“Apakah kau tidak apa-apa?” tanyanya. Irfan yang menutup matanya karena silau, perlahan membukanya saat mendengar suara lembut dari orang di depannya. Irfan yang sudah membuka matanya, terbelalak melihat orang di depannya. “Kau-”
“Putri Syafira?” kata Wulan, menggantikan Irfan.
“Orang di depan aku adalah Putri Syafira itu?” tanya Irfan di dalam hati dan tidak percaya apa yang ia lihat. “A-apa anda be-benar-benar Putri Syafira?” tanya Irfan terbata-bata.
Di saat yang sama, “Agus, kau serang mereka. Jangan biarkan mereka lari!” perintah Wulan. Langsunglah orang itu kembali menyerang mereka.
“Agus?” tanya Irfan.
“Nanti saja bertanya. Sekarang fokus pada pertarungan ini.” kata Putri Syafira sambil mengambil pisau yang tadi Pangeran Aditya gunakan untuk menusuk Irfan dan berlari ke arah Pangeran Aditya.
“Ba-baik.” jawab Irfan sambil bersiap-siap menebas pedangnya ke pria bertopeng itu yang ternyata adalah Agus. Pertarungan antara Putri Syafira dengan Pangeran Aditya dan Irfan dengan Agus. Sementara Wulan hanya berdiri di luar kamar sambil tersenyum penuh kemenangan. “Kalian berdua, bunuh bocah itu dan tangkap Putri Syafira!” perintah Wulan. Seketika dengan keadaan kamar yang gelap, mata Agus dan Pangeran Aditya mengeluarkan cahaya biru dongker yang sangat mencolok “A-apa-apaan itu?” tanya Irfan menjadi fokus ke arah mata mereka dan tidak fokus dengan pergerakannya.
“Hei, kau, hati-hati.” kata Putri Syafira.
“Oh, baik.” jawab Irfan.
“Tidak akan kubiarkan kalian tapi hidup!” ketus Wulan.
“Dan aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!” bantin Irfan, lalu menebas kaki kanan Agus, membuatnya terjatuh dan tidak bisa bergerak. Sementara Pangeran Aditya dibuat sibuk oleh Putri Syafira, Irfan menggunakan kesempatan itu untuk menyerang Wulan. Irfan berlari ke depan dan bersiap untuk menebasnya. “Adit!” teriak Wulan, dan langsunglah Pangeran Aditya menggunakan kekuatan teleportasinya untuk berpindah tempat. Pangeran Aditya membuat portalnya di depan Wulan dan menghalangi Irfan dari menusuk Wulan. Pisau yang digunakan Pangeran Aditya terpental. Dengan itu, Pangeran Aditya tidak lagi memegang senjata.
“Akan aku akhiri ini.” ucap Irfan, lalu menebas pedangnya ke hadapan Wulan.
“Agus!” Wulan kembali berteriak. Agus yang sibuk menangani semua tusukan Putri Syafira, langsung berlari dan menggunakan kekuatannya untuk mendorong Irfan. Dorongan Agus sangat kuat, sampai-sampai yang membuat Irfan menabrak tembok di sebelahnya. Bahkan, tembok yang tertabrak olehnya hancur dan sedikit roboh. Karena hantaman yang begitu kuat, Irfan sampai memuntahkan darah. Putri Syafira kaget. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Putri Syafira.
“Pertarungannya mari kita akhiri dulu. Aditya, buka portal!” perintah Wulan. Pangeran Aditya mengangguk dan segera membuka portal. Wulan pun memasukinya yang pertama kali.
“Tidak ada gunanya kita bertarung di sini sekarang. Jadi mari kita lanjutkan nanti di Celestia.” katanya.
“Celestia?” tanya Irfan di dalam hati.
“Sampai jumpa.” kata Wulan dan masuklah ia ke dalam bersama Agus dan Pangeran Aditya di belakangnya. Setelah mereka pergi, Putri Syafira menghampiri Irfan yang babak belur dan tidak bisa lagi bergerak. Semua tubuhnya terasa nyeri dan sakit. Mulutnya penuh dengan darah yang ia baru saja ia muntahkan. Putri Syafira melutut di hadapannya. “Kamu tidak apa-apa?” tanyanya.
