Pada waktu yang sama, pintu kembali terbuka. Masuk Pangeran Farenza dan Aditya ke dalam. Sayangnya, Irfan tidak sempat bersembunyi dan ketahuan oleh mereka. Ia berpura-pura diam dan kembali menutupi wajahnya dengan topik yang ia pakai, mencoba mengelabuhi Pangeran Farenza dan Aditya dengan penampilannya. Tetapi tidak beruntung, Pangeran Farenza tidak berkata apapun, mengeluarkan pedangnya dan berlari dengan cepat ke arah Irfan.
“Gawat!” serunya sambil mengambil ramuan dari dalam tas yang ia bawa. Irfan hasil menghindari serangan Pangeran Farenza, tapi Irfan lupa kalau ada Pangeran Aditya yang bisa menggunakan teleportasi. Akibatnya, saat Pangeran Aditya membuka portal di bawahnya, Irfan tidak sempat menghindar dan masuk ke perangkapnya. Pangeran Aditya membuka portalnya di atas, Irfan pun terjatuh. Pangeran Farenza menangkapnya dengan kekuatannya dan melemparnya dengan keras ke samping. Ramuan yang ditaruh di dalam botol untungnya selamat, tapi tidak bagi Irfan. Irfan terhantam tembok dan jatuh ke tumpukan buku-buku. Walaupun hantaman Pangeran Farenza tidak sekuat dan sakit hantaman Agus, Irfan masih merasa kesakitan. Pangeran Farenza dan Aditya mendatanginya. Saat seluruh tubuh Irfan terasa remuk dan sakit, Irfan membuka tutup botol tersebut dan saat kedua pangeran itu sudah sangat dekat dengannya, ia melemparkan ramuan tersebut. Ramuannya mengenai tubuh mereka, tapi belum ada reaksi. Sampai saat Pangeran Farenza mengangkat kerah baju Irfan yang membuatnya terangkat dan menjadi sesak nafas, barulah ramuannya bekerja. Mata biru dongker Pangeran Aditya dan Farenza akibat mantra Wulan, penghilang. Warna mata mereka kembali menjadi biru muda yang indah. Pangeran Farenza yang sedang mengangkat mengangkat kerah baju Irfan, saat tersadar, terkejut.
“I-I-Irfan?” katanya sambil melepaskan Irfan dengan perlahan-lahan. Irfan yang kehilangan tenaganya, terjatuh ke lantai.
“I-Irfan, kau kenapa?” tanya Pangeran Farenza dan Aditya bersamaan.
“A-apakah aku yang melakukannya?” tanya Pangeran Farenza sambil melihat tangannya yang gemetaran. Pangeran Aditya melihat sekeliling.
“Di mana ini?” tanyanya dan setelah beberapa saat, barulah dia sadar. “Tunggu, ini di istana ya? Bagaimana kita ada di sini? Apa yang terjadi padamu? Dan di mana Devina?” tanya panjang lebar.
“Ceritanya panjang, tapi intinya, wanita yang bertemu kita saat di dunia Devina, ternyata adalah Wulan, seorang pembunuh bayaran dari Raja Danis.” jelas Irfan.
“Pembunuh bayaran? Paman Danis? Tidak mungkin!” kata Pangeran Aditya.
“Itu kenyataannya. Tapi dia berhianat dan berencana untuk menghancurkan Celestia dengan cara rencana yang sudah ia siapkan. Salah satunya adalah manipulasi kalian, Agus, dan warga di ibukota. Dia juga telah merencanakan sebuah skenario.” lanjut Irfan.
“Hah?! Bagaimana? Wulan menghancurkan Celestia? Aku sama sekali tidak mengerti.” Pangeran Aditya kebingungan.
“Irfan menghela nafas. “Pokoknya panjanglah ceritanya. Akan kuceritakan nanti. Tapi sekarang, aku harus-” Di waktu yang sama, Pangeran Farenza memegang tangan Irfan Irfan. Irfan bisa merasakan tangan Pangeran Farenza yang gemeteran.
“Faren, ada apa? Tanganmu gemeteran.” tanyanya.
“Maaf aku telah menghantam dan melakukan hal lain yang telah melukaimu.” kata Pangeran Farenza dengan nada agak serak.
