"Jadi bagaimana dengan kakak perempuan Ervan? Tolong ceritakan."261Please respect copyright.PENANAtSQyE9KUPq
Syamil duduk di sebelah Risa lalu menjawab, "Iya, dia punya."
"Terus ke mana orangnya?" tanya Risa.
"Kalau pertanyaannya di mana, gua gak tau. Tapi yang pasti dia udah gak tinggal bareng lagi sam Ervan, semenjak 4 tahun yang lalu."
"4 tahun yang lalu? Kenapa? Kok bisa? Kuliah kah? Tapi gak mungkin sih. Sama dari seumuran kita."
"Kalau nggak salah, dia dikeluarkan dari keluarga Ervan."
"Di-dikeluarkan? Mengapa?"
"Kakak perempuan Ervan itu bandel banget dan benar-benar gak bisa diatur."
"Padahal perempuan loh."
"Kan, gak semua perempuan baik. Ada yang gak baik juga. Contohnya kakaknya Ervan itu" jelas Syamil.
"Oke, lu bener. Tapi karena hanya bandelkah, dia sampai dikeluarkan dari keluarga Ervan?"
"Dia tuh bandelnya udah keterlaluan. Bahkan dia dikeluarkan dari sekolah gara-gara kenakalannya. Dan lebih parahnya lagi, dia dikeluarkan 2 bulan setelah pertama kali masuk."
"Kelas sepuluh maksudnya?" tebak Risa.
"Iya, baru banget masuk, langsung dikeluarin." jelas Syamil.
"Gua gak percaya. Segitunya kah?" tanya Risa.
"Ya, segitunya."
"Lu pernah dijahilin sama dia?"
"Emmm, kayaknya sih enggak. Gua agak lupa. Dia itu lebih menghabiskan waktunya di luar daripada di rumahnya sendiri. Jadi gua sama dia jarang ketemu." jelas Syamil.
"Emangnya dia berbuat apa sampai dikeluarkan dari sekolah?" tanya Risa, penasaran.
"Gua gak tau soal itu. Gua juga udah pernah tanya sama Ervan. Tapi gak dijawab."
"Iyalah. Mana ada adik yang mengungkapkan kejelekan kakaknya sendiri." kata Risa.
"Ya, gitu deh."
"Jadi dia diusir dari keluarga Ervan gara-gara orang tuannya malu?" tebak Risa.
"Menurut gua juga gitu sih. Apalagi orang tua Ervan termasuk orang yang memiliki kedudukan tinggi. Jadi untuk melindungi nama baik keluarganya, dia diusir. Entah benar atau tidak sih. Menurut pemikiran gua begitu." jelas Syamil.
"Kejam banget yah."
"Dan menuju gua, semua ini ada hubungannya dengan kenapa Ervan gak masuk beberapa hari ini."
"Hah? Kenapa? Tolong ceritain!" pinta Risa.
"Sepertinya yang gua bilang tadi, orang tua Ervan termasuk orang yang memiliki kedudukan tinggi. Dengan begitu, keluarga mereka pasti memiliki aturan yang sangat ketat."
"Terus apa hubungannya dengan kenapa Ervan gak masuk beberapa hari ini?" tanya Risa, tidak mengerti.
"Menurut gua, Ervan telah melakukan sesuatu yang tidak benar menurut pandangan orang tuanya dan Ervan dihukum gara-garanya. Yang mungkin hukumannya adalah untuk tidak keluar rumah." kata Syamil, membuat Risa sangat terkejut.
"Be-benaran? Kok lu bisa tau? Kenapa menurutmu begitu?” tanya Risa.isa
“Karena pada waktu yang sama, saat kelas 1 SMA, kakak peremuannya dikeluarkan dari sekolah dan merusak nama baik keluarga Ervan.”
“Oh, jadi orang tuanya takut Ervan melakukan hal yang sama dengan dia?”
“Iya, betul. Jadi, untuk menghentikan kejadian yang sama, orang tua Ervan memutuskan untuk menghukumnya.”
“Oh, jadi itu penyebabnya.” tebak Risa.
“Menurut yang gua tau, begitu.”
“Jadi semenjak kakak perempuan Ervan diusir, Ervan jadi di jaga banget sama orang tuanya. Begitu?” tebak Risa.
“Tentu saja, karena Ervan lah harapan terakhir mereka. Kalau tidak, selesai itu perusahaan keluarga mereka.” kata Syamil.
“Wou, orang tua Ervan punya perusahaan sendiri?” tanya Risa.
“Iya. Dan katanya Ervan lah yang akan melanjutkan perusahaan itu saat besar nanti.”
“Wih, gila. Gua baru tau tuh.”
“Lu kira rumah sebesar itu belinya pake apaan?” tanya Syamil. Risa hanya menggaruk-garuk lehernya. “Lagipula, orang tua Ervan pasti gak akan membiarkan itu terjadi lagi.”
“Kerena kalau terjadi kakak Ervan terjadi lagi, perusahaan keluarga Ervan tidak akan ada yang melanjutkanya. Gitu?” tebak Risa, lagi. Syamil mengangguk.
“Pasti susah hidup menjadi Ervan. Kedua orang tuanya membuatnya dia gak bisa hidup bebas.” kata Risa prihatin kepada Ervan.
“Walaupun gitu, gak ada yang bisa kita lakukan,” kata Syamil sambil meletakan buku di dalam tasnya. “Ya udah kalau gitu, gue mau pulang. Lu sebaliknya juga gitu. Kalau nggak, pasti ibumu nyariin.”
“Nanti aja, gua masih harus beresin kelas.” kata Risa.
Syamil menjawabnya dengan senyuman, lalu melangkah menuju kelas. Namun, belum sampai ia keluar, Syamil membalikan badannya dan berkata kepada Risa, “Oh iya, nanti, kalau Ervan masuk lagi, tolong lu melakukan apapun yang dia minta.” katanya dengan serius, membuat Risa kebingungan.
“Kenapa?” tanya Risa.
“Tidak. Gua hanya takut orang tuanya melakukan sesuatu dan mengancamnya jika tidak dilakukan.” jawab Syamil,.
“Kenapa lu berpikir seperti itu?” tanya Risa.
“Karena itu pernah terjadi kepada gua.”
“Ada apa? Apa yang terjadi?”
“Adalah pokonya. Gua punya penasaran kalo itu akan terjadi lagi aja.”
“Apa? Apa yang terjadi lagi?” tanya Risa, sangat penasaran.
“Apapun itu, yang lebih penting, tolong lakukan apapun yang diminta, oke?” pinta Syamil dengan muka serius tapi matanya terlihat berkaca-kaca, sesuatu yang belum pernah dilihat Risa dari seorang Syamil sebelumnya.
“Oke. Tapi sebelum itu, tolong ceritakan dulu apa yang terjadi pada lu saat itu?”
“Kapan-kapan yah. Ini udah sore.”
“Kalo gitu, besok, saat jam istirahat.” kata Risa dengan nada memaksa.
“Lu tuh ya, bener-bener kepo.” ejek Syamil.
“Biarin. Gua yang akan menjemputmu besok saat jam istirahat, oke?”
“Terserah. Tapi ingat, gua gak berjanji ya.” kata Syamil lalu meninggalkan kelas dan Risa yang masih terdiam dan merenungkan diri, sendiri.
261Please respect copyright.PENANASEKP0mfPYx