“Cepat beritahu aku di mana mamah!” bentak Devina yang sedang mencekik leher Raja Danis dengan kekuatannya sambil, membuatnya terbang ke udara di luar jendela. “Kalau kamu tak memberitahuku di mana mamah, kau akan aku jatuhkan.” ancamnya.
Tiba-tiba saja, terdengar suara pintu yang didobrak oleh seseorang diluar, dan orang yang mendobrak itu bukan lain adalah Pangeran Farenza.
“Pangeran Fahreza?” tanya Devina terkejut.
“Devina? Apa yang kamu lakukan?” tanya Irfan agak membentak dan juga terkejut melihat apa yang dilakukan Devina.
“De-Devina?” Bahkan Pangeran Aditya dan Farenza juga terkejut dan sedikit merasa takut. Setelah melihat mereka datang, kesadaran Devina muncul kembali.
“Prajurit, tangkap anak itu!” perintah salah satu pengawal kepada rekannya, dan langsunglah semua pengawal yang ada di sana mengapung Devina dan mengeluarkan senjata mereka masing-masing. Devina yang ketakutan, hilang kendali akan kekuatannya, membuat Raja Danis terlepas dan jatuh ke bawah. Untunglah, dengan sigap dan cepat, Pangeran Farenza berhasil menangkap Raja Danis yang hampir terjatuh ke tanah menggunakan kekuatannya, dan perlahan membawanya kembali masuk ke dalam.
“Anda baik-baik saja Yang Mulia?” tanya Pangeran Farenza.
Raja Danis yang lehernya terasa sakit karena dicekik oleh Devina, mengelusnya, setelah itu berkata dengan agak terbata-bata, “Pe-pengawal, bunuh dia!” sambil menunjuk ke Devina. Dengan sigap, para pengawal itu mengibaskan pedang dengan dan senjata lain mereka tanpa ragu kepada Devina.
“Devina!” Irfan berlari ke arah pengawal itu sambil mengeluarkan pedangnya. Saat sebuah kibasan pedang hampir mengenai Devina, Irfan dengan spontan melindunginya. Irfan menangkis tebasan pedang pengawal itu dan menebas balik. Walaupun tebasan Irfan tidak menyebabkan luka kepada pengawal itu, ia berhasil membuat pengawal itu jatuh.
“Irfan, apa yang kamu lakukan?!” bentak Raja Danis. Karena Irfan melakukan tanpa berpikir, saat ditanya oleh raja Danis ia menjadi tidak tahu harus menjawab apa. Walaupun pun begitu, ia terus-menerus menangkis semua kibasan pedang para pengawal. Dia bahkan menyerang balik.
“Irfan, hentikan! Sebelum aku-” Di saat yang sama, karena terlalu kebablasan, Irfan sampai membuat salah satu pengawal itu terluka. Irfan membuat pengawal itu terluka di bagian perut. Semua pengawal langsung berhenti saat itu terjadi, termasuk Irfan. “Kamu ini benar-benar membuatku marah!” kata Raja Danis sambil perlahan-lahan berdiri, lalu menunjuk ke arah Irfan sambil berkata, “Pengawal, bunuh gadis itu dan tahan Pangeran Irfan ke dalam sel bawah tanah!” perintahnya. Semua terkejut mendengar perintah dari Raja Danis.
“Yang Mulia, apa yang anda katakan? Irfan kan adalah pangeran dan juga keponakan anda.” kata Pangeran, mencoba membela Irfan.
“Kamu diam saja!” batin Raja Danis sambil menatapnya dengan tajam, lalu kembali berkata kepada para pengawal. “Cepat lakukan perintahku dan jika butuh, panggil pengawal lainnya. Tidak usah sungkar melakukan dengan cara kasar pada mereka.” “Baik.” jawab para pengawal.
“Gawat! Devina, ayo kita pergi.” ajak Irfan lalu menggandeng tangannya dan berlari ke arah jendela.
“Irfan, apa yang akan kita lakukan?” tanya Devina seketika menjadi panik.
“Jangan biarkan dia kabur!” kata Raja Danis.
“Yang Mulia, tolong hentikan.” Pangeran Farenza kembali membuka suara.
“Sudah kubilang kau diam saja. Lagi pula, dia hanya pangeran ketiga, alias pangeran cadangan. Membiarkannya sedikit terluka bukanlah masalah yang besar bukan?” ujar Raja Danis kepada Pangeran Farenza.
Ia dan Pangeran Aditya benar-benar tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut Raja Danis. “Anda benar-benar kejam.” ketus Pangeran Aditya, akhirnya membuka suara karena tidak tahan lagi.
“Adit.” kata Pangeran Fahreza dengan lesuh.
“Berani-beraninya kau berkata seperti itu kepadaku.” ketuk Raja Danis. Di saat yang sama, Pangeran Aditya melihat ke arah Irfan yang sedang melawan sekelompok pengawal. Ia melihat, dari belakang, seorang pengawal sedang ingin menebas Irfan. Pangeran Aditya yang tidak ingin Irfan terluka, dengan spontan ia berlari ke arahnya, sambil berkata, “Irfan, menunduk,” Irfan yang terkejut, tanpa berpikir lagi, menundukkan kepalanya. Pangeran Aditya melompat ke udara dan menebas balik pengawal dibelakangnya Irfan yang sedang ingin menebas Irfan dari belakang. Pengawal itu pun terjatuh dan Pangeran Aditya mendarat tepat di samping Irfan.