Irfan tersenyum. “Ya elah, masih dipikirinkan? Sudah kubilang, kau telah dimanipulasi pikirannya oleh Wulan, jadi kau menghantamku seperti tadi bukan karena kemauanmu sendiri. Lagi pula, hantamanmu memang sakit, tapi tidak sesakit hantaman Agus.” katanya.
“Agus? Apa maksudmu? Kau bertemu dengannya?” tanya Pangeran Farenza.
“Ya. Tapi dia-” tapi Irfan terpaksa berhenti karena dari arah belakang, ada yang melemparkannya lilin yang apinya masih menyala. Irfan hampir terkena, tapi untungnya Pangeran Farenza sigap menghentikannya dengan kekuatannya. Ia membuat tembok pelindung di belakang Irfan yang menghadap kepadanya dan mematikan apinya dengan satu tiupan.
“Siapa itu?” tanyanya sambil perlahan berdiri. Dari sudut ruangan, terlihat dua cahaya berwarna biru tua yang memancar dari mata seseorang.
“Putri Syafira?” tanya Irfan di dalam hati. Pangeran Aditya mengeluarkan pedangnya lalu berlari ke arah sih lempar lilin. Pangeran Aditya berkata, “Aku tidak peduli siapa kau, tapi kau tidak akan bisa lari setelah mengganggu momen kami.” katanya.
“Adit, jangan!” larang Irfan, di saat yang sama saat Pangeran Aditya hendak mengibaskan pedangnya kepada orang itu. Di saat itulah, saat cahaya pantulan pedang Pangeran Aditya menerangkan wajah orang itu, Pangeran Farenza dan Aditya terkejut. Namun kibasan pedang Pangeran Aditya sudah tidak bisa dihentikan dan hampir mengenai wajah Putri Syafira.
“Faren, hentikan dia dengan kekuatanmu!” perintah Irfan. Tanpa berpikir lama, Pangeran Farenza memancarkan kekuatannya kepada pedang Pangeran Aditya. Pedang tersebut terpental dan tidak terkena wajah Putri Syafira. Sementara Pangeran Aditya terpeleset ke depan gara-gara hal itu. Dengan kesempatan itu, Putri Syafira yang telah dikendalikan oleh Wulan, mengeluarkan pisau dari dalam saku roknya. Irfan tidak bisa hanya diam melihat kakaknya akan tertusuk. Irfan pun meminta bantuan Pangeran Farenza untuk melakukannya.
“Faren, angkat Putri Syafira!” perintahnya, dan Pangeran Farenza langsung melakukannya. Pisau Putri Syafira terjatuh ke lantai, sedangkan ia terangkat ke udara. Pangeran Aditya yang masih syok dan duduk tanpa tenaga di bawah. Begitupun dengan Pangeran Farenza yang kaget karena melihat sosok yang sangat dikagumi saat kecil di hadapannya. “Ti-ti-tidak mungkin.” katanya terbata-bata. Di waktu kakak-kakaknya hanya bisa mematung dan bengong, Irfan berjalan ke arah Putri Syafira sambil membuka botol ramuan terakhirnya dan menyiramnya ke wajah Putri Syafira.
“I-I-Irfan, apa yang kau lakukan?” tanya Pangeran Aditya kaget.
“Apa yang kau lakukan Irfan kepada Putri Syafira?” tanya Pangeran Farenza.
Setelah itu, mata biru dongker Putri Syafira menghilang dan berubah menjadi normal. Irfan lalu menoleh ke belakang. “Oke, keadaannya sudah aman. Faren, kau boleh melepaskannya.” katanya kepada Pangeran Farenza.
“Hah? O-o-oh, oke.” katanya dan pelan-pelan menurunkan Putri Syafira.
“Irfan, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia adalah Putri Syafira?” tanya Pangeran Aditya sambil menunjuk Putri Syafira di hadapannya dengan lengannya yang masih gemetaran. Irfan menuntut di hadapan Putri Syafira yang terbaring di lantai sambil perlahan membuka matanya.. Irfan tersenyum lebar lalu berkata, “Selamat datang kembali tuan putri.”116Please respect copyright.PENANA6q79bhgu5v