Hari yang ditunggu-tunggu pun datang. Hari sabtu, hari festival diadakan. Festival akan diadakan jam 8. Risa dan anggota ekskul memasak yang lain, janjian datang jam setengah 7. Supaya mereka bisa menyiapkan semua alat, ditambah, mereka masih harus menata-nata meja dan kursi. Tapi bukan hanya mereka yang akan datang jam setengah 7, ekskul lain pun juga berpikir seperti itu. Bahkan ada yang datang jam 6 hanya untuk mempersiapkan stand mereka. Di rumah, pukul 5, Risa bangun dan turun ke bawah, menuju ruang makan.
“Hoaaa, selamat pagi.” sapa Risa kepada Bu Endang, yang sedang santai di ruang makan sambil meminum segelas teh hangat.
“Oh, selamat pagi juga. Tumben udah bangun.” canda Bu Endang, yang sebenarnya sudah tau.
“Ih, ibu. Masa ibu lupa?” tanya Risa lalu duduk di sebelah Bu Endang dan mengambil segelas air untuk ia minum.
"Enggak, enggak. Ibu cuma bercanda," kata Bu Endang, membuat Risa menjadi cemberut.
“Jadi bagaimana Risa, semua persiapannya sudah siap kah?” tanya Bu Endang.
“Sudah dong,” jawab Risa sambil mengacungkan jempol. “Paling tinggal dimasukkin aja ke mobil.”
“Yang nyetir Kak Bagas kan?” tanya Bu Endang.
“Ya, betul. Kakak juga udah janji untuk membantu persiapan di sekolah.”
“Oh ya? Bagaimana caramu untuk membujuk Kak Bagas tanya?” tanya Bu Endang penasaran.
“Banyaklah ini iming-iminganya. Aku juga udah minta tolong Caca dan Diara untuk membantuku dalam pengemasannya.” jawab Risa.
“Oh gitu. Mereka datang jam berapa?”
“Jam 6.”
"Waduh, sebentar lagi dong.” Mendengar itu, Risa jadi langsung melihat jam di handphonenya. Risa sangat terkejut saat melihat sudah jam berapa ini.
“Udah jam 5 lebih?! Perasaan tadi masih jam 4:45 deh pas aku bangun.”
“Jangan pakai perasaan dong.” canda Bu Endang.
Tapi sayangnya tidak membuat Risa tertawa. Bu Endang jadi merasa bersalah.
“Maaf, maaf. Nanti ibu aja deh yang buatin sarapan. Kamu siap-siap aja.” kata Bu Endang, mencoba menceriakan Risa.
“Loh, Ibu nggak kerja hari?”
“Enggak. Hari ini ibu libur. Lagipula, hari ini kan hari sabtu. Jadi emang waktunya ibu libur.“ jawab Bu Endang.
Risa menepuk jidatnya dan berkata, “Oh iya, aku lupa.”
“Gimana sih? Udah sana buruan siap-siap. Nanti keburu Caca dan Diara datang.”
"Oke, oke.”268Please respect copyright.PENANAhdUBuuoBwI
Tanpa berlama-lama lagi, Risa pun meninggalkan Bu Endah menuju lantai 2 untuk mandi dan bersiap-siap. Sementara Bu Endang, menyudahi waktu santainya dan bersiap-siap untuk membuat sarapan.
“Masak apa yah buat sarapan?” tanya Bu Endang pada dirinya sendiri, sambil melihat-lihat buku resep masak miliknya.
“Oh, aku tau. Buat krim sup ayam aja. Nanti bisa pake roti tawar yang ada di kulkas. Oke, oke, boleh juga.” katanya lalu mengambil panci dan mulai memasak.
268Please respect copyright.PENANAuqeFKJoqdJ
Beberapa saat kemudian, terdengar suara bel rumah. Bu Endang yang sedang memotong ayam untuk krim sup, segera keluar rumah dan memeriksa dari dalam pagar, siapa yang datang pagi-pagi begini.
"Eh, Caca dan Diara. Udah dateng ya?" kata Bu Endang lalu membuka pagar.
"Iya Tante. Maaf mengganggu pagi-pagi. Tapi pagi ini saya dan Diara akan membantu Risa mengemas kue-kuenya.” kata Caca.
“Iya-iya, Tante udah tau kok. Tapi Risa udah ngomong.“ kata Bu Endang lalu mencoba membukan pagar untuk mereka.
“Kalau begitu, silakan masuk. Risa masih di atas, mungkin belum siap. Biasalah.” kata Bu Endang, membuat Caca dan Diara tertawa.
“Nggak papa Tan. Kita mau langsung Packaging kue-kuenya aja, biar cepet.” kata Diara.