“Pertanyaan macam apa itu?” sengit Irfan sambil tersenyum sinis. Irfan mengangkat kepalanya perlahan-lahan dan menatap Putri Syafira dengan wajahnya yang pucat. “Ke-kenapa kau tidak mengejar mereka?” tanyanya dengan suara yang pelan.
“Lalu meninggalkanmu sendiri di sini?” tanya balik Putri Syafira. Irfan hanya bisa menutup matanya dan menyenderkan tubuhnya di tembok di belakangnya. Putri Syafira menghela nafas lalu saat yang sama, sebutir air keluar dari mata Irfan, membuat Putri Syafira kaget. Lama-lama, butiran air itu menjadi deras dan mata Irfan yang indah bagaikan warna langit, menjadi berair. “Ka-kamu menangis?” tanya Putri Syafira. Air mata Irfan semakin deras setelah ia bertanya seperti itu. “Hei! Tenanglah.” katanya lagi.
“Tenang? Bagaimana bisa? Devina telah mati, Adit ternyata seorang penghianat, dan sekarang mereka pasti sedang merencanakan sesuatu yang besar. Tapi aku malah tidak bisa melakukan apapun sekarang.” tangis Irfan makin menjadi. Putri, Syafira menghela nafas lagi, lalu mengambil selembar sapu tangan di saku roknya dan menggunakannya untuk menghapus air mata Irfan. Irfan tidak tahu harus berkata apa. Tubuhnya lemas dan sudah tidak punya tenaga untuk berbicara. Irfan sekarang sudah tidak menangis, namun matanya masih berair. Setelah semua air mata Irfan telah dihapus oleh Putri Syafira, ia bangkit,, tersenyum pada Irfan, mengepalkan akan kedua tangannya, meletakannya di depan dadanya, lalu menutup mata, dan menggumamkan sebuah lagu. Suara gumaman Putri Syafira terdengar sangat merdu, lembut, dan indah. Suara gumaman indah Putri Syafira menjadi sebuah energi sihir yang sangat terang dan kuat. Energi sihir milik Putri Syafira terlihat seperti notasi balok dan garis nada. notasi balok dan garis nada memenuhi satu kamar itu dan saat Putri Syafira mengangkat kedua tangannya ke atas dan dengan cepat dan tajam menurunkannya, semua notasi balok dan garis nada yang berada di ruangan itu, berterbangan mengelilingi Irfan dan Devina. Tidak membutuhkan waktu lama, semua luka nyeri dan sakit yang dirasakan Irfan menghilang.
“A-apa yang te-terjadi?” Irfan terbelalak.
Dari sampingnya, cahaya yang begitu terang muncul. Irfan merasa penasaran dan melihat sumber cahaya itu. Ternyata, cahaya itu berasal dari tubuh Devina yang terangkat oleh kekuatan Putri Syafira. Irfan lebih terkejut saat melihat semua luka tusukan di tubuh Devina, menghilang. Pisau yang menusuk tubuh Devina, terlepas dan terjatuh di lantai. Wajahnya tidak pucat dan tampak segar. Tubuh Devina pun perlahan diturunkan kembali ke atas kasur.
“Jadi bagaimana, sudah tidak sakit lagi kan?” tanya Putri Syafira yang telah berada di depan wajah Irfan, membuatnya kaget dan kepalanya bahkan sampai terbentur tembok.
“Awww…” keluh rfan sambil mengelus kepalanya yang kejedot tembok.
“Hati-hati dong. Aku baru saja menyembuhkanmu. Jadi jangan membuat tubuhmu terluka lagi.” kata Putri Syafira sambil tersenyum manis, membuat Irfan tersipu.
“Ba-baik.” jawabnya. Kerena malu, ia menjadi menjadi tersipu. Irfan membuang mukanya, membuat Putri Syafira tertawa.
“Jadi, namamu siapa?” tanya Putri Syafira.
