![](https://static.penana.com/images/chapter/642759/uO_13D88D89-694A-414F-B5C1-99E49E1FBDB9.png)
“Wah, hebat sekali kau Irfan.” puji Pangeran Aditya sambil memukul pundak Irfan.
“Ya, rencanamu berjalan dengan baik sesuai dengan dugaanmu.” puji Devina. “Aekarang kerajaan tidak lagi dalam masalah.” Pangeran Farenza mengikuti. Sementara para warga, Pangeran Farenza, Pangeran Aditya, dan Devina, sedang mengerumuni Irfan untuk berterima kasih padanya, Raja Danis, Putri Syafira, dan Agus, di belakang semua itu.
“Akhirnya berakhir juga ya.” kata Putri Syafira sambil menghela nafas lega.
“Ya, ka benar.” lanjut Agus.
“Belum sepenuhnya.” Raja Danis sambil berjalan ke depan mereka berdua.
“Apa maksud ayah? Ayah tidak akan membunuh Agus atau Devina kan?” tanya Putri Syafira khawatir.
“Aku tidak mungkin melakukan itu kepada orang yang telah menyelamatkan Celestia.” kata Raja Danis.
“Lalu apa?” tanya Putri Syafira.
“Aku akan turun tahta, dan ingin kau yang menggantikanku.” kata Raja Danis.
“Hah? Kenapa tiba-tiba? tanya Putri Syafira.
“Selain faktor umur, ini juga salahku semua terjadi.” jawab Raja Danis.
“Apa maksud anda?” tanya Devina, yang ternyata mendengar semuanya. Dan bukan hanya ia yang mendengarnya, tapi juga Pangeran Farenza, Aditya, Devina, dan Irfan.
“Ini semua salahku karena Wulan menyerang ibukota. Dia dandam kepadaku, itulah sebabnya.” jawab Raja Danis.
“Bukan itu yang saya tanyakan.” Devina menyala.
“Lalu?” tanya Raja Danis.
“Kalau Raja Danis meminta mamah untuk menjadi penerus, apa artinya saya harus meninggalkan bumi tempat saya lahir dan tinggal di sini?” tanya Devina.
“Memang harusnya begitu.” jawab Raja Danis.
“Tidak, itu tidak akan terjadi.” kata Agus.
“Apa katamu?” tanya Raja Danis agak membengkak.
“Anda tidak bisa menjadikan orang sebagai penerus tahta dengan paksa.” jawab Agus.
“A-Agus?” Putri Syafira terkejut mendengar Agus yang menentang pembicara kepada Raja Danis.
“Lancang sekali kau. Tapi terpaksa atau tidak, Syafira tetaplah anakku, yang artinya dia memiliki kewajiban untuk naik tahta.” kata Raja Danis tetap bersikeras.
“Tapi bukannya anda bilang sendiri, mamah telah dikeluarkan dari keluarga kerajaan dan tidak memiliki hak untuk menjadi penerusnya?” tanya Devina.
“Itu benar ayah. Aku telah memutuskan untuk melarikan diri dari tanggung jawabku 16 tahun yang lalu dan sebagai hukumannya, aku tidak punya hak lagi untuk naik tahta. Bukannya begitu ayah?” tanya Putri Syafira.
“Kalau begitu siapa yang akan menjadi penerusnya? Faren?” tanya Irfan.
“Mungkin aku tidak bisa naik tahta, tapi jika boleh, aku punya usul siapa yang berhak mendapatkan tahta tersebut.” kata Putri Syafira.
Raja Danis menghela nafas. “Baiklah, akan kudengarkan idemu.” katanya, memberikan Putri Syafira izin.
“Terima kasih,” kata Putri Syafira sambil sedikit menundukkan kepalanya. “Menurutku, orang yang paling tepat akan naik tahta adalah Irfan.” lanjutnya.
“Hah? Aku?” tanya Irfan terbelalak.
“Sebenarnya itu bukan ide yang buruk. Dia memang pahlawan di balik ini semua, ya kan Faren?” tanya Pangeran Aditya kepada Pangeran Farenza yang berada di sampingnya. Pangeran Farenza mengganggu. “Ya, aku setuju, Aku dengan lapang dada dan bangga akan menyerahkannya kepadamu.” katanya.
