"Waduh, udah jam segini." ujar Syamil sambil melihat jam dinding.
"Oh, iya." kata Ervan, ikut-ikutan sambil melihat jam tangannya.
"Udah yuk, pada balik." ajak Vidia lalu melangkah pergi dari ruangan.
"Oke, gua pulang duluan."
"Dadah." ujar beberapa anak lalu meninggalkan ruang.
"Kita juga balik yuk." ajak Vidia pada Ervan dan Syamil.
"Heem." jawab Ervan.
Ervan baru saja membuka pintu, tapi sudah dijejutkan dengan kehadiran Risa. Dari luar, Risa juga mencoba membuka pintu, membuat Risa dan Ervan hampir tertubruk.
"Eh, maaf." kata Ervan.
"Ervan?" Risa terkejut lalu menggandeng tangan Ervan. "Aku baru mau ngejemput kamu."
"O-o-oh."
"Ini, tasmu." kata Risa lalu memperlihatkan tas Ervan kepadanya.
"Makasih." Ervan mencoba mengambil tasnya, tapi Risa malah menariknya balik.
"Udah, biar aku aja yang bawa." kata Risa.
"Eh?"
"Kita pulang bareng kan?" tanya Risa.isa
"Iya, sih." jawab Ervan.
"Kalau gitu, ayo, kita pulang." ajak Rika lalu tanpa menunggu, langsung menarik Ervan. Tapi sebelum pergi, Risa menatap tajam ke arah Vidia.
"Lah, kenapa dia?" tanya Vidia.
"Gua duluan ya." kata Ervan pada teman-temannya lalu datanglah Diara, Alif, Firhan, dan Caca dan mereka tertawa, kecuali Caca, membuat Vidia penasaran.
"Aduhhh, so sweet banget deh." ledek Diara.
"Pake ngebawain tas pacarnya. Kayak kakaknya aja." ejek Alif.
"Ada apaan ini? Pada ngelidek Risa?" tebak Syamil.
"Hihihihihi, gitu deh." jawab Diara.
"Ada apa, ada apa?" tanya Vidia, penasaran.
"Kita cuma nanya hal yang wajar kok. Tapi dia malah marah." jawab Firhan.
"Nanya apa?" tanya Vidia.
"Tadi kita nanya, lu itu pacarnya Ervan kan? Terus dia jawab 'iya'."
"Terus, terus?!" tanya Vidia, tidak sabaran.
"Lalu kita nanya lagi, ‘kok Ervan jalan bareng sama Vidia?’ eh, dia langsung marah." jelas Diara.
"Lah? Kalian ngeliat?" tanya Vidia.
"Iya.” jawab Diara.
“Kok bisa? Ruang OSIS kan ke arah yang berlawanan dengan ruangan kalian. Kok bisa kalian ngeliat?" tanya Syamil, juga penasaran.
"Gara-gara Firhan ini." jawab Alif.
"Kenapa?" tanya Vidia.
"Tapi gua ke luar, mau ke kamar mandi. Terus saat gua baru mau balik, gua ngeliat Ervan sama Vidia lagi mesra-mesrahan." jawab Firhan.
"Terus dia ngomong, 'Enggak. Enggak mungkin!' teriaknya." jelas Alif dengan memperagakan kata-kata Risa, membuat Diara, Alif, dan Firhan tertawa terbahak-bahak.
Karena tak suka sahabatnya diolok-olok, Caca memukul kepala Dinda.
"Woiii!!" teriak Dinda, kesakitan.
"Udah, gak usah dibahas lagi. Mending pada pulang." saran Caca lalu berjalan ke luar.
"Heiii, tunggu!" kata Diara lalu mengejar Caca.
"Jadi, ada berita apa disini?" tanya Alif lalu merangkul bahu Syamil.
"Berita?" tanya Syamil.
"Iya. Ervan dan Vidia jalan bareng, apa-apaan itu? Dan bagaimana caranya?" tanya Firhan lalu mengarahkan pandangannya kearah Vidia yang sudah memerah pipinya.
"Bagaimana, Vidia?" tanya Firhan.
"En-enggak. Kita gak ngapa-ngapain kok." jawab Vidia.
"Oh, ya?"
"Tapi, gua emang punya berita besar sih, selain gua jalan bareng sama Ervan."
"Apaan itu?"
"Ervan berteman dengan Kak Andra."
"Hah! Beneran?" tanya Alif dan Firhan serentak.
"Kalian juga baru tau?" tanya Syamil, tidak percaya.
"Iya. Emang kalian taunya kapan?" tanya Firhan.
"Gua sih juga baru tau dari Syamil."
"Syamil? Lu tau emang?" tanya Alif pada Syamil.
"Iya, gua tau, karena Dorin juga sahabat gua."
"Hah! Lu sahabat sama anak perempuan?" tanya Firhan.
"Iya, emang kenapa?"
"Lalu, lalu, lalu? Kenapa mereka bisa berteman dan kenapa sekarang enggak?" tanya Alif, penasaran.
ns 15.158.61.37da2