“Irfan.” jawabnya.
“Oh, Irfan. Lalu apa hubunganmu dengan Adit dan anakku?” tanya Putri Syafira lagi.
‘“Oh iya, aku belum lahir saat itu. Jadi pasti dia tidak mengenaliku.” kata Irfan di dalam hati. “Hubunganku? Lebih pentingnya, kau masih hidup?” tanya Irfan. mengalihkan pembicaraan.
“Jahatnya.” ketus Putri Syafira.
“Maaf, tapi saya kira karena anda telah diculik, anda juga sudah dibunuh.” jawab Irfan.
“Memang dari siapa kau tahu aku dibunuh?” tanya Putri Syafira.
“Emm… dugaan.” jawab Irfan.
“Kalau begitu, artinya kamu sudah menyelidiki tentangku?” tanya Putri Syafira.
“Aaa…” Irfan bingung ingin berkata apa-apa.
“Jangan-jangan kau juga tahu soal kebakaran rumah itu?” tanya Putri Syafira.
“Hmmm… “ Kali ini Irfan sampai membuang mukanya.
“Siapa kau ini sebenarnya?” tanya Putri Syafira menjadi curiga.
“Sudah aku bilang, nama saya Irfan.” jawab Irfan sambil mencoba berdiri.
“Hmmm… kalau dilihat-lihat lagi kau mirip sekali dengan Faren waktu kecil. Wajah, rambut, dan matamu sama dengan Adit. Apa jangan-jangan kau-” Putri Syafira menyadari sesuatu.
“Apakah dia akan tahu kalau aku adalah pangeran ketiga?” tanya Irfan di dalam hati.
“Tapi tidak mungkin. Ini pasti hanya kebetulan. Kau tidak mungkin adiknya mereka kan?” tanya Putri Syafira meremehkan.
“Ya ampun ini orang, kayanya nggak percaya amat ya aku ini adiknya mereka.” Irfan di dalam hati. “Kalau mereka artinya Adit dan Faren, ya, aku memang adiknya.” jawab Irfan.
“Hah?! Artinya kau pangeran ketiga?” tanya Putri Syafira tidak percaya. Irfan mengangguk, namun Putri Syafira malah tertawa. “Kamu ini suka bercanda saja ya.” katanya.
“Ya, dibilangin enggak percaya.” sengit Irfan dengan suara pelan.
“Nggak mungkinlah, Adit itu kan anak terakhirnya. Setelah itu tidak ada lagi.” kata Putri Syafira.
“Ya, terserah andalah. Tapi ngomong-ngomong, apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana cara anda tiba-tiba muncul? Dan sebenarnya siapa perempuan bernama Wulan itu?. tanya Irfan sambil kepanikan. Putri Syafira menepuk pundak Irfan. “Tenanglah, tidak usah sepanik itu.” katanya.
“Bagaimana tidak panik? Agus dan Adit ternyata adalah pengkhianat.” kata Irfan sambil menjambak-jambak rambutnya.
“Hei, kamu tidak boleh begitu. Adit itu kan pangeran. Hanya akulah yang berhak memanggilnya seperti itu.” nasehat Putri Syafira.
“Ba-baik.” jawab Irfan tidak tahu harus berkata apa lagi.
“Tapi tenang saja, Adit dan Agus bukanlah penghianat.” kata Putri Syafira lagi.
“Lalu tadi?” tanya Irfan.
“Mereka dikendalikan pikirannya oleh Wulan.”
“Ehhh... kok bisa?” tanya Irfan.
“Kerena Wulan dulu adalah bangsawan, jadi dia punya kekuatan. Dan kekuatannya itu adalah pengendalian pikiran.” jelas Putri Syafira.
“Jadi tadi itu, Adit- maksudku Pangeran Aditya dan Agus dikendalikan pikirannya oleh nya?” tebak Irfan.