“Eh, bentar, bentar, bentar! Kalian Ingatkan umurku masih 14 tahun? Terlalu muda untuk menjadi raja. Lagi pula, aku tidak ingin menjadi raja, terlalu banyak tanggung jawabnya.” tolak Irfan.
“Lalu apa harus kulakukan sebagai permintaan maaf telah menuduhmu berhianat?” tanya Raja Danis.
“Kalau begitu, untuk permintaanku, aku ingin hidup di dunianya Devina, bersamanya.” jawab Irfan.
“Hah?!” seru Devina. Putri Syafira, Pangeran Farenza, dan Aditya bersamaan. Kenapa kau memilih itu?” tanya Raja Danis yang juga kaget mengetahui keinginan sebenarnya Irfan.
“Kerena masih banyak hal yang ingin aku coba di sana.” jawab Irfan.
“Kalau cuma itu, kau juga tidak perlu sampai tinggal segala di sana kan?” tanya Putri Syafira.
“Maksudnya?” tanya Irfan tidak mengerti.
“Maksudnya, pangeran bisa hanya menetap sementara di sana dan balik lagi ke sini dengan teleportasi.” jelas Agus.
“Tapi kalau begitu, aku tidak akan bisa melindungi Devina setiap saat.” kata Irfan. “Melindunginya? Maksudnya apa?” tanya Raja Danis.
“Seperti yang kau bilang, aku ingin melindungi Devina dan juga Putri Syafira.” jawab Irfan.
“Pangeran, kan ada saya. Saya bisa kau melindungi mereka berdua sendiri.” kata Agus.
“Bukannya kemarin kaulah orang yang pertama dikendalikan pikirannya oleh Wulan?” tanya Irfan. itu
“Eeee…. “
“Kita tidak tahu akan bagaimana kedepannya. Mungkin masih ada hal yang lebih besar dan lebih berbahaya daripada ini. Di saat itu semua terjadi, aku ingin di sana untuk melindungi mereka,” kata Irfan, lalu ia menoleh kearah Devina di depannya, di belakang Putri Syafira. “Bolehkan Devina?” tanyanya dengan senyum manisnya., membuat Devina tersipu dan tidak berani melihatnya atau menjawabnya.
“Aduh, kamu ini bisa aja alasannya,” kata Pangeran Aditya sambil merangkul Irfan. “Tapi ingat ya, Devina itu keponakan aku juga, jadi jangan berani-berani melakukan hal yang aneh kepadanya.” lanjutnya.
“Maksudnya?” tanya Irfan.
‘Irfan, itukah kemauanmu?” tanya Raja Danis. Pangeran Aditya melepaskan rangkulannya dari badan Irfan dan Irfan mengganggu.
“Baiklah, tapi jangan sampai kau menyesali tindakan dan pilihanmu sendiri.” lanjutnya.
“Tentu.” kata Irfan dengan percaya diri.
“Ya sudah, kau mendapatkan izinku.” kata Raja Danis.
“Benarkah?” tanya Irfan yang terlihat sangat senang.
“Tapi satu lagi,” Namun Raja Danis menghentikannya.
“Apa itu?” tanya Irfan. Di saat yang sama, Irfan terkejut karena Raja Danis tiba-tiba dipeluk olehnya. “Terima kasih. Kau sudah melakukan hal yang bahkan aku sendiri tidak terpikirkan. Aku sangat bangga memanggilmu sebagai keponakanku,” bisiknya di telinga Irfan, lalu melepaskan pelukannya. “Aku mempercayai Syafira ditanganmu. Jadi jangan buat aku kecewa.” lanjutnya. Irfan tersenyum. “Ya, tentu saja.” katanya. “Kalau begitu, penerus selanjutnya adalah Faren?” tanya Putri Syafira.
“Apa? Itu tidak adil. Aku juga mau jadi raja.” rengek Pangeran Aditya bertindak seperti anak kecil.
“Kau ini dasar ya.” sengit Pangeran Farenza sambil memukul kepala Pangeran Aditya.
“Aw, sakit kepalaku.” keluhnya, membuat Irfan dan yang lain tertawa.
“Farenza, aku percayai Celestia padamu.” kata Raja Danis.
“Ya, baik.” jawab Pangeran Farenza. TAMAT
ns 15.158.61.16da2