Sementara itu, Irfan yang sedang sibuk mencari data-data kekuatan keluarga bangsawan di dalam perpustakaan istana, tiba-tiba mendapatkan pesan dari Devina. Kerena itu, Irfan terkejut.
“Devina?” tanyanya dalam hati, lalu menutup buku yang awalnya sedang ia baca. “Bagaimana bisa?” tanyanya lagi, lalu setelah itu, ia ingat. “Oh iya, dia kan memegang kalung Putri Syafira. Hebat juga dia bisa menggunakannya. Tapi kenapa dia memberikan pesan seperti ini? Haruskah aku cepat pergi ke sana?” tanya Irfan, lali berfikir dan mendapatkan jawabanya. “Ah, gak usahlah. Paling dia baik-baik saja.”
Karena sudah merasa menjawab pertanyaannya sendiri, Irfan kembali tenang dan fokus dengan buku yang tadi ia baca. Namun, tidak lama kemudian, Irfan menerima pesan baru.
“Irfan, ini aku Farenza,” Yang ternyata pesan itu dari Pangeran Farenza. “Dengarkan, aku tidak mengerti bagaimana caranya, tapi pesan yang baru saja kau dapat dari Devina, tidak hanya kau yang menerimanya, tapi aku, Raja Danis, dan sepertinya ke semua pemilik berlian merah,” Irfan terkejut mendengar pesan tersebut. “Lalu sekarang Raja sedang meminta seorang pelayan untuk memanggilmu. Jadi aku harap dengan aku menyampaikan pesan ini bisa ini bisa membantumu bersiap akan apa yang akan terjadi nanti.” Sebelum pesan itu berakhir, Irfan sudah gemeteran.
“Aduh, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan apa? Apa yang harus aku jawab juga? Atau-” Irfan mengambil arlojinya, lalu mendekatkannya ke dadanya, dan mengirimkan pesan kepada Pangeran Aditya.
“Adit, aku butuh bantuanmu lagi.” Setelah itu, menutup bukunya, merapikannya, dan bergegas pergi. Namun bukannya melewati pintu, Irfan malah keluar melewati di jendela. Kerena Irfan memiliki kekuatan pelacak, mudah baginya untuk mengetahui lokasi siapapun. Dengan kekuatannya pelacaknya, ia bisa bersembunyi dan mencari tempat yang sepi. Kerena perpustakaan kosong, dengan mudah ia bisa keluar melewati jendela. Ditambah, letak perpustakaan ada di lantai 1 dan jendelanya menghadap ke taman istana yang juga kosong.
“Mending aku kabur dulu dan segera pergi balik ke tempat Devina.” pikirnya.
Namun baru saja ingin Irfan melompati jendela dari dalam, dari luar, sebuah cahaya yang amat terang tiba-tiba muncul, membuat Irfan terjatuh karena kesilauan. Ternyata cahaya itu berasal dari kekuatan teleportasi Pangeran Aditya.
“Aduh…” keluh Irfan.
“Sakit ya?” tanya seseorang di luar jendela, yang bukan lain orang itu adalah Pangeran Aditya.
“Astaga, ternyata cuma kamu. Kirain siapa.” Irfan yang merasa sedikit lega, lalu bangkit perlahan.
“Hehehe, maaf.” kata Pangeran Aditya sambil melompat masuk.
“Apakah kau sedang mendatangi pesan dari aku?” tanya Irfan.
“Sudah.” jawab Pangeran Aditya.
“Kalau gitu, lebih baik melakukan teleportasi di ruangan terbuka daripada di sini.” usul Irfan.
Lalu karena terburu-buru, Irfan tidak sempat bertanya apapun lagi dan hendak melompati jendela tersebut. Namun, sebelum itu berhasil dilakukan, Pangeran Aditya sudah menghentikan. Ia menariknya kembali Irfan dengan menarik kembali pergelangan tangannya, membuatnya kembali terjatuh.
“Woi! Kau apa-apaan ini?!” tanya Irfan setengah membentak.
“Aku diminta Faren untuk menghentikanmu kabur.” jawaban Pangeran Aditya.
“Hah?!” seru Irfan sambil mencoba berdiri.
“Tentang pesan dari Devina itu-”
“Kau juga mendapatkannya?” tanya Irfan, memotong pembicaraan Pangeran Aditya. “Ya aku mendapatkannya dan sebelum kau mendapatkan pesan dari Faren, dia sudah telepati denganku. Dia memintaku untuk menghentikanmu kabur.” jelas Pangeran Adikya.
“Lu ngomong apaan sih?!” tanya Irfan dengan muka tanpa ekspresi.
“Intinya, kau tidak boleh kabur.” jawab Pangeran Aditya.
“Kenapa?” tanya Irfan.
Kerena mencoba kabur bukanlah jawabnya. Kalau kamu kabur, urusanmu dengan Paman Danis akan lebih parah Paman Danis akan bertambah marah padamu.” jawab Pangeran Aditya.
“Tapi-“
“Sudah, kau hadapi saja dia.” kata Pangeran Aditya, memotong perkataan Irfan.
“Lalu apa yang harus aku jawab?” tanya Irfan.
“Apa saja boleh. Kamu kan pintar berbohong.” jawab Pangeran Aditya.
“Ah, kagak memberikan solusi banget sih.” ketus Irfan.
“Yang pasti, Paman Danis tidak boleh tahu pesan itu dari Devina. Apa lagi sampai melacaknya.” kata Pangeran Aditya.
“Kalau itu aku juga tahu.”
‘Tenanglahm aku akan bantu. Ini rencananya-”
ns 15.158.61.17da2