“Ya, seminggu yang lalu, dia datang ke rumahku dengan tampilan seperti tetanggaku. Jadi tentu saja dengan tampak seperti itu, aku membolehkannya masuk ke rumahku. Tapi saat aku tinggal sebentar dengan Agus untuk mengambil minuman, dia merubah wujudnya dan mengendalikan pikiran Agus dengan paksa. Untungnya, Devina saat itu tidak ada rumah. Jadi dia aman dan tidak dikembalikan pikirannya atau dibunuh oleh Wulan.” jelas Putri Syafira.
“Lalu bagaimana dengan anda?” tanya Irvan.
“Aku beruntung bisa menyelamatkan diri dengan portal teleportasi-”
“Tunggu sebentar. Maaf, bukannya saya bermaksud untuk memotong pembicaraan anda. Tapi bagaimana cara tuan putri bisa menggunakan portal teleportasi? Kekuatan putri kan bukannya penyembuh?” tanya Irfan.
“Memang benar. Tapi aku belajar cara membuat portal tanpa kekuatan khususnya.”
“Itu bisa?” tanya Irfan tidak percaya.
“Bisa kok. Tapi tentu saja, proses dan energi yang kita keluarkan itu lebih banyak daripada memiliki kekuatan aslinya.” jelas Putri Syafira.
“Oh, jadi begitu ya.” Irfan mengangguk-anggukan kepalanya, dan di saat yang sama, ia berbicara di dalam hati. “Jadi begitu, Wulan adalah pembunuh bayaran dari Raja Danis yang harusnya membunuh Agus, tapi berkhianat.”
“Lalu anda tahu apa rencana Wulan? Kenapa dia mengendalikan pikiran mereka” tanya Irfan kepada Putri Syafira.
“Aku tidak begitu tahu detailnya, tapi katanya dia ingin menghancurkan Celestia” jawab Putri Syafira.
Irfan terkejut. “Bagaimana caranya?” tanyanya.
“Sudah kubilang kan, aku tidak tahu detailnya.” ulang Putri Syafira.
“Begitu ya? Dia bilang ingin menghancurkan kerajaan? Bukan hal yang mengejutkan sih, dengan Agus bersamanya, itu tidak mustahil. Ditambah, Adit yang mempunyai kekuatan teleportasi,” pikir Irfan dalam hati lalu muncullah sebuah pemikiran negatif. “Apa jangan-jangan, kehancuran di kota kemarin adalah ulah mereka? Kalau benar begitu kalau, kenapa mereka berhenti di tengah jalan? Apa itu rencana mereka juga?” lanjutnya, masih berbicara di dalam hati.
“Ada apa ini?” terdengar suara Devina dari samping. Irfan terkejut dan langsung menoleh. “Devina?” ujarnya, lalu berlari ke arahnya. Awalnya Irfan berniat untuk memeluk Devina, namun Putri Syafira sudah mendahuluinya. Walaupun kecewa tidak bisa memeluk Devina, Irfan merasa lega Devina ternyata baik-baik saja.
“Devina!” seru Putri Syafira sambil memeluknya. Walaupun kesadaran Devina belum sepenuhnya, ia terkejut saat Putri Syafira memeluknya.
“Ma-mamah?” tanyanya. Putri Syafira melepas pelukannya dan memandang Devina dengan penuh bahagia. “Syukurlah kau baik-baik saja.” katanya, lalu kembali memeluk Devina.
“Mamah baik-baik saja?” tanya Devina di dalam hati. Setelah sadar, dengan kasar, melepas pelukan ibunya. “Mamah ke mana saja? Kenapa Mamah menghilang tiba-tiba? Aku sangat khawatir tahu. Tolong jangan pernah melakukan itu lagi,” katanya. Air mata Devina penahanan pun keluar. “Aku takut mamah terluka. Aku juga tidak mau mamah diperlakukan tidak baik oleh orang yang menculik mamah.” lanjutnya.
“Menculik?” Putri Syafira malah terlihat bingung.
“Iya, itu alasan kenapa mamah menghilang bukan?” tanya Devina, balik bertanya. Putri Syafira melirik ke arah Irfan Irfan. Irfan membuang mukanya. Setelahnya, Putri Syafira kembali memeluk Devina. “Maaf, aku tidak tidak bermaksud membuatmu khawatir.” katanya dan seketika air mata berjatuhan dari mata Putri Syafira, membuat Devina benar-benar terkejut.