“Adit?” Irfan terkejut akan bantuan dari pangeran Aditya.
“Kamu juga?” tanya Raja Danis, mulai gram. Lalu dengan emosi yang sudah memuncak, “Pengawal, tangkap mereka bertiga dan jangan biarkan mereka lolos!” perintahnya. Di saat yang sama, pangeran Aditya menggandeng tangan Devina lalu berlari, sambil berkata, “Irfan, Devina, ikutin aku.”
“Ba-baik.” jawab Irfan.
Pangeran Aditya berlari menuju jendela di samping mereka yang terbuka lebar. “Pangeran Aditya, apa yang akan Anda lakukan?” tanya Devina.
“Percayalah padaku.” kata Pangeran ,Aditya lalu bersama Devina yang bergandengan tangan bersamanya, dan Irfan dibelakangnya, melompat keluar jendela. Devina yang ketakutan, berteriak dan menutup matanya. Pangeran Farenza pun terkejut akan apa yang mereka lakukan. Ia cepat-cepat berlari ke luar jendela dan hendak menggunakan kekuatannya untuk menyelamatkan mereka.Tapi ternyata, Pangeran Aditya sudah membuat portal di bawah mereka. Pangeran Farenza pun merasa lega. Namun kelegaannya itu menghilangkan saat melihat Raja Danis yang sangat terlihat geram.
“Apa-apaan mereka ini, menyelamatkan gadis sampah itu?” bantin Raja Danis.
Pangeran Farenza menghela nafas lalu membuangnya, mencoba menghilangkan semua amarahnya. Setelah itu, kembali menghadapi Raja Danish dan menundukkan kepalanya kepadanya. “Raja Danis, tolong maafkanlah tindakan bodoh dan tidak sopan adik-adikku. Saya yakin mereka punya penjelasan kenapa mereka melindungi gadis itu.” katanya.
Raja Danis berkata, “Berapa kalipun kau minta maaf atas tindakan mereka, aku tetap tidak akan memaafkan mereka. Mereka adalah penghianat dengan membantu gadis itu.” kata Raja Danis.
“Tapi yang mulia, saya yakin mereka punya alasannya.” kata Pangeran Farenza masih terus membela mereka.
“Aku tidak peduli apa alasan mereka. Penghianat tetaplah penghianat. Mereka telah aku singkirkan dari dari istana. Jadi mulai sekarang, mereka tidak diperbolehkan lagi datang ke istana.” kata raja Danis.
“Tapi Yang Mulia-” Pangeran Farenza mengangkat kepalanya.
“Apa maksudnya dari semua percakapanmu ini? Apakah untuk membantu gadis itu juga?” tanya Raja Danis, membuat Pangeran Farenza tidak berani menatapnya langsung. “Apakah kau telah lupa gadis itu hampir saja membunuhku?” lanjutnya. “Tidak, saya ingat.” jawabnya dengan lesuh.
“Kalau kamu tidak ingin dikeluarkan dari istana seperti dua orang itu, sebaiknya tutup mulutmu.” sengit Raja Danis, lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut bersama hampir semua pengawal. Hanya Pangeran Farenza dan dua pengawal yang masih berada di sana.
“Pangeran Farenza, apakah anda baik-baik saja?” tanya salah satu pengawal itu kepada Pangeran Farenza yang terlihat sedih dan kecewa.
“Oh, ya, saya tidak papa. Tidak perlu khawatir,” jawabnya sambil berjalan pergi. “Saya akan kembali ke kamar.” lanjutnya, bermaksud untuk meminta waktu sendiri. Namun dua pengawal itu tetap mengikutinya di belakang, membuat Pangeran Farenza menjadi risih. Ia membalikkan badannya menghadap ke mereka, lalu berkata, “Saya ingin waktu sendiri. Jadi jika boleh, bisakah kalian berdua tidak mengikuti saya?” Dengan sopan.
“Maaf atas ketidak sopanan kami, tapi itu tidak bisa. Kami diperintahkan untuk tetap berada di sisi pangeran.” jawab salah satu dari mereka.
“Ya sudah kalau begitu, tapi di kamar saya, saya harap kalian bisa menunggu dan menjaga dari luar saja.” kata Pangeran.
“Perintah itu juga tidak boleh. Di mana pun, kami tetap harus berada di sisi Anda.” jawabnya. Pangeran Farenza mengalah nafas, lalu kembali berkata, “Karena keadaan seperti ini, saya hargai kalian berdua ingin melindungiku, tapi tidak perlu sampai masuk ke kamar saya. Saya bisa menjaga diri saya sendiri saat di kamar, jadi kalian tidak perlu khawatir. Jadi tolonglah.”
“Jika anda berkata begitu, baiklah. Kami akan menjaga diluar hanya saat Anda ada di kamar.” kata 1 pengawal itu.
“Syukurlah kalau begitu.” kata Pangeran Farenza, lalu kembali berjalan menuju kamarnya. “Aduh apaan sih yang Irfan dan Adit pikirkan. Kalau begini ceritanya, jadi susah. Tapi aku harus tetap berharap kalau mereka baik-baik saja.” kata Pangeran Farenza di dalam hati.
ns 15.158.61.17da2