“Irfan!” panggil Pangeran Aditya sambil berlari menuju adiknya yang berada di depannya.
“Kalian baru sampai?” tanya Irfan.
“Ya.” jawab Pangeran Aditya.
Mereka sekarang telah berada di depan pintu ruangan utama istana. Ruangan utama adalah ruangan Ruang utama adalah ruangan rapat Raja Danis. Ruangan utama itu hanya Pangeran Farenza yang diperbolehkan untuk masuk. Sementara dua adiknya tidak diperbolehkan.
“Kalau sudah di sini, kita harus segera masuk bukan?” kata Pangeran Farenza, lalu membuka pintunya lebar-lebar dan masukan mereka bertiga ke dalam.
Raja Danis yang sedang mengurusi berkas-berkas pekerjaannya di dalam, terkejut dengan kedatangan mereka. Ia langsung bangkit dan berkata, “Farenza, apa yang kamu lakukan di sini?” Namun setelah melihat Irfan dan Pangeran Aditya di belakangnya, wajahnya menjadi marah. “Apa yang dilakukan kalian di sini?” tanyanya kepada Irfan, lalu menatap tajam Pangeran Aditya. “Dan kau juga. Bukannya aku telah menghukummu untuk tetap berada di dalam kamar selama dua minggu?” tanyanya kepada Pangeran Aditya.
“Jangan salahkan mereka karena akulah, yang memberikan izin kepada Adit untuk keluar dan memperbolehkan mereka berdua masuk.” jawab Pangeran Farenza dengan lantang.
“Farenza, kenapa?” tanya Raja Danis agak kecewa. Sebenarnya Raja Danis sangat membanggakan Pangeran Farenza. Walaupun dia bukanlah anaknya sendiri.
“Pertanyaan lebih tepatnya, anda bawa ke mana Devina?” tanya Irvan sambil berjalan ke depan dan berhenti di depan meja Raja Danis.
“Memang siapa kau bisa berbicara kepada raja selancang itu?” tanya Raja Danis.
“Ya Mulia, jawablah.” desak Irfan.
Raja Danis mengerutkan dahinya dalam-dalam lalu mengangkat satu alisnya, sambil berkata, “Devina! Maaf, tapi aku tidak kenal nama itu.”
“Jangan berbohong. Andalah yang mengusir Devina dari istana kan?” Irfan berkata dengan sedikit membentak.
Raja Danis yang tidak terima, bangkit sambil menghentakkan meja. “Jaga sopan santunmu,” ketusnya, lalu berjalan ke arah jendela di sebelah kanan. “Keluarlah, sebelum aku panggil pengawal.” ancamnya.
“Kami tidak akan pernah sampai anda memberitahu di mana Devina berada.” Pangeran Aditya mmulai memberanikan diri.
“Berani sekali kalian.” kata Raja Danis lalu menarik sebuah tali di samping horden jendela. Saat tali ditarik, suara bel berbunyi, lalu beberapa saat kemudian datanglah sekumpulan pengawal dari luar, kemudian masuk ke dalam.
“Pengawal, bawa mereka semua dan kurung mereka di dalam kamarnya masing-masing.” perintah Raja Danis.
“Baik!” jawab para pengawal itu dengan kompak, lalu langsung mengepung ketiga pangeran itu.
“Sudah kubilangkan? Jangan pernah menentangku, karena pada akhirnya kalian akan berakhir seperti anak perempuan tadi.” kata Raja Danis.
“Anak perempuan?” Irfan langsung sadar kalau anak perempuan yang dikatakan Raja Danis adalah Devina.
“Anda ke mana kan dia?” tanyanya agak naik pitam .
“Berani-beraninya kamu masih berteriak kepadaku. Pengawal, cepat bawa mereka dan masukan Pangeran Irfan ke dalam menara. Lalu kurung dia.” perintah Raja Danis.
“Baik!” jawab para pengawal.
“Dn jangan kalian berani-beraninya melepaskannya tanpa izinku.” kata Danis lagi.
Langsunglah para pengawal menahan Irfan dan mengapung Pangeran Farenza dan Aditya, dan membawa Irfan pergi dengan paksa-paksa.
“Lepaskan aku!” seru Irfan sambil memberontak.
“Irfan!” seru Pangeran Aditya.
Tiba-tiba lantai dan atap terasa bergetar yang sangat kencang. Bahkan beberapa pengawal pun terjatuh, lalu pengawal yang mengepung Pangeran Farenza dan Aditya semuanya terlempar ke udara. Yang menyebabkan itu semua adalah Pangeran Farenza. 3 pengawal yang menangkap Irfan, dilemparnya ke udara.
