Sebelum semua terjadi, di sisi Irfan, “Kau mengerti?” tanya Irfan sebelum keluar dari kamarnya. Devina mengacungkan jempol dan barulah setelah itu, Irfan meninggalkannya.
Di saat Irfan sedang berjalan melalui lorong, “Irfan, kamu di mana? Cepat sedikit dong!” ketus Pangeran Aditya melalui kekuatan telepati berlian merah.
“Sebentar napa. Aku lagi jalan nih.” balas Irfan, lalu ia mempercepat jalannya dan akhirnya berlari.
Irfan telah sampai di depan sebuah pintu. Tanpa mengetuknya terlebih dahulu, Irfan menerobos masuk ke dalam. Di dalam hanya ada dua orang pengawal dan sebuah meja besar berbentuk lingkaran. Irfan segera mendekatinya dan dengan kekuatannya ia bisa membuat peta 3D ibu kota. Namun bukan hanya sekedar peta biasa, tapi peta itu juga menampilkan semua kejadian yang terjadi di ibukota, termasuk kerusuhan di sana. Menggunakan kekuatannya, Irfan mencoba untuk melacak membuat ulah kekacauan tersebut. Sementara Pangeran Aditya dan Pangeran Fahreza, ikut membantu para prajurit untuk mengamankan rakyat.
“Irfan, apakah kau sudah menemukan dalangnya?” tanya Pangeran Aditya menggunakan kekuatan telepati.
“Tunggu sebentar.” jawab Irfan, lalu memperbanyak energi yang ia keluarkan untuk mempercepat pencariannya. Rambutnya bahkan sampai berterbang-terbangan. “Aku menemukannya.” kata Irfan.
3 menit kemudian, “Di mana dia!” tanya Pangeran Farenza penasaran.
“Aaa… Dia bergerak sangat cepat, aku jadi agak kebingungan.” jawab Irfan.
“Dia? Apakah artinya dalang dibalik kekacauan ini hanya satu orang?” tebak Pangeran Aditya.
“Mana bisa orang bergerak secepat itu dan membuat kekacauan di mana-mana?” tanya Pangeran Farenza tidak mengerti.
“Faren, Adit, pergi ke sebelah barat. Dia berencana menghancurkan tembok besar.” jawab Irfan.Tembok besar berfungsi sebagai batas ibukota dengan kota-kota lainnya.
“Apa? Menghancurkan tembok?” tanya Pangeran Aditya tidak percaya.
“Sangat berbahaya sekali. Bisa-bisa warga di bawahnya kena runtuhannya.” kata Pangeran Fahreza.
“Makannya kalian harus cepat. Adit, pergilah bersama Faren.” perintah Irfan.
“Baik.” jawab mereka kompak.
Saat ada kejadian yang mendebarkan seperti ini di kerajaan, biasanya ketiga pangeran turun tangan. Peran mereka setiap terjadi hal seperti ini selalu sama. Irfan berada di dalam istana, mengkoordinasi dan merencanakan semua rencana, sekaligus memberi informasi kepada Pangeran Aditya dan Farenza yang bertugas di lapangan. “Adit, Faren sedang berada di tengah kota, di dekat air mancur. Cepat jemput dia.” perintah Irfan.
“Baik.” jawab Pangeran Aditya. Sesuai rencana dan perintah Irfan, Pangeran Adit menggunakan kekuatannya untuk membuka portal teleportasi ke tempat Pangeran Farenza dan membuka satu portal lagi untuknya dan pengawal yang bersamanya lompat ke ibukota bagian barat. Pangeran Aditya dan kelompoknya datang lebih awal. “Irfan, aku sudah di sini, di mana pelakunya?” tanya Pangeran Aditya.
“Adit, di belakangmu!” seru Irfan. Dari arah belakang, segumpalan bola api yang sangat besar, sedang menuju ke kelompok Pangeran Aditya dan hampir mengenai mereka. Untunglah, Pangeran Farenza datang diwaktu yang tepat. Dari arah samping, ia mencoba menghentikan bola api tersebut.
“Faren?” Pangeran Aditya terkejut melihat kedatangan Pangeran Farenza tiba-tiba.