“Ma-mama menangis?” tanya Devina. Putri Syafira menghapus air matanya yang terus-terusan keluar tanpa berhenti. “Maafkan mamah harus memperlihatkan sisi buruk ini. Maaf mamah benar-benar tidak bisa melindungimu dari semua ini dan membuat kamu terlibat dalam ini semua. Mamah juga minta maaf telah banyak berbohong. Sebenarnya-”
“Aku tahu kok,” Devina memotong perkataan Putri Syafira, membuat ia terkejut. “Aku tahu mamah berasal dari dunia lain bersama papah dan mamah adalah putri dari negara di sana.”
“Ka-kau tahu sampai sejauh itu?” tanya Putri Syafira. Devina mengangguk, lalu berkata, “Aku juga tahu lebih banyak dari itu.” Putri Syafira menggigit bibirnya.
“Be-begitu ya? Itu berarti kau sudah bertemu dengan Adit dan Faren, atau Raja Danis?” tanya Putri Syafira.
“Bagaimana caranya kau tahu? Apakah akan mereka mendatangimu? Atau bagaimana?” tanya Putri Syafira.
“Salah. Irfan lah yang mengenalkanku pada mereka.” jawab Devina.
“I-Irfan?” tanya Putri Syafira. Vina mengangguk mengangguk
“Malahan, dialah yang membawa ke dunia itu. Tanpa dirinya, mungkin aku masih berada di rumah Tante Dinda.” lanjut Devina.
“Hah?! Maksudnya bagaimana?” tanya Putri Syafira.
“Katanya, beliau akan membiayai semua keperluanku dan membiarkan aku tinggal di sini sementara sampai aku bisa menafkahi diriku sendiri.” jawab Devina.
“O-o-oh, begitu ya.” Putri Syafira tidak tahu harus berkata apa.
“Dia sangat baik hati ya?” kata Devina. Beberapa saat kemudian Devina baru sadar akan sesuatu dan melihat sekelilingnya. “Ngomong-ngomong, bukannya ini salah satu kamar di rumah Tante Dinda? Apa yang terjadi di sini?” tanyanya.
“Ohm jadi begitu ya. Itu pasti semua adalah rencananya untuk membuat Devina tinggal di rumah. Untung aku membawanya, jika tidak, mungkin nyawanya sudah hilang sekarang.” kata Irfan dalam hati.
“Ya, ceritanya sulit dijelaskan. Tapi tunggu sebentar, Irfan? Maksudmu anak itu?” tanya Putri Syafira sambil menunjuk Irfan.
“Ya, dia adalah Pangeran ketiga dan saat aku bertemu dengannya saat dia sedang dalam misi mencari mamah dan papah.” jelas Devina.
“Misi? Nggak juga sih.” kata Irfan.
“Dia pengeran?” tanya Putri Syafira tidak percaya.
“Oh ya, mamah kan sudah pergi sebelum Irfan lahir.” kata Devina baru ingat.
“Apa kau benar-benar pangeran?” tanya Putri Syafira kepada Irfan.
“Kan saya sudah bilang, tapi anda tidak percaya.”
“Ma-masa sih?” tanya Putri Syafira masih tidur mempercayainya.
“Terserah anda lah.” Irfan pun menyerah.
“Wajahnya sih memang sama dengan Faren saat masih kecil.” kata Putri Syafira.
“Sudahlah, lupakan saja. Yang lebih penting, kita harus kembali ke istana. Kita harus menyelamatkan Celestia dari kekacauan besar.” usul Irfan.
“Kekacauan besar? Celestia? Apa yang sebenarnya terjadi? Dan kenapa mamah tiba-tiba berada di sini?” tanya Devina.
“Baiklah, akan kuceritakan semua yang terjadi tadi. Sekalian kita membuat rencana cara mengalahkan Wulan.”
ns 15.158.61.6da2