katanya sambil menunjukkan botol kosong yang tadinya menjadi tempat ramuan tersebut. “Setelah itu, meminta Agus untuk membuat bayangan Putri Syafira dan Raja Danis. Sementara yang asli, ada di istana selama ini.” lanjut Irfan.
“Jadi selama ini kalian lakukan hanyalah mengalihkanku?” tebak Wulan.
“Betul sekali. Setelah kau dan pasukannya pergi dari istanah, Putri Syafira dan Devina menggunakan kesempatan itu untuk menyembuh menyembuhkan orang-orang di sana.” jawab Irfan.
“Sekarang mereka sudah sembuh dan siap menyerangmu.” kata seseorang belakangnyanya. Wulan menoleh, dan benar dugaannya, yang berkata begitu adalah Putri Syafira. Tapi Putri Syafira tidak sendiri. Di sampingnya ada Raja Danis dan Devina. Sementara di belakangnya, ada berpuluh-puluh pengawal siap untuk menangkap Wulan.
“Cih!” seru Wulan, lalu mencoba berdiri dan melarikan dari. Tapi sebelum itu bisa terjadi, Irfan menyelewengkannya dan Wulan pun terjatuh. “Dasar bocah!” bentaknya. Irfan hanya tersenyum.
“Penjaga, bahwa dia!” perintah Raja Danis. Para pengawal pun menangka Wulan, dan saat ia berpapasan dengan Raja Danis, Raja Danis berkata, “Tunggu saja, akan kupastikan kau mendapatkan balasan yang setimpal.” Wulan dibawa pergi oleh para penjaga dan sementara akan ditahan di penjara.
162Please respect copyright.PENANAWGbIh4ahbU
162Please respect copyright.PENANAjSXAQIXVeE