“Be-berat.” keluh Pangeran Farenza yang kesusahan menahan bola api itu.
“Adit, buka portal ke tengah-tengah laut!” perintah Irfan.
“Hah?” tanya Pangeran Aditya.
“Cepat!” seru Irfan. Pangeran Aditya Ia pun mempercayainya dan secepatnya membuka portal di bawah Pangeran Farenza dan di bawahnya. Ia pun membukanya di atas langit. Karena tidak ada yang bisa terbang, mereka berdua pun terjatuh. “Faren, cepat buang di langit. Di sana tidak ada apa-apa!” perintah Irfan.
“Ba-baik.” jawab Pangeran Farenza. Tanpa ragu-ragu, ia melemparnya ke langit. Di saat yang sama, “Adit, cepat buka portal kembali ke ibukota!” perintah Irfan kepada Pangeran Aditya. “Siap.” jawabnya.
Setelah bola api dilempar cukup tinggi, langsung pecah. Untunglah, di saat yang sama saat bola api itu meledak, Pangeran Farenza dan Aditya sudah masuk ke portal dan tidak terluka sama sekali.
“Faren, Adit, sekarang pengawal sudah sudah kusuruh mengejar sih dalang dan sekarang dia sedang berlari ke atas tembok sebelah barat dengan kecepatan tinggi. Cepat kejar dia!” kata Irfan. “Baik.” jawab mereka berdua bersamaan. Tidak perlu disuruh, Pangeran Aditya sudah membuka portal ke ke atas tembok tersebut.
“Kau kejadian dia dari atas. Aku akan dibawa.” usul Pangeran Farenza.
“Oke!” jawab Pangeran Aditya setuju. Pangeran Aditya membuka portal dan masuk ke dalam.
“Adit, dia ada di depanmu.” kata Irfan.
“Di depan?” Pangeran Aditya mencoba mencarinya. “Kau benar.” lanjutnya, dan langsung mengejar sih dalang tersebut.
145Please respect copyright.PENANA5G3Ak4sW8C
Di dalam istana, “Baiklah tinggal menangkapnya dan-” Perkataan Irfan terpotong karena ia menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan. Dia langsung memberitahu kepada Pangeran Farenza dan Aditya. “Adit, Faren, berhenti!” katanya. “Hah?!“ seru Pangeran Farenza dan Aditya secara bersamaan melalui kekuatan telepati.
“Ini hanya jebakan. Sih dalang itu ternyata memasang bom di sebelah timur.” kata Irfan. Kedua pangeran itu terkejut.
“Hah?!” Tiba-tiba Irfan juga terkejut. “Ada apa Irfan?” tanya Pangeran Farenza.
“Kalian harus cepat, karena rumah sakit dan panti asuhan di sana akan terkena.” jawab Irfan.
“Apa?!” tanya Pangeran Aditya.
“Baik, kami akan mengejarnya. Ayo Adit.” kata Pangeran.
“Oh, baik.” kata Pangeran Aditya dan langsung kembali membuka portal untuk dirinya dan Pangeran Farenza.
“Cepat, bomnya akan meledak.” kata Irfan.
“Baik. Kami sudah sampai, di mana bomnya?” tanya Pangeran Aditya.
“Ada di atas tembok!” jawab Irfan, dan langsung Pangeran Aditya membuka portal. “Faren, Adit, bawa itu ke tengah laut dan buang di sana.” perintah Irfan.
“Baik.” jawab mereka berdua.
“Cepat, kalian tidak punya banyak waktu!” kata Irfan. Pangeran Farenza dan Aditya mengurangi tindakannya dan kembali lagi ke ibukota.
“Astaga!” seru Irfan.
“Ada apa-apa?” tanya Pangeran Aditya.
“Aku baru saja menemukan, ternyata masih banyak bom yang terpasang di kota ini.” jawabnya.
“Apa?!” Pangeran Aditya terkejut.
“Kalian tidak perlu mengurusi sih dalang itu. Biarkan pengawal saja yang menanganinya. Prioritas pertama kita adalah menyelamatkan penduduk, kalian mengerti?” tanya Irfan.
“Ya.” jawab mereka berdua.
ns 18.68.41.175da2