“Ngomong-ngomong, Kak Bagas udah bangun belum Tante?” tanya Caca.
“Katanya sih Risa yang mau ngebangunin dia.” jawab Bu Endang.
“Oh, berarti dari tadi Tante belum ke atas untuk mengecek keadaan Risa?” tebak Diara.
“Iya, belum. Dari tadi Tante lagi masak. Jadi belum sempet mengecek keadaan Risa. Kalau mau, kalian saja yang ngecek. Tante mau lanjutin buat sarapannya.” kata Bu Endang.
“Oke Tan. Biar saya aja yang ngecek keadaan Risa di atas.” kata Diara dengan senang hati. “Ca, lu tolong siapin kue-kuenya aja ya.” katanya kepada Caca.
“Iya-iya. Gak usah dibilangin juga aku udah tau.” sengit Caca.
Diara, Caca, dan Bu Endang masuk ke dalam rumah. Diara menuju ke lantai 2, sedangkan Caca dan Bu Endang pergi ke dapur. Mereka tak tahu kalau sebenarnya lagi Risa sudah berada di dapur dan sedang melanjutkan tugas memasak Bu Endang.
“Risa? Kok kamu di sini? Bukannya tadi kamu di atas? tanya Bu Endang, terkejut.
“Iya, tadi. Tapi sekarang aku udah siap lalu pergi ke dapur. Tpi ternyata nggak ada siapa-siapa. Terus aku lihat ibu lagi masak sup krim untuk sarapan. Jadi aku lanjutin deh.” jawab Risa.
“Emang bener sih ibu lagi masak itu.“ kata Bu Endang.
“Kalau gitu, sini, biar aku aja yang ngelanjutin.” kata Risa.
“Jangan-jangan, kau harus bantuin aku mengemas kue-kuenya. Kalau nggak kita akan terlambat.” kata Caca.
“Oke, oke. Ini bu.” kata Risa sambil memberikan pisau kepada ibunya.
"Ini biar ibu aja yang lanjutin. Kamu siapin aja dulu ya." kata Bu Endang.
"Oke. Tapi ngomong-ngomong, sih Diara ke mana?" tanya Risa yang baru sadar Diara tak ada.
"Oh, iya. Kayaknya dia masih di atas." jawab Caca.
"Di atas? Ngapain?" tanya Risa.
"Abisnya kami kira kamu dia atas." jawab Caca.
"Jadi Diara lagi nyari aku?" tebak Risa.
"Hehehe, gitu deh. Sekarang kita panggil nggak?" tanya Caca kepada Risa.
"Gak usahlah. Nanti palingan dia balik sendiri." jawab Risa, membuat Caca dan Bu Endang ketawa.
Tak sadar kalau Diara datang dan mendengar ledekan Risa. "Woi, kalian jahat amet sih." kata Diara, membuat Risa dan Caca kaget. Sedangkan Bu Endang sedang sibuk membuat krim sup.
"Eh, Diara. Kamu udah turun toh." kata Risa.
"Padahal gua nyariin lu. Tapi lu malah santai-santai di bawah. Mana gak bilang-bilang." ketus Diara.
"Ya, maaf." kata Risa.
"Aduh, apaan sih ini? Pagi-pagi udah ribut." ketus Kak Bagas, yang baru bangun tidur dan sedang mengacak-ngacak rambutnya sendiri.
"Lah, udah bangun manusia satu ini." ejek Risa.
Kak Bagas duduk di kursi dan berkata, “Udah lah. Manusia satu ini mah udah bangun dari tadi. Malah sebelum lu bangun.”
“Ah, masa?” tanya Risa, menggoda Kak Bagas.
“Iyalah.” jawab Kak Bagas.
“Terserah,” kata Risa lalu membantu Caca dan Diara yang dari tadi sudah mulai duluan mengemas kue-kuenya. “Tapi jangan lupa bantuin kita ya nanti.”
“Tenang aja. Gua gak sepikun itu kali,” kata Kak Bagas lalu bardiri dan menutuskan untuk mandi. “Udahah, gua mau mandi dulu.” katanya lalu pergi.
“Ris, ini dimasukin di mana?” tanya Caca.
“Oh, iya. Bentar, aku ambil toplesnya dulu.” kata Risa lalu mengambil toples dari dalam rak. Setelah itu memberikannya kepada Caca dan Diara, masing-masing satu.
“Ini. Tolong masukin ke sini.” kata Risa sambil memberikan kotak makan besar tembus pandag kepada mereka.
“Oke.” kata Caca dan Diara, serentak.
268Please respect copyright.PENANARs7wnCa4LD