“Jangan berani- berani kalian menyentuh adikku.” katanya.
“Farenza, berhenti!” bentak Raja Danis. Namun tetap saja, Farenza belum juga berhenti.
“Pengawal, tangkap dia!” perintah Raja Danis sambil menunjuk Pangeran Farenza.
Satu persatu pengawal berdatangan dan mencoba untuk menangkap Pangeran Farenza. Namun para pengawal itu tidak berhasil dan malah terlempar oleh kekuatan Pangeran Farenza. Setelah semua pengawal tumbang, Pangeran Farenza berjalan menghadapi Raja Danis. Raja Danis yang ketakutan, mencoba berlari. Namun, sebelum bisa melakukannya, Pangeran Farenza mengangkatnya ke udara menggunakan sihirnya. Ia pun terangkat ke atas dan tubuhnya agar dicekik oleh Pangeran Farenza.
“Farenza, lepaskan aku sekarang juga!” perintahnya.
“Sebelum itu, beritahu aku dulu di mana Devina.” jawab Pangeran Farenza.
“Apa?! Kau berani menentangku!” seru Raja Danis. Tapi pertanyaan itu malah membuat marah Pangeran farenza bertambah. Ia pun memperkencang cekikanya pada tubuh Raja Danis.
“Aaaa…” Raja Danis kesakitan karena tubuhnya dicekik oleh Pangeran Farenza. “Beritahu aku sekarang!” bentak Pangeran Farenza diikuti dengan warna matanya yang tiba-tiba berubah. Dari warna biru yang indah, menjadi merah darah. Hal itu membuat Irfan dan Pangeran Aditya terkejut. Irfan yang tidak ingin kakaknya lepas kendali, segera mengambil tindakan. Ia berlari menujunya, lalu sambil memegangi lengan Pangeran Farenza yang diangkat olehnya untuk mencekik tubuh Raja Danis. “Faren, hentikan. Matamu sudah berubah menjadi merah. Tenangkanlah sebelum kau kembali menghancurkan sekitarmu.” katanya.
Namun hal itu masih belum bisa sepenuhnya menghentikan amarah Pangeran Farenza. Setelah pandangannya menuju Irfan sebentar, ia mengalihkannya lagi kepada Raja Danis. Setelah itu memelankan cekikannya, dan berkata, “Tolong berikan beri tahu kami di mana dia sekarang aja.” Dengan nada lesuh.
Raja Danis menatap tajam Pangeran Farenza, lalu akhirnya berkata, “Dia di bawah. Di sel tahanan.”
“Begitu ya?” Setelah Raja Danis menjawab pertanyaannya, Pangeran Farenza menjadi agak tenang.
“Tapi sebaiknya kau cepat, karena aku tidak bisa menjamin kalau anak itu baik-baik saja atau tidak.” lanjutnya.
“Apa kau bilang?!” Gara-gara itu, amarah Pangeran Farenza yang awalnya sudah mulai mereda, kembali naik lagi.
“Faren, sudahlah, tidak usah memikirkannya,” kata Irfan, lalu menunjuk ke belakang. “Ayo cepat kita cari Devina.” selanjutnya.
Pangeran Farenza pun menoleh ke belakang dan agar tersenyum melihatnya, lalu berkata, “Kau ternyata masih bisa menggunakan kekuatan teleportasimu ya? Padahal kau baru menggunakannya tadi siang.” tanyanya kepada Pangeran Aditya. “Tentu saja. Jangan menganggapku selemah itu dong.” protes Pangeran Aditya yang sudah membuka portal untuk mereka bisa berteleportasi langsung ke sel itu. Dengan cepat, Irfan berlari menuju portal. “Semakin lama kita berdiam, semakin lama Devina menunggu,” ucap Irfan sambil berlari menuju portal yang dibuat Pangeran Aditya “Aku akan masuk duluan.” lanjutnya, sebelum memasuki portal itu.
“Kita juga sebaiknya bergegas.” kata Pangeran Aditya kepada Pangeran Farenza, lalu masuk ke portal tersebut.
Berbeda dengan kedua adiknya yang langsung meninggalkan lokasi dan melompat menggunakan portal, Pangeran farenza membereskan masalah yang ia buat dahulu. Raja Danis yang masih duduk di lantai dan tidak berdaya, dibuat tidur olehnya dan setelah itu Pangeran Farenza mengangkatnya dengan perlahan agar tidak membangunkannya, menuju kursi. Sementara para pengawal juga dibuat tidur olehnya. Baru setelah itu, ia masuk ke dalam portal. Portal yang dibuat oleh Pangeran Aditya, membawanya ke penjara bawah tanah.
ns 15.158.61.16da2